Belasan Pengungsi Terserang Tomcat
Tiba-tiba saja serangga dengan cairan beracun ini muncul dari areal persawahan di selatan GOR Swecapura.
SEMARAPURA, NusaBali
Belasan pengungsi bencana Gunung Agung, Karangasem, di GOR Swecapura, Desa Gelgel, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, terserang serangga Tomcat. Serangan Tomcat atau Tomket ini terjadi sejak Senin (25/9), tepatnya menyerang para pengungsi yang menempati teras sisi selatan GOR.
Informasi di lokasi, warga yang terserang Tomcat hingga Kamis (28/9) malam tercatat 12 orang, dari 3 kepala keluarga (KK). Serangan Tomcat ini terjadi di malam hari ketika lampu dinyalakan. Tiba-tiba saja serangga dengan cairan beracun ini muncul dari areal persawahan di selatan GOR Swecapura.
“Serangga ini berjatuhan dari lampu di atas, karena jumlahnya banyak dan ukurannya kecil jadi sulit menghindarinya,” ujar seorang ibu yang anaknya terserang Tomcat, Gusti Ayu Ratih, 35, Jumat (29/9). Perempuan asal Desa Muncan, Karangasem ini mengaku semua keluarganya yang diajak mengungsi terserang Tomcat. Antara lain, suaminya, Gusti Ngurah Toya,35, ketiga anaknya Gusti Ngurah Rai Astawa,13, Gusti Agung Rama Putra,10, dan Gusti Ayu Rika Trisnayanti,6. Mereka mengalami luka lepuh di bagian telinga, leher dan tubuh. “Semua anggota keluarga terkena Tomcat, kecuali saya tidak kena,” katanya.
Bahkan seorang anaknya Gusti Astawa tidak bisa sekolah sejak Selasa (26/9) lalu, karena mengalami luka lepuh di bagian alis dan bagian tubuh lainnya.
Pasca kejadian ini mereka sudah mendapatkan penanganan medis dari tim kesehatan, berupa pil dan salep. Kata Gusti Ayu Ratih, Tomcat itu datang saat lampu menyala. Kalau lampu dimatikan seperti Kamis (28/9) malam, Tomcat itu hilang. “Kemarin ada petugas yang mematikan lampu,” katanya.
Kejadian ini mendapatkan atensi dari Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta yang tengah memantau kondisi GOR. Pihaknya tengah mencari solusi dari persoalan ini dengan membahas dulu dengan pihak yang membidangi. Salah satu solusinya adalah memasang lampu di areal persawahan supaya kawanan Tomcat berkerumun di pusat cahaya lampu tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida mengatakan, pasca kejadian itu dan berkoordinasi dengan BPBD Klungkung pihaknya sudah melakukan penanganan dengan penyemprotan insektisida. “Kami lihat perkembangannya besok, jika diperlukan tiap hari, kami akan lakukan penyemprotan tiap hari,” katanya.
Kata dia, Phaederus Litoralis atau Tomket, di aktivitas pertanian sebenarnya bukan hama, namun serangga yang merupakan musuh alami atau pengendali alamiah untuk hama pengganggu tanaman. “Jangan panik bila dihinggapi serangga tersebut dan jangan dipencet, karena akan keluar cairan yang bersifat racun,” ujarnya. Racun itu disebut Paederin yang dapat menyebabkan kulit yang terkena akan sedikit melepuh dan kemerahan. *wa
Belasan pengungsi bencana Gunung Agung, Karangasem, di GOR Swecapura, Desa Gelgel, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, terserang serangga Tomcat. Serangan Tomcat atau Tomket ini terjadi sejak Senin (25/9), tepatnya menyerang para pengungsi yang menempati teras sisi selatan GOR.
Informasi di lokasi, warga yang terserang Tomcat hingga Kamis (28/9) malam tercatat 12 orang, dari 3 kepala keluarga (KK). Serangan Tomcat ini terjadi di malam hari ketika lampu dinyalakan. Tiba-tiba saja serangga dengan cairan beracun ini muncul dari areal persawahan di selatan GOR Swecapura.
“Serangga ini berjatuhan dari lampu di atas, karena jumlahnya banyak dan ukurannya kecil jadi sulit menghindarinya,” ujar seorang ibu yang anaknya terserang Tomcat, Gusti Ayu Ratih, 35, Jumat (29/9). Perempuan asal Desa Muncan, Karangasem ini mengaku semua keluarganya yang diajak mengungsi terserang Tomcat. Antara lain, suaminya, Gusti Ngurah Toya,35, ketiga anaknya Gusti Ngurah Rai Astawa,13, Gusti Agung Rama Putra,10, dan Gusti Ayu Rika Trisnayanti,6. Mereka mengalami luka lepuh di bagian telinga, leher dan tubuh. “Semua anggota keluarga terkena Tomcat, kecuali saya tidak kena,” katanya.
Bahkan seorang anaknya Gusti Astawa tidak bisa sekolah sejak Selasa (26/9) lalu, karena mengalami luka lepuh di bagian alis dan bagian tubuh lainnya.
Pasca kejadian ini mereka sudah mendapatkan penanganan medis dari tim kesehatan, berupa pil dan salep. Kata Gusti Ayu Ratih, Tomcat itu datang saat lampu menyala. Kalau lampu dimatikan seperti Kamis (28/9) malam, Tomcat itu hilang. “Kemarin ada petugas yang mematikan lampu,” katanya.
Kejadian ini mendapatkan atensi dari Wakil Bupati Klungkung I Made Kasta yang tengah memantau kondisi GOR. Pihaknya tengah mencari solusi dari persoalan ini dengan membahas dulu dengan pihak yang membidangi. Salah satu solusinya adalah memasang lampu di areal persawahan supaya kawanan Tomcat berkerumun di pusat cahaya lampu tersebut.
Kepala Dinas Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida mengatakan, pasca kejadian itu dan berkoordinasi dengan BPBD Klungkung pihaknya sudah melakukan penanganan dengan penyemprotan insektisida. “Kami lihat perkembangannya besok, jika diperlukan tiap hari, kami akan lakukan penyemprotan tiap hari,” katanya.
Kata dia, Phaederus Litoralis atau Tomket, di aktivitas pertanian sebenarnya bukan hama, namun serangga yang merupakan musuh alami atau pengendali alamiah untuk hama pengganggu tanaman. “Jangan panik bila dihinggapi serangga tersebut dan jangan dipencet, karena akan keluar cairan yang bersifat racun,” ujarnya. Racun itu disebut Paederin yang dapat menyebabkan kulit yang terkena akan sedikit melepuh dan kemerahan. *wa
Komentar