Ribuan Burung Mati Diduga Keracunan
Ribuan burung pipit yang bertengger di pohon pule di halaman kantor Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Karangasem mati mendadak.
AMLAPURA, NusaBali
Penyebabnya diduga karena keracunan. Sebab, belakangan ini ribuan burung melakukan migrasi, dan bertengger di pohon pule. Kotoran burung tersebut menempel di daun pohon, kemudian diguyur hujan dan menimbulkan bau semacam amoniak yang beracun. Itulah yang diduga menjadi penyebab burung-burung itu mati.
Kadis PUPR Karangasem I Ketut Sedana Mertha mengaku kaget menyaksikan ribuan burung mati di halaman kantor PUPR Karangasem Jalan Nenas Amlapura, Senin (25/9) pagi. Menurutnya, sejak Gunung Agung status siaga, terus berdatangan ribuan burung pipit, terutama di sore hari. Burung-burung tersebut bertengger di dahan pohon pule. Bahkan sejak status jadi awas, Jumat (22/9), burung makin banyak yang datang. “Kami menduga burung-burung itu mati karena keracunan gas sejenis amoniak,” ucapnya.
Disinggung apakah kematian burung disebabkan faktor niskala, karena wilayah itu dikenal keramat ada pohon pule besar di halaman depan dan belakang, hal itu dibantahnya. “Sejak kami bertugas di sini telah menggelar upacara matur puning dan upacara pacaruan,” imbuhnya.
Pohon pule itu berada di dekat Kuburan Desa Pakraman Bungaya, Kecamatan Budakeling. Peristiwa matinya ribuan burung itu jadi viral di media sosial. “Kami awalnya tahu dari medsos, setelah kami cek memang benar ribuan bangkai burung berserakan di pangkal pohon pule,” tutur Sedana Mertha. Setelah terjadi kasus ribuan burung yang mati, tidak ada lagi burung yang hinggap di pohon pule itu.
Di bagian lain Kelian Kerta Desa di Desa Pakraman Bungaya, Kecamatan Bebandem, I Gede Krisna Adi Widana menduga, ribuan burung mati akibat perubahan cuaca secara mendadak. “Siangnya panas, malamnya mendadak hujan lebat, bisa saja burung itu stres lalu mati berjatuhan,” kata Gede Krisna. *k16
Kadis PUPR Karangasem I Ketut Sedana Mertha mengaku kaget menyaksikan ribuan burung mati di halaman kantor PUPR Karangasem Jalan Nenas Amlapura, Senin (25/9) pagi. Menurutnya, sejak Gunung Agung status siaga, terus berdatangan ribuan burung pipit, terutama di sore hari. Burung-burung tersebut bertengger di dahan pohon pule. Bahkan sejak status jadi awas, Jumat (22/9), burung makin banyak yang datang. “Kami menduga burung-burung itu mati karena keracunan gas sejenis amoniak,” ucapnya.
Disinggung apakah kematian burung disebabkan faktor niskala, karena wilayah itu dikenal keramat ada pohon pule besar di halaman depan dan belakang, hal itu dibantahnya. “Sejak kami bertugas di sini telah menggelar upacara matur puning dan upacara pacaruan,” imbuhnya.
Pohon pule itu berada di dekat Kuburan Desa Pakraman Bungaya, Kecamatan Budakeling. Peristiwa matinya ribuan burung itu jadi viral di media sosial. “Kami awalnya tahu dari medsos, setelah kami cek memang benar ribuan bangkai burung berserakan di pangkal pohon pule,” tutur Sedana Mertha. Setelah terjadi kasus ribuan burung yang mati, tidak ada lagi burung yang hinggap di pohon pule itu.
Di bagian lain Kelian Kerta Desa di Desa Pakraman Bungaya, Kecamatan Bebandem, I Gede Krisna Adi Widana menduga, ribuan burung mati akibat perubahan cuaca secara mendadak. “Siangnya panas, malamnya mendadak hujan lebat, bisa saja burung itu stres lalu mati berjatuhan,” kata Gede Krisna. *k16
1
Komentar