Diserang di Warung, Korban Dapat 18 Jaritan
Kera liar yang masuk pemukiman penduduk di Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Tabanan kembali memakan korban.
Kera Liar di Desa Pandak Gede, Tabanan Kembali Makan Korban
TABANAN, NusaBali
Kali ini, korbannya adalah Ni Luh Made Kesuma Dewi, 50, yang digigit di bagian kepala belakang kanan, Selasa (19/9) pagi, hingga terluka dan harus mendapatkan 18 jaritan.
Korban Luh Made Kesuma Dewi digigit kera liar saat sedang asyik duduk sambil majejahitan di warungnya di Banjar Pasti, Desa Pandak Gede, Selasa pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Perempuan berusia 50 tahun ini digigit kera ukuran besar sebanyak dua kali, hingga kepalanya berdarah. Dia pun dilarikan ke BRSUD Tabanan untuk mendapatkan perawatan.
Luh Made Kesuma Dewi merupakan korban keempat gigitan kera di Desa Pandak Gede dalam kurun sebulan terakhir. Sebelumnya, kera liar sudah sempat menggigit tiga warga di lokasi berbeda-beda, hingga korbannya harus dilarikan ke rumah sakit, yakni Ni Nyoman Triana Dewi, 11 (asal Banjar Kebon/harus mendapatkan 10 jahitan di kepala), Ni Made Dehi Kesami Dewi, 11 (asal Banjar Kebon/harus mendapat 2 jaritan di kaki), dan I Made Widia, 82 (asal Banjar Kebon/terluka di tangan kanan).
Ditemui NusaBali di rumahnya yang menyatu dengan warung, Selasa siang, korban Kesuma Dewi mengaku terkejut ketika kera ukuran besar tiba-tiba hinggap di kepalanya seraya menggigit. Saat itu, dia kebetulan berada di warungnya seorang diri, sambil majejaitan. “Entah dari mana datangnya, kera itu sudah hinggap di kepala saya,” cerita Kesuma Dewi.
Menurut Kesuma Dewi, awalnya dia tidak mengira kalau yang hinggap di kepala itu adalah kera. Dia kira sang anaklah yang memeluknya dari belakang, karena anaknya memang punya kebiasaan seperti itu. Beberapa saat kemudian, barulah dia sadar bahwa yang hinggap adalah kera, karena setelah diraba, ternyata ada bulunya.
Begitu sadar yang menggerayangi kepala itu bukan anaknya, Kesuma Dewi berupaya membanting kera tersebut. Namun, ketika kaki kera tersebut dipegangnya untuk dibanting, Kesuma Dewi malah digigit buat kedua kalinya. Dalam kondisi berdarah dan kesakitan, Kesuma Dewi langsung berteriak memanggil sang suami, I Ketut Supirka Yasa, 50, yang berada di dalam rumah.
Sayang, sebelum suaminya tiba, kera ukuran besar tersebut sudah loncat ke atas mobil yang terparkir di sebelah selatan warung. Kemudian, kera langsung kabur entah ke mana. “Kepala saya waktu itu banyak darahnya, terasa sakit perih sampai ke leher. Ternyata, leher saya juga luka gores karena keranya mencengkraman kera," papar Kesuma dewi.
Kesuma Dewi sendiri kemarin langsung dibawa suaminya ke BRSUD Tabanan pasca digigit jera. Tim medis menangani Kesuma Dewi selama 1 jam, dengan tindakan 18 jaritan pada lukanya. "Kami juga telah diberikan vaksin anti rabies. Sekarang kepala saya belum terasa sakit lagi, akibat bius," katanya.
Sedangkan dokter yang menangani Kesuma Dewi di BRSUD Tabanan, dr Desi, mengatakan korban tergigit kera ini tiba di rumah sakit, Selasa siang sekitar pukul 11.00 Wita. Kesuma Dewi datang dalam kondisi terluka di kepala belakang kanan akibat gigitan kera. Lukanya memangjang sekitar 10 cm dengan lebar 2 cm. “Karena lukanya lumayan panjang, harus diberikan 18 jaritan. Pasien juga sudah kami kasi vaksin," tegas dr Desi saat dikonfirmasi NusaBali scara terpisah di BRSUD Tabanan, Selasa kemarin.
Sementara itu, suami korban, Ketut Supirka Yasa, mengaku tidak menduga istrinya diserang kera. Selama ini, kata dia, memang sering muncul kera berkeliaran di sekitar warungnya, namun tidak pernah sampai galak. "Kata istri saya, kera yang menggigitnya ukuran besar. Kalau biasanya, kera yang sering muncul di warung berukuran kecil,” jelas Supirka Yasa.
Menurut Supirka Yasa, kera yang berkeliaran di banjarnya saat ini sudah sangat meresahkan. Apalagi, kera tersebut sering mengganggu krama yang hendak sembahyang di pura areal setra. "Saya khawatir kera-kera ini makan korban lagi. Apalagi, saya masih punya cucu berusia 42 hari. Jika lengah, kera itu bisa masuk kamar menyerang cucu saya," keluh Supirka Yasa.
Supirka Yasa menyebutkan, kawanan kera selama ini tinggal di tegalan dan sungai Yeh Sungi yang berada di belakang rumahnya. Kawanan kera diduga keluar dan masuk pemukiman penduduk karena lapar. Kera-kera ini biasanya muncul berkeliaran di wilayah Banjar Kebon, Banjar Pangkung, dan Banjar Pasti. "Saya harapkan masalah ini cepat tertangani," tandas Supirka Yasa.
Sementara, serangan kera kemarin memaksa petugas BPBD Tabanan terjun ke lokasi TKP di Banjar Pasti, Desa Pandak Gede, Kecamatan Kediri, Selasa kemarin. Petugas BPBD terjun bersama Kepala Desa Pandak Gede I Gede Putu Suciarta, Kelian Dinas Banjar Pasti Ni Luh Putu Erviani, dan Kelian Adat Banjar Pasti I Ketut Suweta. Mereka sekalian menjengkuk korban Luh Made Kesuma Dewi.
Menurut Kelian Adat Banjar Pasti, I Ketut Suweta, sebagai tindakan awal, pihaknya akan memasang jebakan terhadap kera. Kera-kera liar dipancing keluar menggunakan monyet peliharaan Supirka Yasa. Sekain itu, kata Su-weta,jumlah kandang berisi buah berancun juga ditambah. "(Kera-kera) Ini sudah memakan korban lagi, kita harus bertindak supaya tidak ada lagi korban lainya karena banyak sekali anak-anak," tegas Suweta.
Paparan serupa disampaikan Perbekel Pandak Gede, I Gede Putu Uciarta. Ren-canya dalam waktu dekat pihakny akan mengajak seluruh masyarakat untuk berburu kera. Sebelum berburu kera, lebih dulu akian dilaksanakan ritual matur piuning. (pemberitahuan secara niskala).
Menurut Kasi Rehabilitasi dan Penanggulan Bencana BPBD Tabanan, I Putu Trisna Widiatmika, perburuan kera selama ini telah dilakukan di kawasan Banjar Kebon, Desa Pandak Gede. Namun, upayanya belum membuahkan hasil karena kera sulit ditangkap. Lantaran sangat sulit jika ditembak sebab kera tersebut akalnya sangat banyak. “Kami akan berkordinasi ke Dinas Peternakan Tabanan untuk cari solusinya,” kata Trisna Widiatmika. *d
1
Komentar