Derita Gagal Ginjal, Harus Istirahat Total dari Pentas
Made Ngurah ‘Susik’ Sadika dilarikan ke RSUD Buleleng, 21 September 2017 malam, sepulang pentas dari Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida
Seniman Bondres Made Ngurah ‘Susik’ Sadika Dirawat di RSUD Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Masyarakat pencinta kesenian bondres, buat sementara, tidak bisa menyaksikan seniman idolanya di atas pentas. Pasalnya, I Made Ngurah Sadika, 53, yang lebih dikenal dengan tokoh Susik dalam kesenian bondres, sedang dirawat intensif di RSUD Buleleng, lantaran menderita gagal ginjal. Bahkan, Susik sudah mulai menjalani cuci darah.
Susik dilarikan keluarganya ke RSUD Buleleng sepekan lalu. Sempat beberapa hari menjalani perawatan di Ruang ICU. Saat ini, Susik sudah dipindahkan ke Tuang Perawatan Flamboyan Nomor 5 RSUD Buleleng. Ketika NusaBali membesuknya di rmah sakit, Kamis (28/9), Susik ditemani istrinya, Ni Luh Rening.
Susik terlihat masih sangat pucat, meksi dia mengaku sudah merasa baikan. Bahkan, berulangkali terdengar kata ‘aduh’ dari bibirnya, hingga obrolan terputus. “Aduh, inguh kene jani kengkenang jani buk,” ujarnya sambil menggerutu kepada sang istri yang setia menemaninya sepanjang hari kemarin.
Susik mengaku rasa sakitnya tidak menentu dan tak terfokus pada bagian mana. Dia pun merasa serba salah. Beberapa kali untuk mengalihkan rasa inguh, dia harus merentangkan tubuhnya di atas karpet dan diatas lantai teras ruang perawatannya.
Sang istri, Luh Rening, mengisahkan suaminya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif, Kamis (21/9) malam sekitar pukul 21.00 Wita. Sebelum dibawa ke RSUD Buleleng, seniman bondres yang suka lontarkan kalimat ‘nyanan welange jak memek’ dalam pentas ini pun masih sempat manggung di kawasan seberang Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung bersama dengan group bondres Susik cs yang beranggotakan empat seniman.
“Pulang dari nopeng jam enam sore, sudah pada bengkak badannya,. Dan, akhirnya dibawa ke rumah sakit dan langsung opname,” kenang Luh Rening. Penyakit gagal ginjal yang diderita Susik baru belakangan diketahui. Sebelumnya, ayah dua anak ini divonis dokter menderita penyakit kencing manis dan hipertensi sejak 2012.
Terakhir pada 2015 lalu, Susik juga sempat menjalani operasi batu ginjal. Kini, dia dirawat karena gagal ginjal. Untuk memulihakan kondisinya, kini Susik harus beristirahat total, termasuk cuti semenetara dari kegiatan bondres untuk menghibur masyarakat Bali. Seniman asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini pun sudah menjalani proses cuci darah tiga kali selama dirawat di rumah sakit.
Kesibukannya sebagai seniman dan sekaligus menjabat Kabid Pengembangan Perpustakaan dan Budaya Baca di Dinas Perpustakaan & Arsip Daerah Kabupaten Buleleng ini berakibat buruk terhadap kesehatannya. Selain menjalankan tugas sebagai abdi negara, terkadang jadwal manggungnya sangat padat. “Kalau lagi ramai, sehari bisa tiga kali manggung di tempat berbeda,” papar Luh Reninng.
Kisah perjalanan Susik hingga bisa bertengger di posisi puncak bebondrsan saat ini bukanlah perjuangan yang singkat. Dia naik daun awal tahun 2000-an dan pertama kali terkenal saat masih bersama almarhum Nyoman Durpa. Sebelum melakoni tokoh Susik, dia sempat beberapa ganti karakter dalam berkesenian bondres.
Susik sejak kecil sudah meggeluti kesenian, mulai dari pementasan janger di banjar, hingga akhirnya belajar tari lepas dengan hanya ikut-ikutan teman. Ketika beranjak remaja dan duduk di bangku SMAN 1 Singaraja, Susik sering mencoba kesenian lainnya seperti magambel, sendratari, bahkan menjadi MC. Dalam setiap penampilannya, Susik sudah mulai menggunakan pakaian perempuan, yang terinpirasi dari nonton Topeng Tugek Canang Sari yang sempat pentas di Buleleng saat dia masih kecil.
Ide gilanya dalam berkesenian yang melakoni peran perempuan mengantarkan Susik terus berkarya. Pada 1983, ada lomba bondres yang dilaksanakan oleh Kantor Penerangan. Dia pun tidak luput dari lomba tersebut dan sedikit demi sedikit mempelajari pakem bondres.
Selanjutnya, tahun 1985-1990 Susik bergabungdengan Sanggar Seni Dwi Mekar. Awal bergabung dalam keseian bondres tersebut, Susik melakoni karakter wanita bernama Luh Putu Ayu Jebug Garum. Seiring berjalannya waktu, karakter tersebut dianggap tidak laku dan ketinggalan zaman. Hingga akhirnya karakter Susik dirilis pada 1989.
Dipilihnya nama Susik saat itu, mempertimbangkan faktor nama anak muda kekinian. Selain itu, juga agar gampang diingat penonton. Karaketr Susik yang menggambarkan seorang perempuan dengan tingkah manja, berparas pas-pasan tersebut mulai dikenal di masyarakat. Saat itu, upah berkesenian tidak banyak. Pertama kali tampil, Susik hanya mendapatkan bayaran Rp 5.000. Karena dianggap tidak dapat menjamin kehidupannya, Susik pun keluar dari Sanggar Dwi Mekar dan pilih merantau ke Denpasar mencari pekerjaan baru.
Namun, tidak berselang lama, dia kembali ke Buleleng, karena merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya di sebuah hotel di kawsasan Kuta. Pada 1992, Susik diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali dalam sebuah sendratari. Saat itulah dia kembali melakoni kesenian dan bergabung lagi ke Sanggar Dwi Mekar asuhan Wayan Sujana. Namun, di Sanggar Dwi Mekar tersebut dia awalnya banyak dicemooh, karena dianggap tidak punya dasar tari.
Hal tersebut membuat Susik jengah, hingga terus belajar dan berubah. Dengan mendalami terus karakter Susik, pada 2000 dia mendapat undangan tampil bersama dalam Paguyuban Lawak se-Bali. Nah saat itulah moment yang membuat bondres Buleleng dan karakter Susik mulai terkenal, dan banyak dinanti-nanti masyarakat Bali. Susik selalu duet dengan Nyoman Durpa. *k23
Komentar