Prof Titib Bergelar Ida Pandita Mpu Acarya Jaya Daksa Wedananda
Pakar Weda Prof Dr I Made Titib PhD, 64, resmi menjadi sulinggih bergelar Ida Pandita Mpu Acarya Jaya Daksa Wedananda.
AMLAPURA, NusaBali
Sementara istrinya Ketut Supariani bergelar Ida Pandita Istri Mpu Acarya Jaya Dajsa Wedadanda. Sedangkan rumah tempat tinggal atau pasramannya dinamakan Gria Taman Ganapati. Amari Aran atau abhiseka diberikan guru nabe setelah menjalani upacara dwijati melalui prosesi seda raga (mati raga) pada Sukra Kliwon Tolu, Jumat (21/9) dini hari.
Puncak prosesi dwijati diawali malukat untuk membersihkan enam kotoran dalam diri (Sadripu) yang diantarkan tiga guru nabe masing-masing Nabe Napak Ida Pandita Mpu Nabe Dukuh Jayati dari Gria Agung Nataran Banjar Badeg, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Nabe Saksi Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Putra Parama Daksa Manuaba dari Gria Bongkasa, Kecamatan Abiansemal, Badung, dan Nabe Watra Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Putra Pemuteran dari Gria Penataran Renon, Denpasar.
Selanjutnya upacara pabiakaon (tahapan kedua membersihkan cuntaka) didampingi istri. Pukul 00.00 Wita, kedua calon sulinggih ini seda raga (mati raga) ditandai keduanya diusung dari tempat upacara ke bale sakenam. Pertama Ida Bawati Made Titib yang diangkat bersama-sama para pengayah lanang, disusul Ida Bawati Supariani diangkat pengayah istri, kemudian ditidurkan dalam satu tempat berjejer.
Setelah keduanya siuman, maka berlanjut melakukan pamuspan bersama, saat itulah ada pamuspan yang khusus mohon nama. Maka nama dikukuhkan Nabe Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Putra Parama Daksa Manuaba dari Gria Bongkasa, Badung. Ida Bawati Made Titib berganti nama Ida Pandita Mpu Acarya Jaya Daksa Wedananda dan istrinya Ida Bawati Ketut Supariani bergelar Ida Pandita Istri Mpu Acarya Jaya Daksa Wedananda.
Prof Titib dua kali mengikuti upacara seda raga. Pertama saat pawintenan jadi Ida Bawati pada Wraspati Kliwon Merakih, Kamis (25/5), kedua saat dwijati. “Kan tidak apa-apa dua kali mati raga. Berarti dua kali dilahirkan. Pertama lahir dari rahim ibu, kedua lahir dari upacara diantarkan puja Ida Pandita,” jelas Pandita Mpu Acarya Jaya Daksa Wedananda. Setelah resmi menyandang Ida Pandita Mpu, tugas berikutnya melakukan pendakian spiritual atau wiku seraga (media pembelajaran diri), wiku loka pala seraya (muput upacara), wiku penadahan upadesa (tempat bertanya), wiku dang acarya (bertugas memberikan pencerahan), dan melakukan ritual nyurya sewana (bertujuan mendoakan agar semesta ini selalu rahayu dan damai).
Diakui, permintaan untuk muput upacara mulai mengalir, terutama dari luar Bali seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. “Kami akan melayani umat se-nusantara,” katanya. Pandita Mpu Acarya Jaya Daksa Wedananda juga menegaskan tidak buru-buru berobsesi menjadi guru nabe. “Itu ada tahapannya, minimal melayani umat sedharma tiga tahun, barulah jadi guru nabe,” tambahnya. *k16
1
Komentar