Tak Bayar Biaya Survei, Paket Dewa Dicoret KGB
Pasangan I Made Dana-Dewa Putu Wardana (Paket Dewa) dicoret dari pencalonannya di Koalisi Rakyat Gianyar (KGB) untuk tarung Pilkada 2018.
GIANYAR, NusaBali
Masalahnya, mereka tidak bayar biaya survei kandidat sebesar Rp 27 juta per orang yang diberlakukan KGB, koalisi parpol beranggotakan Golkar-Demokrat-Gerindra-PKPI. Made Dana merupakan politisi asal Desa Taro, Kecamatan Tegallalang yang kini menjabat Ketua DPC Perindo Gianyar. Politisi pengusaha ini melamar posisi Calon Bupati (Cabup) Gianyar di KGB. Sedangkan Dewa Putu Wardana adalah mantan Ketua DPC PDIP Gianyar dan Wakil Bupati Gianyar 2003-2008 (pendamping AA Gde Agung Bharata). Derwa Wardana melamar posisi Calon Wakil Bupati (Cawa-bup) di KGB.
Juru Bicara KGB, Ngakan Ketut Putra, mengatakan Paket Dewa terpaksa dicoret dari pencalonan, karena tidak memenuhi komitmen yang telah ditetapkan. Sesuai perjanjian saat tes wawancara dengan jajaran KGB, kandidat yang tidak membayar biaya survei sampai 18 September 2017, otomatis tercoret dari pencalonan.
“Setelah kami tunggu sampai 18 September 2017, Made Dana dan Dewa Wardana tidak kunjung membayar biaya survei kandidat. Maka otomatis, mereka gugur dari proses penyaringan kandidat di KGB,’’ ungkap Ngakan Putra yang juga Ketua DPK PKPI Gianyar, Senin (25/9).
Ngakan Putra pun menyarankan Paket Dewa maju ke Pilkada Gianyar 2018 lewat partai lain atau jalur Independen. “Kami di KGB tidak ingin ada kandidat yang hanya main-main. KGB mencari orang yang taat komitmen dan konsisten,” jelas politisi PKPI asal Lingkungan Sampiang, Kota Gianyar ini.
Sementara, Ketua Tim Pemenangan Paket Dewa, I Ketut Rana, mengakui jagonya tidak membayar uang survei kandidat, karena mencium gelagat KGB akan menjatuhkan rekomendasi kepada pasangan lain untuk maju tarung ke Pilkada Gianyar, 27 Juni 2018 mendatang. “Selaku ketua tim, saya yang malarang Pak Made Dana dan Dewa Wardana bayar biaya survei. Sebab, sangat kecil kemungkinan Paket De-wa ini lolos. Apalagi, mendaftar di KGB atas nama paket calon, bukan perorangan,’’ jelas Ketut Rana saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Gianyar, Senin kemarin.
Paparan senada juga disampaikan Made Dana. Menurut Dana, dia dan Dewa Wardana pilih tidak membayar biaya survei kandidat, karena merasakan tanda-tanda mustahil KGB akan merekomendasi Paket Dewa maju tarung ke Pilkada Gianyar 2018. “Tapi, kami Paket Dewa akan berusaha melobi pimpinan parpol lainnya sehingga bisa lolos tanpa harus melalui KGB,” tegas Dana.
Sementara itu, dengan terpentalnya Made Dana dan Dewa Wardana (Paket Dewa), maka tinggal empat kandidat yang lanjut ke proses penyaringan di KGB melalui mekanisme survei. Mereka masing-masing Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah (politisi Golkar), Pande Istri Maharani Prima Dewi alias Gek Rani (Srikandi Demokrat), AA Gde Waisnawa Putra alias Gung Wis (politisi NasDem), dan Ida Bagus Gaga Adi Saputra alias Gus Gaga (tokjog birokrasi).
Dari empat kandidat ini, hanya Cok Ibah yang melamar posisi Cabup Gianyar di KGB, sehingga dipastikan akan mendapat rekomendasi incar kursi Gianyar 1 di Pilkada 2018. Cok Ibah merupakan politisi senior Golkar asal Puri Agung Ubud, Gianyar yang kini anggota DPRD Bali. Mantan ketua DPD II Golkar Gianyar ini juga dikenal sebagai tokoh adat, yang kini menjabat Bendesa Pakraman Ubud.
Sedangkan Gek Rani merupakan Srikandi Politik asal Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar yang kini menjabat Bendahara DPC Demokrat Gianyar. Sementara Gung Wis adalah politisi Gerindra asal Puri Anyar Saraswati, Kota Gianyar. Sebaliknya, Gus Gaga adalah birokrat asal Griya Kawan, Kota Gianyar yang baru dilengserkan dari jabatan Sekda Gianyar. Gus Gaga dapat perlakukan khusus tidak mendaftar di KGB, tapi dimasukkan dalam survei kandidat.
