Pujawali di Pura Puseh, Pengungsi Pulang Kampung
Warga pengungsi dari Banjar Alasngandang, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem, mulai meninggalkan lokasi pengungsian, Senin (2/10).
BANGLI, NusaBali
Mereka pulang kampung untuk mempersiapkan pujawali atau piodalan di di Pura Puseh Balai Agung Desa Adat Alasngandang. Sebelum pulang, mereka merapikan barang bawaan dan membersihkan areal pengungsian.
Salah seorang warga pengungsi, I Komang Gunawan mengatakan, piodalan di Pura Puseh Balai Agung Alasngandang pada Purnama Kapat, Kamis (5/10) mendatang. Krama Alasngandang yang berada dipengungsian kembali ke rumah untuk mempersiapkan upacara piodalan. Biasanya seminggu sebelum pujawali, krama sudah melaksanakan persiapan. “Seminggu sebelumnya krama sudah ngayah, tapi sekarang kondisi berbeda, upacara mungkin dilaksanakan lebih sederhana,” ungkapnya.
Dikatakan, prajuru sudah melaksanakan paruman. Saat piodalan rencananya tidak mengunakan gong atau tetamburan karena krama banyak di pengungsian. Pujawali yang biasanya dilaksanakan selama empat hari dipersingkat menjadi dua hari. “Mestinya dilaksanakan Ngusaba Desa, tapi kondisi seperti ini. Piodalan tetap dilaksanakan untuk memohon keselamatan umat,” imbuhnya. Dikatakan, pengempon pura sebanyak 50 kepala kelurga adat.
Sebagian warga Alasngandang yang berada di pengungsian Balai Banjar Kayuambua telah pulang kampung untuk persiapan odalan. Sementara para lanjut usia (lansia) dan anak-anak tinggal di posko pengungsian Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Bangli yang tidak jauh dari Balai Banjar Kayuamabua. Warga pulang ke Alasngandang menggunakan kendaraan pribadi mulai dari sepeda motor maupun pick up.
Warga mengaku bingung dengan status di pengungsian, apalagi Banjar Alasngandang tidak termasuk dalam 28 desa yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana (KRB) “Banjar kami tidak masuk KRB, sedangkan Banjar Keladian berbatasan tukad dengan banjar kami masuk KRB. Bila Gunung Agung meletus apa desa kami aman. Prajuru kami tidak berani mengarahkan kami untuk pulang atau tetap bertahan,” jelas salah seorang pengungsi, Gunawan. Dikatakan, bila tetap mengungsi takutnya tidak ada bantuan, mengingat hanya 28 desa masuk KRB.
Dikonfirmasi terpisah Bendesa Adat Alasngandang, I Komang Warsa mengatakan warga yang mengungsi di Balai Banjar Kayuambua maupun SKB Bangli sebanyak 487 orang. Dia mengaku tidak berani memaksakan warganya kembali lantaran masalah keselamatan nyawa. “Instruksi gubernur, banjar kami tidak termasuk KRB tetapi dari lokasi Desa Pempatan termasuk KRB. Bila melihat kondisi di lapangan jarak banjar kami hanya dibatasi pangkung. Kami serahkan lagi kepada masyarakat,” terangnya.
Terpisah, Bagian Informasi, Data, dan Humas Pos Komando Penanganan Bencana Gunung Agung, Ni Wayan Manik mengungkapkan rekap data pengungsian di Kabupaten Bangli per Minggu (1/10) sebanyak 11.921 orang. Setelah dilakukan pendataan ulang sesuai instruksi gubernur, 27 desa masuk desa terdampak jumlah pengungsi 4.945 orang sedangkan 6.976 orang berada di zona aman. “Warga pengungsi di Desa Jehem sudah dipulangkan 177 orang dari jumlah 364 orang,” ungkapnya. *e
Komentar