Keluarga Gelar Ngeplugin di Catus Pata
Setelah rentetan prosesi itu, terhadap almarhum akan diikutkan pada Ngaben Massal di Banjar Bentuyung.
Jenazah TKI asal Ubud di Nigeria Tak Bisa Dipulangkan
GIANYAR, NusaBali
Jenazah Ni Wayan Sriani,38, TKI Spa asal Ubud di Nigeria tak bisa dipulangkan. Pihak keluarga di Banjar Bentuyung, Desa Ubud, Gianyar, mengikhlaskan kepergian ibu satu anak ini. Jenazah almarhum dikubur di tempat pemakaman di Nigeria disaksikan oleh pihak KBRI.
Sementara itu, keluarga almarhum bersama krama Tempekan Bentuyung Sakti, Banjar Bentuyung, Ubud, menggelar upacara Mapegat, Soma Umanis Tolu, Senin (18/9). Prosesi itu memakai simbol jenazah almarhum berupa rakitan alang-alang.
Prosesi itu berlangsung sejak pagi hingga sore hari. Diawali dengan Ngeplugin (pemanggilan roh almarhum) di Catus Patha. Selanjutnya, simbol jenazah ini dibawa ke rumah duka untuk dilakukan prosesi mandusin watangan (membersihkan jenazah). Seolah-olah, almarhum Sriani telah berada di rumah. Begitu usai nyiramin, keluarga beserta krama setempat melanjutkan prosesi Nganyut. Situasi lalu lintas Ubud yang krodit, menyebabkan simboli jenazah diantar menggunakan sepeda motor menuju Tukad Campuhan, dekat Pura Gunung Lebah, Ubud.
Pantauan NusaBali, simbol jenazah tersebut dibakar disaksikan oleh krama. Kemudian sisa pembakaran dihanyutkan pada aliran Tukad Campuhan. Sebagai prosesi terakhir, pihak keluarga melaksanakan prosesi mapegat bermakna mengikhlaskan keluarga melepas almarhum Ni Wayan Sriani.
Ipar korban, Gusti Made Kerti ditemui disela-sela prosesi itu, mengaku pihak keluarga sudah ikhlas menerima kenyataan. “Sudah mau bagaimana lagi. Kami sudah ikhlaskan,” jelasnya. Menurut Gusti Made Kerti, setelah rentetan prosesi itu, terhadap almarhum akan diikutkan pada Ngaben Massal di Banjar Bentuyung. “Ngaben massal di banjar sekitar lagi 3 tahun. Nanti ikut Ngaben disana,” terangnya.
Sementara itu, Kadisnaker Gianyar AA Dalem Jagadhita dikonfirmasi terkait biaya dari pemerintah untuk memulangkan jenazah ibu satu anak ini, pihaknya mengatakan tergantung mekanisme berangkat yang dilakukan TKI. Diungkapkan Ni Wayan Sriani berangkat pertama menggunakan agen pada tahun 2014. “Setelah selesai massa kerja pertama dia kembali, berangkat keduanya ini lah dia mandiri (tanpa agen-Red). Mungkin massa kontraknya habis sehingga terjadi trouble disana, tetapi kepastiannya saya masih menunggu info resmi,” katanya.
Diakui, TKI asal Gianyar yang berangkat mandiri ini kerap terjadi. Pihaknya pun kesulitan mendata warga yang berangkat mandiri, karena bisa saja menggunakan paspor liburan. “Ternyata disana mereka nyambi kerja, kami tidak bisa merekam. Hal ini personal sekali sifatnya, karena ada kesempatan mereka coba-coba,” ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, Ni Wayan Sriani, 38, TKI asal Banjar Bentuyung Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar, dikabarkan meninggal, Rabu (6/9). Dia meninggal karena jatuh terpleset di kamar mandi, tempatnya bekerja sebagai spa terapis di Kota Abuja, Nigeria, Afrika, Jumat (1/9). Jenazah Sriani tak bisa diterbangkan ke Bali karena kendala biaya. Suami korban, Gusti Nyoman Putra,52, mengatakan perlu biaya sekitar Rp 120 juta untuk memulangkan jenazah istri ketiganya ini. “Ada 3 pilihan sebenarnya. Jenazah dibawa pulang, dikremasi atau dikubur disana,” ungkapnya. *nvi
Komentar