Uap Beracun Mulai Berhembus dari Puncak
Uap solfatara beracun mulai berhembus tipis dari puncak Gunung Agung di Karangasem, Selasa (26/9) pagi.
Tembus ke Kawah Gunung Agung, Belum Ada Asap di Pura Goa Raja
AMLAPURA, NusaBali
Ini menandakan aktivitas vulkanik Gunung Agung samakin meningkat. Namun, belum dipastikan kapan gunung tertinggi di Bali ini akan meletus.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM RI, I Gede Suantika, mengatakan uap solfatara beracun ini muncul pada ketinggian 50 hingga 100 meter di bawah puncak Gunung Agung. Uap solfatara beracun ini terlihat sangat tipis.
Hanya saja, Gede Suantika tidak menjelaskan secara rinci kadar uap solfatara yang muncul. Sebab, solfatara yang dikenal selama ini berupa gas-gas dengan rumus kimia SO2 dan SO3. Gas-gas tersebut juga mengandung unsur Karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Keluarnya uap solfatara ini, menurut Gede Suantika, pertanda gunung berapi itu aktif dan aktivitasnya cenderung meningkat. "Sehari sebelumnya, Senin (25/9), sempat keluar belerang. Kali ini juga muncul gas belerang atau uap solfatara berhembus tipis," ujar Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Agung kawasan Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa kemarin.
Suantika menyebutkan, selama seharian kemarin sejak pagi pukul 00.00 Wita hingga petang pukul 18.00 Wita, terjadi 203 kali gempa vulkanik dangkal dan 253 kali gempa vulkanik dalam. Namun, belum bisa dipastikan kapan Gunung Agung akan erupsi.
Sementara, hingga Selasa kemarin tidak ada muncul asap di Pura Goa Raja Besakih, kawasan Banjar Besakih Kangin, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, meskipun goa pura ini diyakini tembus langsung ke kawah Gunung Agung. Tidak pula ada tercium bau gas belerang di pura Goa Raja.
Hal ini diakui Pamangku Pura Goa Raja, I Gusti Mangku Paruna, yang Selasa kemarin tangkil ke pura tersebut untuk mengecek kondisi terakhir Gunung Agung dari mulut goa. Setiap harinya, Gusti Mangku Paruna berupaya memantau Pura Desa Besakih, meskipun seluruh warga Desa Besakih telah mengungsi karena daerahnya masuk kawasan rawan bencana (KRB) III.
Menurut Gusti Mangku Paruna, belum munculnya asap dan bau belarang di goa Pura Goa Raja Besakih menandakan Gunung Agung belum erupsi. Hanya saja, kata dia, mata air yang selama ini dimohon untuk tirtha di Pura Goa Raja sudah mulai agak mengering. Pasalnya, suhu di goa tersebut mulai meningkat.
"Kalau dari goa itu telah berhembus asap, tercium gas belerang, dan mata air mengering, pertanda Gunung Agung segera meletus. Itu petunjuk niskala dan berdasarkan pengalaman bencana Gunung Agung meletus tahun 1963," jelas Gusti mangku Purana kepada NusaBali, Selasa kemarin.
Gusti Mangku Purana mengatakan, mata air yang menetes dari tebing pura Goa Raja dan selama ini dimohon untuk tirtha, tidak pernah kering. Namun, kali ini tetesan airnya mulai menipis. Isyarat itu perlu diantisipasi, sehubungan suhu udara di Gunung Agung yang berpengaruh ke Goa Raja mengalami peningkatan. “Ini pertanda di kawah Gunung Agung sedang terjadi masalah,’ katanya.
Goa yang dikeramatkan di Pura Goa Raja, kata Gusti Mangku Purana, bukan hanya terhubung ke kawah Gunung Agung, namun juga ke dua lainnya, yakni Pura Goa Lawah di Klungkung dan tembus ke perut bumi. Goa tersebut merupakan tempat paruman Ida Batara Naga Ananta Boga, Ida Batara Naga Basuki, dan Ida Batara Naga Taksaka.