Sebetulnya, ada dua kandidat lagi yang melamar posisi Cawabup Gianyar di KGB, yakni Ketut Jata (politisi Demokrat) dan Ni Made Candrayuni (pensiunan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Gianyar). Namun, Ketut Jata yang kini Wakil Ketua DPRD Gianyar maupun Candrayuni sudah lebih dulu minggir dari pencalonan di KGB. *lsa
Masalahnya, mereka tidak bayar biaya survei kandidat sebesar Rp 27 juta per orang yang diberlakukan KGB, koalisi parpol beranggotakan Golkar-Demokrat-Gerindra-PKPI. Made Dana merupakan politisi asal Desa Taro, Kecamatan Tegallalang yang kini menjabat Ketua DPC Perindo Gianyar. Politisi pengusaha ini melamar posisi Calon Bupati (Cabup) Gianyar di KGB. Sedangkan Dewa Putu Wardana adalah mantan Ketua DPC PDIP Gianyar dan Wakil Bupati Gianyar 2003-2008 (pendamping AA Gde Agung Bharata). Derwa Wardana melamar posisi Calon Wakil Bupati (Cawa-bup) di KGB.
Juru Bicara KGB, Ngakan Ketut Putra, mengatakan Paket Dewa terpaksa dicoret dari pencalonan, karena tidak memenuhi komitmen yang telah ditetapkan. Sesuai perjanjian saat tes wawancara dengan jajaran KGB, kandidat yang tidak membayar biaya survei sampai 18 September 2017, otomatis tercoret dari pencalonan.
“Setelah kami tunggu sampai 18 September 2017, Made Dana dan Dewa Wardana tidak kunjung membayar biaya survei kandidat. Maka otomatis, mereka gugur dari proses penyaringan kandidat di KGB,’’ ungkap Ngakan Putra yang juga Ketua DPK PKPI Gianyar, Senin (25/9).
Ngakan Putra pun menyarankan Paket Dewa maju ke Pilkada Gianyar 2018 lewat partai lain atau jalur Independen. “Kami di KGB tidak ingin ada kandidat yang hanya main-main. KGB mencari orang yang taat komitmen dan konsisten,” jelas politisi PKPI asal Lingkungan Sampiang, Kota Gianyar ini.
Sementara, Ketua Tim Pemenangan Paket Dewa, I Ketut Rana, mengakui jagonya tidak membayar uang survei kandidat, karena mencium gelagat KGB akan menjatuhkan rekomendasi kepada pasangan lain untuk maju tarung ke Pilkada Gianyar, 27 Juni 2018 mendatang. “Selaku ketua tim, saya yang malarang Pak Made Dana dan Dewa Wardana bayar biaya survei. Sebab, sangat kecil kemungkinan Paket De-wa ini lolos. Apalagi, mendaftar di KGB atas nama paket calon, bukan perorangan,’’ jelas Ketut Rana saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Gianyar, Senin kemarin.
Paparan senada juga disampaikan Made Dana. Menurut Dana, dia dan Dewa Wardana pilih tidak membayar biaya survei kandidat, karena merasakan tanda-tanda mustahil KGB akan merekomendasi Paket Dewa maju tarung ke Pilkada Gianyar 2018. “Tapi, kami Paket Dewa akan berusaha melobi pimpinan parpol lainnya sehingga bisa lolos tanpa harus melalui KGB,” tegas Dana.
Sementara itu, dengan terpentalnya Made Dana dan Dewa Wardana (Paket Dewa), maka tinggal empat kandidat yang lanjut ke proses penyaringan di KGB melalui mekanisme survei. Mereka masing-masing Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah (politisi Golkar), Pande Istri Maharani Prima Dewi alias Gek Rani (Srikandi Demokrat), AA Gde Waisnawa Putra alias Gung Wis (politisi NasDem), dan Ida Bagus Gaga Adi Saputra alias Gus Gaga (tokjog birokrasi).
Dari empat kandidat ini, hanya Cok Ibah yang melamar posisi Cabup Gianyar di KGB, sehingga dipastikan akan mendapat rekomendasi incar kursi Gianyar 1 di Pilkada 2018. Cok Ibah merupakan politisi senior Golkar asal Puri Agung Ubud, Gianyar yang kini anggota DPRD Bali. Mantan ketua DPD II Golkar Gianyar ini juga dikenal sebagai tokoh adat, yang kini menjabat Bendesa Pakraman Ubud.
Sedangkan Gek Rani merupakan Srikandi Politik asal Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar yang kini menjabat Bendahara DPC Demokrat Gianyar. Sementara Gung Wis adalah politisi Gerindra asal Puri Anyar Saraswati, Kota Gianyar. Sebaliknya, Gus Gaga adalah birokrat asal Griya Kawan, Kota Gianyar yang baru dilengserkan dari jabatan Sekda Gianyar. Gus Gaga dapat perlakukan khusus tidak mendaftar di KGB, tapi dimasukkan dalam survei kandidat.
Sebetulnya, ada dua kandidat lagi yang melamar posisi Cawabup Gianyar di KGB, yakni Ketut Jata (politisi Demokrat) dan Ni Made Candrayuni (pensiunan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Gianyar). Namun, Ketut Jata yang kini Wakil Ketua DPRD Gianyar maupun Candrayuni sudah lebih dulu minggir dari pencalonan di KGB. *lsa
Komentar