Posko Pengungsian Sutasoma Pilih Terapkan Sistem Banjar
Posko Pengungsian Sutasoma di Kecamatan Sukawati, Gianyar, yang dijadikan pos induk untuk korban bencana Gunung Agung, terapkan sistem banjar untuk permudah koordinasi.
GIANYAR, NusaBali
Intinya, para pengungsi diajak untuk beraktivitas layaknya di banjar, lengkap dengan kelian banjarnya dan pembagian tugas.
Dalam sistem banjar ini, para pengungsi dikelompokkan dalam 8 blok, mulai dari Blok A sampai Blok F. Setiap blok kembali dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, yang jumlahnya bervariasi sekitar 15-20 orang per kelompok. Nah, untuk satu blok dipilih seorang pengungsi untuk bertugas sebagai kelian banjar. Layaknya pemimpin, kelian banjar ini bertanggung jawab terhadap krama banjarnya (pengungsi) dalam blok bersangkutan.
Saat ini, tercatat 727 pengungsi di Posko Sutasoma. Mereka terbagi dalam 6 banjar (blok). Menurut Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar, Pande Made Suweda, perwakilan dari banjar-banjar ini secara bergiliran bertugas untuk menyiapkan makanan pagi, siang, dan malam. "Pembentukan bebanjaran ini tujuannya untuk memudahkan koordinasi warga pengungsi di tiap kelompok," jelas Pande Suweda, Rabu (11/10).
Selain mempermudah koordinasi, keterlibatan para pengungsi dalam kegiatan ala banjar ini juga bagus untuk mengusir kepenatan dan meminimalkan tingkat stres.
"Per blok pengungsian sudah ada koordinatornya, sekarang sudah sampai Blok F. Kalau ingin koordinasi, tinggal panggil ketua blok (kelian banjar)-nya saja, biar mudah," katanya.
Disinggung tentang ketersediaan logistik di Posko Sutasome, menurut Pande Suweda, masih mencukupi hingga 20 hari ke depan. "Kami tiap hari koordinasi di bagian dapur tentang kebutuhan apa saja yang kurang. Saya lihat, selama 20 hari ke depan masih cukup," ujarnya.
Bahkan, untuk meminimalkan bahan baku yang cepat membusuk, ada petugas yang memang disiapkan untuk mensortir bahan mana saja yang bisa dimanfaatkan terlebih dulu. Jika ada kebutuhan yang mesti disiapkan di posko kecamatan, selama ada permintaan dan juga barang, akan segera didistribusikan. "Sepanjang ada permintaan ke kecamatan dan ada barangnya, akan kami bantu," tegas Pande Suweda seraya menyebut ada sejumlah kebutuhan pengungsi yang masih diperlukan, seperti bantal dan kasur.
Menurut Pande Suweda, hampir seluruh OPD Pemkab Gianyar terlibat dalam operasional Posko Pengungsian Sutasoma. Dinas Dukcapil Gianyar, misalnya, bertugas dalam pencatatan data pengungsi. Sedangkan Badan Keuangan dan Aset Daerah untuk mengelola keuangan, sementara Dinas Perhubungan menyediakan sarana transportasi. Sebaliknya, Pol PP dan Kesbangpol menjaga keamanan, Dinas PU bagian pembangunan selter pemukiman, Dinas Sosial mengelola dapur umum, dan Dinas Kesehatan selalu siaga memeriksa kondisi kesehatan pengungsi. "Kita juga bersinergi dengan PDAM untuk menyediakan kebutuhan air."
Sementara itu, salah seorang pengungsi yang dapat giliran memasak di Posko Sutasoma, Gusti Ayu Nyoman Warti, 40, mengatakan aktifitas memasak dilakukan 3 kali sehari. Perama, pukul 04.00-06.00 Wita. Kedua, pukul 10.00-12.00 Wita. Ketiga, pukul 16.00-18.00 Wita. Persiapan masak selama 2 jam, termasuk sampai bungkus nasi.
Untuk mempermudah pembagian konsumsi inilah, peran kelian banjar diperlukan. Setiap banjar terdiri dari sekitar 105 orang. "Setelah semua sudah terbungkus, tiap banjar dibagikan konsumsi sesuai jumlah warganya. Kalau banjar tiyang di Blok F jumlahnya 105 orang," jelas pengungsi asal Banjar Uma Anyar, Desa Buana Giri, Kecamatan Bebandem, Karangasem ini kepada NusaBali. 7 nvi
1
Komentar