Hanya Trofi, Nihil Uang Pembinaan.
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Putri Mandiri, Ni Wayan Murdani, dari Banjar Juwuk Legi, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem, diundang Presiden Joko Widodo ke Jakarta.
Hadiah Juara Pengelola KWT Terbaik Nasional
AMLAPURA, NusaBali
Meski menghadiri undangan Presiden, dia mengenakan pakaian pinjaman dari teman. Karena syaratnya mesti mengenakan rok hitam di bawah lutut, dan kemeja menyesuaikan. Dia diundang ke istana untuk menerima penghargaan Adi Karya Pangan Nusantara 2016, sebagai Pengelola KWT Terbaik Nasional, 30 November 2016.
Dia mengaku bangga bertemu dan disalami Presiden Jokowi. Namun dia hanya menerima trofi, tanpa disertai uang pembinaan. Murdani mengakui hal itu di Amlapura, Kamis (21/9).
Murdani tembus masuk istana sebagai Ketua KWT Putri Mandiri berkat,mengelola olahan buah salak, menjadi roti pia, dodol, nastar, permen, kurma, bumbu rujak dan kopi salak. Sebelum tembus istana, di menjalani seleksi Tingkat Provinsi Bali 2015, namun tidak lolos. Meski demikian, tetap saja panitia di provinsi mengirimnya ke Jakarta, dengan mengajukan proposal, portofolio, video kegiatan dan persyaratan lainnya tahun 2016.
Setelah melalui seleksi awal, dia masuk nominasi dari 76 peserta, lanjut 15 besar, 27 November 2016. Maka tim seleksi mengundangnya ke istana. Dia berangkat 29 November 2016, dan acara di istana Presiden RI, 30 November 2016.
Sebelum berangkat ke istana, Ni Wayan Murdani kebingungan mencari rok hitam di bawah lutut. Sebab tidak mungkin membuat dalam waktu cepat, juga tidak ada yang jual. Akhirnya mampu mengupayakan pinjam milik temannya, kemudian kemejanya menyesuaikan.
"Selama di istana, sempat dialog langsung dengan Presiden Jokowi, ditanya proses mengolah buah salak. Saya tidak pernah mimpi ke istana, walau tidak dapat hadiah, hanya diberikan trofi," kenangnya.
Keberhasilannya ke istana, diawali memproduksi dodol salak, disusul pia salak, kemudian nastar (roti), permen, kurma, bumbu rujak, kulit salak jadi teh dan terakhir kopi, semuanya bahannya dari buah salak. Sehingga buah salak tidak ada yang tersisa, semuanya terpakai. "Khusus untuk kopi salak, bahan bakunya biji salak yang diopen, kemudian ditumbuk, jadi kopi," katanya.
Semua produksinya telah dikemas, dan ada izin dari Depkes, karena telah melalui uji laboratorium. "Hanya saja, selama ini kendalanya pemasarannya kurang lancar," jelas ibu dua anak tersebut.
Mengolah buah salak, kata dua, berawal dari coba-coba setelah berhenti bekerja di restoran. Selama ini telah mampu memberdayakan KWT Putri Mandiri dengan 20 anggota. Mengatasi kesulitan bahan baku, di saat tidak musim salak, caranya dengan menyimpan buah salak di freezer, memanfaatkan 4 freezer rata-rata kapasitas 100 kilogram. *k16
1
Komentar