nusabali

Truk Dilarang Masuk ke Galian C

  • www.nusabali.com-truk-dilarang-masuk-ke-galian-c

Operasional truk dinilai bisa menghambat manakala dilakukan evakuasi saat Gunung Agung erupsi.

SINGARAJA, NusaBali
Truk angkutan material galian C dari wilayah Buleleng dan Jembrana mulai dilarang masuk ke lokasi galian. Pelarangan ini berlaku sejak Kamis (28/9)  pukul 13.00 Wita. Seluruh truk yang datang dari arah Singaraja dihentikan di perbatasan wilayah

Karangasem-Singaraja.  Sopir truk diminta balik oleh aparat kepolisian dari Polsek Kubu yang berjaga di perbatasan kedua kabupaten itu, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem dengan Desa Tembok, Kecamatan Tejakla, Buleleng.

Pelarangan truk masuk galian agar tidak ada truk yang mengangkut material dari wilayah Kecamatan Kubu. Pelarangan ini menyusul masih ada pengusaha galian yang nekat beroperasi kendati sudah diberi peringatan. Salah satu galian yang beroperasi hingga Kamis sore berada di Banjar Nusu, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Karangasem.

Pantauan NusaBali ke Banjar Nusu terdapat sejumlah titik lokasi penambangan. Namun di salah satu titik terlihat aktivitas penambangan berjalan normal. Kendati tidak banyak truk yang mengambil material, namun sejumlah alat berat seperti pemecah batu, dan penggaruk material terlihat tetap dioperasikan.

Pengusaha galian Komang Mangku Suanjaya yang ditemui di lokasi penambangan mengaku nekat beroperasi karena melihat situasi Gunung Agung tetap tenang. Ia pun mengaku terus memantau perkembangan Gunung Agung dari lokasi penambangan menggunakan keker (pengintai jarak jauh) bermerek Bushnell Legancy. “Coba lihat, kayak begini situasi gunungnya tenang, kok kami tidak diizinkan beroperasi. Surat resmi belum ada, tetapi secara lisan disampaikan agar ditutup,” katanya.

Bagi Komang Suanjaya, penutupan galian C akan berdampak luas bagi Bali. Selain banyak pekerja di penambangan galian C yang menganggur, proyek-proyek pemerintah juga tidak bisa jalan karena tidak ada pasokan material seperti pasir dan batu (sirtu). “Berapa orang yang akan menganggur, sopir truk kemudian buruh proyek dan tenaga di sini juga menganggur. Ini akan berdampak ekonomi Bali akan lumpuh. Sekarang kalau saya tutup, beranikah pemerintah memberi jaminan waktu (kapan) Gunung Agung akan erupsi. Di luar Bali itu, erupsi bisa terjadi setahun setelah dikatakan berbahaya. Di sini Gunung Agung terlihat tenang,” ujar Komang Suanjaya pemilik galian C Anom Jaya.

Konon upah bagi semua buruh di penambangan Anom Jaya yang berjumlah sekitar 150 orang sudah dinaikkan mulai Rp 100.000 sampai Rp 150.000 perhari. Sehingga buruh di penambangan mendapatkan upah antara Rp 200.000 sampai Rp 400.000 per hari perorang. Menurut Komang Suanjaya, kenaikan upah itu semata-mata agar semua pekerja ada bekal ketika nanti mengungsi. “Sebenarnya sudah ada yang mau bekerja dalam situasi seperti ini, kenapa tidak didukung. Apa kami harus meminta-minta di pengungsian. Terus sampai kapan kami harus meminta-minta,” tandasnya.

Sementara akibat masih adanya penambang yang tetap nekat beroperasi, Polsek Kubu langsung melarang seluruh truk dari arah Singaraja masuk ke lokasi galian. Sejak Kamis pukul 13.00 Wita, sejumlah aparat kepolisan terlihat menghadang truk-truk dari arah Singaraja dan meminta balik kembali diperbatasan wilayah Karangsem-Buleleng.

Kapolsek Kubu AKP Made Suadnyana yang dikonfirmasi kemarin siang mengakui masih ada beberapa titik galian C yang masih beroperasi. Padahal sejak Selasa (26/9) pihaknya sudah mengimbau pengusaha galian untuk menutup sementara karena perkembangan situasi Gunung Agung. “Tapi karena masih ada yang tetap beroperasi, kami ambil langkah tegas melarang semua truk yang masuk ke galian,” katanya.

Dijelaskan pelarangan truk masuk galian, karena dikhawatirkan akan menganggu proses evakuasi warga ketika Gunung Agung erupsi. Karena truk akan berjalan lamban akibat beban truk yang berat. Di samping itu, keberadaan truk dengan beban berat di jalan raya juga menganggu proses pendistribusian logistik bagi para pengungsi.

“Pengalaman waktu  di Desa Selat, proses evakuasi warga jalanan macet karena truk-truk material ini yang jalannya lambat. Dan pendistribusian kebutuhan warga pengungsi juga akan terganggun jadi lambat," tuntas Made Suadnyana. *k23

Komentar