Pengungsi Risaukan Lokasi Pengungsian Ternak
Menyusul dipindahnya lokasi pengungsian, para pengungsi ikut ribet dengan ternak yang dibawanya. Daripada bingung, sebagian pengungsi mulai menjual ternak sapinya.
SINGARAJA, NusaBali
Ratusan ekor ternak sapi yang ditampung di lahan kosong dekat tenda pengungsian Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng mulai berkurang, pasca seluruh pengungsi dipindah. Di antaranya ada yang sudah terjual, namun tidak sedikit juga terpaksa dibawa kembali ke desa asalnya.
Semula ada sekitar 400 ekor sapi, dan puluhan ekor ternak lainnya seperti kambing dan babi ikut dibawa mengungsi. Sebagian besar ternak tersebut milik warga dari Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Seluruh ternak milik para pengungsi itu ditampung di lahan kosong milik warga, sekitar 50 meter dari dari tenda pengungsian Desa Les. Untuk menjamin kelangsungan hidup ternak para pengungsi, Dinas Pertanian Pemprov Bali sempat memasok pakan berupa jerami dan dedak.
Nah menyusul pindahnya para pengungsi dari tenda pengungsian, jumlah ternak sapi, kambing dan babi yang sempat dikandangkan menjadi satu terus berkurang. Kini jumlah ternak sapi di lokasi tidak lebih dari 100 ekor.
Pantauan NusaBali ke lokasi, Rabu (11/10) pagi, sebagian besar bekas kandang sapi dari bambu sudah kosong. Informasinya, kosongnya kandang itu karena ternak sapi sudah ada yang laku terjual. Ada pula yang dibawa pulang lagi ke desa asal Desa Ban. Mereka yang menjual dan membawa pulang ternaknya karena bingung memikirkan lokasi penampungan ternak di tempat barunya termasuk mencari pakan. “Care tiange sube meadep seke besik. Tiang orahine pindah dogen, tongos sampi tusing ade. Dije tiang tongosang sampine. Ane lenan ada abane mulihne ke desa. (Kayak saya sudah jual satu persatu. Saya diminta pindah saja (dari tenda pengungsian,red), tetapi tempat penampungan ternak tidak jelas. Dimana saya tempatkan nanti. Yang lain ada sudah diawa pulang ke desa),” ujar salah seorang pengungsi.
Sedangkan ternak yang masih berada di lokasi penampungan di Desa Les, karena pemiliknya enggan ikut pindah. Mereka pilih tidur di dekat kandang dengan tenda terpal, agar bisa mengawasi dan mengurus ternaknya. “Tiang masih sube ada meadep. Yen pindah masih tusing ade tongos maubuhan. Dini sube kangoang nongos, ngabe mulih masih kene bia (Saya juga sudah jual satu persatu. Kalau pindah juga tidak ada tempat penampungan ternak. Lebih baik disini saja mengungsi. Kalau bawa pulang juga kena ongkos),” kata Nengah Gita, warga asal Banjar Pucang, Desa Ban.
Nengah Gita mengaku tinggal di lokasi penampungan sapi bersama anak, menantu dan cucunya yang berjumlah 7 orang. Selama ini ia tinggal di tenda pengungsian, namun karena disuru pindah, Gita bersama keluarganya pilih tinggal di penampungan ternak. Selama mengungsi, Nengah Gita mengaku membawa 9 ekor sapi, 10 ekor kambing dan 3 babi. Sejak mengungsi itu pula, ternak sapinya sudah dijual satu persatu. “Jani nu telu, be meadep nenem. Pedalem tiang sampine gede-gede keadep. Mudah payu, maji aji 15 juta, jani 11 juta payu (Sekarang masih tiga ekor, sudah terjual enam ekor. Kalau diingat, sedih juga sapi besar-besar harus dijual. Lakunya murah, sapi seharga Rp 15 juta, dijual Rp 11 juta),” aku Nengah Gita.
NusaBali juga sempat melihat anak Nengah Gita menjual salah satu ternak sapinya kemarin. Sapi siap indukan laku terjual Rp 5 juta. Nengah Gita mengaku selain bingung mencari tempat penampungan sapi ketika harus pindah, juga kewalahan mencari pakan rumput. Selama ini, Gita mengaku dua hari sekali harus mencari rumput Gajah ke desanya bersama rekannya yang tinggal di penampungan ternak. Rumput yang sudah diikat kemudian disewakan pickup seharga Rp 4.000 perikat. Gita mengaku jerami dan pakan dedak yang diberikan pemerintah, tidak mau dimakan oleh sapinya. “Somi abange, sampi sing biase ngamah somi. Tiang ngarit ke desa, semeng ke desa ngarit, sanje balik. Nyanan padang ne bemetegul, alihang upah kajang (Jeriami dikasi, sapi tidak biasa makan jerami. Saya harus nyabit rumput ke desa. Pagi berangkat nyabit, sore balik lagi. Nanti rumput sudah diikat, dicarikan tukang angkut pakai pickup).”
Sementara Camat Tejakula Nyoman Widiartha yang ditemui di kantornya kemarin siang belum sempat memikirkan ternak sapi para pengungsi. Widiartha mengaku pikirannya masih fokus tentang pemindahan warga. “Kita belum sempat pikirkan itu, tetapi masalah sapi kan tanggungjawab Dinas Pertanian. Ya nanti kita koordinasikan lagi,” katanya.
Di tempat terpisah Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng Nyoman Swatantra belum bisa dikonfirmasi. Beberapa kali dihubungi melalui saluran telepon, terdengar nada sambung namun tidak diangkat. 7k19
Komentar