Pasien Cuci Darah di RS Karangasem Berkurang
Jumlah pasien cuci darah yang mengalami gagal ginjal yang berobat di RSUD Karangasem berkurang.
AMLAPURA, NusaBali
Penyebabnya, karena 24 pasien cuci darah memilih mengungsi akibat status awas Gunung Agung. Sehingga yang terlayani setiap hari hanya 12 pasien. Sebelumnya yang terlayani 36 pasien setiap hari. Pasien yang mengungsi memilih melanjutkan cuci darah di dekat lokasi pengungsian.
Pelayanan cuci darah hanya untuk shift pagi, sekitar 4 sampai 5 jam. “Normalnya tiga shift setiap hari,” jelas Direktur RSUD Karangasem I Wayan Suardana di Amlapura, Minggu (8/10). Pasien yang mengungsi itu, katanya, ada yang melanjutkan cuci darah di RSUD Singaraja, RSUD Klungkung, RSUD Gianyar, dan RSUP Sanglah Denpasar. Dikatakan, pasien berstatus pengungsi, baik untuk cuci darah maupun memerlukan pelayanan lainnya mendapatkan pelayanan gratis sesuai instruksi Kementerian Kesehatan.
Suardana mengatakan memiliki 13 mesin dan satu mesin cadangan untuk pelayanan cuci darah di RSUD Karangasem. Selama seminggu melayani cuci darah sebanyak 60 pasien yang masih bertahan 36 pasien. Menurut Suardana, bukan saja pasien gagal ginjal perlu cuci darah. Pasien yang bukan gagal ginjal juga perlu cuci darah yang disebabkan: PH (pangkat hidrogen atau power of hydrogen) darah rendah, kondisi keracunan, metabolisme tinggi, penurunan kesadaran, terjadi penumpukan cairan dalam tubuh dan sebagainya.
Pasien cuci darah yang mengalami gagal ginjal dibagi dua, penderita gagal ginjal kronis mesti menjalani cuci darah seumur hidup. Pasien dengan penyakit ginjal akut, hanya menjalani cuci darah selama kondisi ginjal masih sakit. Tujuan cuci darah untuk membersihkan racun dalam tubuh karena ginjal tak mampu lagi buang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh. Efek samping cuci darah bisa menyebabkan terjadi hernia atau ada cairan tertahan cukup lama dalam tubuh, terjadi kenaikan berat badan, tekanan darah rendah, kram pada otot, gatal pada kulit, sakit pada tulang dan persendian, hingga kelelahan. *k16
1
Komentar