nusabali

'Teroris' Dalam Yoga

  • www.nusabali.com-teroris-dalam-yoga

Yoga dihancurkan melalui enam penyebab: makan berlebihan, terlalu lelah, terlalu banyak bicara, mengikuti niyama (aturan) yang tidak sesuai, berhubungan terus dengan orang tidak sesuai, dan pikiran berubah-ubah.

Atyāhārah prayāsasya prajalpo niyamagrahah,
Janasanggasca laulyam ca saibhiryogo vinasyati.
(Hatha Yoga Pradipika, I. 15)


Teks pengantar klasik untuk praktik Hatha Yoga yang paling terkenal adalah Hatha Yoga Pradipika karya Swami Swatmarama. Gerakan Hatha Yoga modern dikembangkan dan disebarkan bersumber dari teks ini bersama dengan teks klasik lainnya yang sejenis seperti: Siva Samhita, Gheramdha Samhita, dan Goraksha Samhita. Yoga yang menjamur sekarang dengan berbagai label seperti Raja Yoga, Laya Yoga, Kundalini Yoga, Mantra Yoga, Ashtanga Yoga, dan yang lainnya bersumber dari teks-teks klasik ini.

Terlepas dari latar belakang dari mana Hatha Yoga itu bersumber, Hatha Yoga Pradipika memberikan sebuah peringatan mengapa orang gagal mendapatkan keuntungan dari praktik yoga yang dilakukannya. Banyak orang berlatih Hatha sedemikian keras, tetapi ketenangan, kemurnian, kejernihan pikiran, dan bahkan relaksasi badan tidak diraih. Ada enam hal yang harus diperhatikan dan diwaspadai dengan seksama jika kita ingin sukses berlatih yoga. Pertama, makanan berlebih. Ini adalah masalah klasik yang dihadapi oleh sebagian besar manusia. Jangankan orang biasa, seorang yang secara sadar mengikuti jalan spiritual pun terkadang tidak mampu mengontrol makannya. Ini merupakan sebuah kebiasaan yang telah laten tertanam baik di pikiran maupun di tubuh. Tubuh memiliki rasa rakus terhadap makanan. Meskipun pikiran meminta menghentikannya, tetapi tubuh terus memintanya.

Kedua, terlalu lelah. Kondisi ini juga sangat merusak kemajuan praktik yoga. Kelelahan bisa disebabkan oleh banyak faktor. Bisa karena latihan terlalu berlebih, mengambil pekerjaan, berkendara, dan yang lainnya. Yoga memerlukan tubuh yang moderat sehingga kesehatan dan kenyamanan tubuh sangat diperlukan.

Ketiga, terlalu banyak bicara. Ini juga kebiasaan kita yang buruk. Kita lebih suka bicara dan tidak suka mendengarkan. Sebagian waktu kita gunakan untuk membicarakan sesuatu yang tidak penting. Oleh karena terlalu biasanya, orang yang biasa bicara bisa sakit jika tidak diberi kesempatan bicara. Energi kita habis untuk itu. Seorang yogi adalah ia yang bicaranya sedikit dan banyak tindakannya. Dipastikan siapapun yang terlalu banyak bicara tidak akan bisa menjadi seorang yogi.

Keempat, mengikuti sebuah disiplin yang salah. Hal ini juga sering terjadi. Tubuh memiliki yoni dan kebutuhannya yang unik, sehingga di dalam melakukan sebuah disiplin harus sesuai dengan yoni tersebut. Oleh karena keinginan kita terlalu banyak, kadang kita salah mengambil disiplin itu, sehingga yoga tidak berkembang di dalam diri. Misalnya, seseorang memiliki mood bakti, tetapi oleh karena ajaran jnana lebih menarik, lalu ia memaksakan untuk itu, sehingga ia pun gagal menemukan esensi ajaran itu.

Kelima, bersahabat dengan orang yang tidak mendukung perkembangan sadhana. Ini juga termasuk masalah yang sering kita hadapi. Dalam hati kita memiliki niat yang mantap untuk berlatih yoga dengan teratur. Tetapi oleh karena intens berhubungan dengan orang yang tidak suka spiritual, secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kita. Kekuatan dan tekad kita dilemahkan dan akhirnya kita pun tidak melakukan latihan lagi dan terjebak di dalam pergaulan itu.

Keenam, pikiran yang berubah-ubah. Ini adalah halangan terbesar yang dihadapi oleh praktisi yoga. Pikiran kita seperti seekor kera yang sedikit pun tidak bisa berhenti. Pikiran yang seperti ini tidak bisa stabil, setiap saat berubah-ubah.

Di awal kita memilih nasi goreng, tetapi setelah mau makan, ingin makanan yang lain. Sekarang kita ingin latihan yoga tetapi kemudian merasa malas dan akhirnya melakukan hal lain. Sekarang ingin menjadi dokter, namun sesaat kemudian ingin menjadi insinyur. Demikian terus dan seterusnya. Orang yang pikirannya cepat berubah susah menjadi seorang yogi. Agar perkembangan diri kita mantap diperlukan pikiran yang stabil, tenang dan determinan. Ketika di awal sudah memutuskan sesuatu, sampai akhir keputusan itu dikerjakan. Alasan apapun tidak bisa memecah keputusan itu. Demikinalah keenam jenis yang menjadi ‘teroris’ dalam praktik yoga sehingga perkembangan diri hancur. *

I Gede Suwantana
Direktur Indra Udayana Institute of Vedanta

Komentar