Situasi Darurat, Piodalan di Pura Dipersingkat
Pujawali di Pura Paibon Pasek Tua Aji Pejengan, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem pada Purnama Kapat bertepatan Wraspati Pon Wariga, Kamis (5/10) berlangsung singkat.
AMLAPURA, NusaBali
Biasanya, Ida Bhatara nyejer selama tiga hari, namun karena status awas Gunung Agung dan Desa Besakih masuk kawasan rawan bencana (KRB) III, maka usai muspa pujawali langsung nyineb (ditutup). Makemit (jaga malam) ditiadakan dengan alasan keselamatan.
Pujawali dan persembahyangan di Pura Paibon Pasek Tua Aji Pejengan dipimpin Jero Mangku Yasa. Krama yang menggelar pamuspaan juga tergesa-gesa, usai muspa langsung bergegas menuju kendaraan masing-masing untuk balik mengungsi. Panglingsir pangempon Pura Paibon Pasek Tua Aji Pejengan, Jro Mangku Carita menuturkan, agar piodalan bisa berlangsung, sarana banten upakara dikerjakan di rumah pangempon. Semua pangempon dapat tugas buat banten. Sehingga di puncak upacara, seluruh banten telah siap dipersembahkan. “Upakara dibuat di masing-masing rumah pangempon, tidak ada patedunan,” terang Mangku Carita.
Begitu juga di Pura Paibon, Kelian Pamaksan I Wayan Sri Merta pimpin umat langsung pasang pangangge (kain) di setiap palinggih. Setelah itu dilanjutkan nuur Ida Bhatara dan sembahyang bersama. Usai sembahyangan langsung upacara nyineb diakhiri melepas pangangge (kain). “Situasinya darurat, tidak mungkin kami makemit di sini, karena dekat Gunung Agung, radius sekitar 9 kilometer, masuk KRB III,” terang Sri Merta. Ditambahkan, radius 9 kilometer merupakan jalur awan panas. “Semua krama pangempon memaklumi, agar jalannya upacara lebih cepat. Selanjutnya kembali ke tempatnya mengungsi,” imbuhnya. *k16
1
Komentar