Pura Goa Raja Besakih merupakan stana Ida Batara Naga Basuki, sebagai penjaga keseimbangan air agar tidak tercemar racun. Sedangkan Ida Batara Ananta Boga menjaga keseimbangan unsur api, agar semesta tidak kekeringan dan tidak gersang sehingga kesuburan struktur lahan tetap terjaga. Sebaliknya, Ida Batara Naga Tatsaka menjaga keseimbangan udara agar tidak tercemar. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Ini menandakan aktivitas vulkanik Gunung Agung samakin meningkat. Namun, belum dipastikan kapan gunung tertinggi di Bali ini akan meletus.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM RI, I Gede Suantika, mengatakan uap solfatara beracun ini muncul pada ketinggian 50 hingga 100 meter di bawah puncak Gunung Agung. Uap solfatara beracun ini terlihat sangat tipis.
Hanya saja, Gede Suantika tidak menjelaskan secara rinci kadar uap solfatara yang muncul. Sebab, solfatara yang dikenal selama ini berupa gas-gas dengan rumus kimia SO2 dan SO3. Gas-gas tersebut juga mengandung unsur Karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
Keluarnya uap solfatara ini, menurut Gede Suantika, pertanda gunung berapi itu aktif dan aktivitasnya cenderung meningkat. "Sehari sebelumnya, Senin (25/9), sempat keluar belerang. Kali ini juga muncul gas belerang atau uap solfatara berhembus tipis," ujar Gede Suantika di Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Agung kawasan Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa kemarin.
Suantika menyebutkan, selama seharian kemarin sejak pagi pukul 00.00 Wita hingga petang pukul 18.00 Wita, terjadi 203 kali gempa vulkanik dangkal dan 253 kali gempa vulkanik dalam. Namun, belum bisa dipastikan kapan Gunung Agung akan erupsi.
Sementara, hingga Selasa kemarin tidak ada muncul asap di Pura Goa Raja Besakih, kawasan Banjar Besakih Kangin, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, meskipun goa pura ini diyakini tembus langsung ke kawah Gunung Agung. Tidak pula ada tercium bau gas belerang di pura Goa Raja.
Hal ini diakui Pamangku Pura Goa Raja, I Gusti Mangku Paruna, yang Selasa kemarin tangkil ke pura tersebut untuk mengecek kondisi terakhir Gunung Agung dari mulut goa. Setiap harinya, Gusti Mangku Paruna berupaya memantau Pura Desa Besakih, meskipun seluruh warga Desa Besakih telah mengungsi karena daerahnya masuk kawasan rawan bencana (KRB) III.
Menurut Gusti Mangku Paruna, belum munculnya asap dan bau belarang di goa Pura Goa Raja Besakih menandakan Gunung Agung belum erupsi. Hanya saja, kata dia, mata air yang selama ini dimohon untuk tirtha di Pura Goa Raja sudah mulai agak mengering. Pasalnya, suhu di goa tersebut mulai meningkat.
"Kalau dari goa itu telah berhembus asap, tercium gas belerang, dan mata air mengering, pertanda Gunung Agung segera meletus. Itu petunjuk niskala dan berdasarkan pengalaman bencana Gunung Agung meletus tahun 1963," jelas Gusti mangku Purana kepada NusaBali, Selasa kemarin.
Gusti Mangku Purana mengatakan, mata air yang menetes dari tebing pura Goa Raja dan selama ini dimohon untuk tirtha, tidak pernah kering. Namun, kali ini tetesan airnya mulai menipis. Isyarat itu perlu diantisipasi, sehubungan suhu udara di Gunung Agung yang berpengaruh ke Goa Raja mengalami peningkatan. “Ini pertanda di kawah Gunung Agung sedang terjadi masalah,’ katanya.
Goa yang dikeramatkan di Pura Goa Raja, kata Gusti Mangku Purana, bukan hanya terhubung ke kawah Gunung Agung, namun juga ke dua lainnya, yakni Pura Goa Lawah di Klungkung dan tembus ke perut bumi. Goa tersebut merupakan tempat paruman Ida Batara Naga Ananta Boga, Ida Batara Naga Basuki, dan Ida Batara Naga Taksaka.
Pura Goa Raja Besakih merupakan stana Ida Batara Naga Basuki, sebagai penjaga keseimbangan air agar tidak tercemar racun. Sedangkan Ida Batara Ananta Boga menjaga keseimbangan unsur api, agar semesta tidak kekeringan dan tidak gersang sehingga kesuburan struktur lahan tetap terjaga. Sebaliknya, Ida Batara Naga Tatsaka menjaga keseimbangan udara agar tidak tercemar. *k16
Komentar