Tim Penanganan Ternak Cari Solusi Penampungan
Tim penanganan ternak para pengungsi ingin seluruh ternak pengungsi tetap ditampung di lokasi yang disediakan di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Pasca Relokasi Pengungsi
SINGARAJA, NusaBali
Kendati demikian, tim tidak bisa memaksa para pengungsi membawa keluar ternaknya dari lokasi yang disediakan, pasca pengungsi di tenda pengungsian dipindah.
Tim pun sedang pikirkan solusi penanganan ternak para pengungsi tersebut. “Kita sebenarnya sudah koordinasikan dengan tim penangan hewan ternak Pemprov Bali untuk mencarikan solusi penangan ternak terkait dengan pemindahan para pengungsi dari tenda pengungsian. Tetapi secara teknis, lokasi yang ada sekarang itu cukup nyaman menampung ternak pengungsi, karena lahannya luas, dan cukup rindang karena ada banyak pohon kelapa,” kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Nyoman Swatantra yang ditemui Kamis (12/10) di ruang kerjanya.
Menurut Swatantra mengungkapkan, pihaknya juga sedang pikirkan upaya-upaya penanganan ternak para pengungsi yang ikut dibawa pindah oleh pemiliknya dari lokasi penampungan. Pihkanya masih upayakan mencari lahan yang dekat dengan lokasi pengungsi pindah. “Kita sedang upayakan, lahan-lahan kosong, tentu nanti kita koordinasi dengan pemilik lahan, untuk bisa dipakai lokasi penampungan ternak sapi pengungsi. Atau tetap di lokasi semula, nanti pakai sistem jaga bergiliran,” kata Swatantra didampingi Kabid Keswan Dinas Pertanian Buleleng, Wayan Susila.
Dijelaskan, sejak kehadiran pengungsi ke Buleleng, jumlah ternak sapi yang ikut dibawa mengungsi ke Buleleng sekitar 1.800 ekor lebih. Jumlah itu tersebar hampir di seluruh kecamatan di Buleleng, sesuai dengan tempat para pengungsi ditampung. Namun jumlah ternak yang dibawa pengungsi diperkirakan belum seberapa. Karena diperkirakan masih ada ribuan ternak sapi yang tidak diungsikan dari daerah KRB.
“Kita dapat informasi masih banyak yang belum dibawa turun (mengungsi, red), ini juga yang sedang diupayakan, baik lokasi penampungan maupun upaya agar bisa dibawah menjauh dari daerah KRB. Untuk angkutan sudah difasilitasi,” imbuh Susila.
Sebelumnya ternak sapi yang ditampung di lahan kosong dekat tenda pengungsian Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng terus berkurang, pasca seluruh pengungsi dipindah. Di antaranya ada yang sudah terjual, namun tidak sedikit juga terpaksa dibawa kembali ke desa asalnya, karena belum ada tempat penampungan kalau diajak pindah.
Semula ada sekitar 400 ekor sapi, dan puluhan ekor ternak lainnya seperti kambing dan babi ikut dibawa mengungsi. Sebagian besar ternak tersebut milik warga dari Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Seluruh ternak milik para pengungsi itu ditampung di lahan kosong milik warga, sekitar 50 meter dari dari tenda pengungsian Desa Les.
Untuk menjamin kelangsungan hidup ternak para pengungsi, Dinas Pertanian Pemprov Bali sempat memasok pakan berupa jerami dan dedak.
Nah menyusul pindahnya para pengungsi dari tenda pengungsian, jumlah ternak sapi, kambing dan babi yang sempat dikandangkan menjadi satu terus berkurang. Kini jumlah ternak sapi di lokasi tidak lebih dari 100 ekor. Kosongnya kandang itu karena ternak sapi sudah ada yang laku terjual. Ada pula yang dibawa pulang lagi ke desa asal Desa Ban. Mereka yang menjual dan membawa pulang ternaknya karena binggung memikirkan lokasi penampungan ternak di tempat barunya termasuk mencari pakan. “Care tiange sube meadep seke besik. Tiang orahine pindah dogen, tongos sampi tusing ade. Dije tiang tongosang sampine. Ane lenan ada abane mulihne ke desa (Kayak saya sudah jual satu persatu. Saya diminta pindah saja (dari tenda pengungsian,red), tetapi tempat penampungan ternak tidak jelas. Dimana saya tempatkan nanti. Yang lain ada sudah diawa pulang ke desa),” ujar salah seorang pengungsi.
Sedangkan ternak yang masih berada di lokasi penampungan di Desa Les, karena pemiliknya enggan ikut pindah. Mereka pilih tidur di dekat kandang dengan tenda terpal, agar bisa mengawasi dan mengurus ternaknya. “Tiang masih sube ada meadep. Yen pindah masih tusing ade tongos maubuhan. Dini sube kangoang nongos, ngabe mulih masih kene bia (Saya juga sudah jual satu persatu. Kalau pindah juga tidak ada tempat penampungan ternak. Lebih baik di sini saja mengungsi. Kalau bawa pulang juga kena ongkos),” kata Nengah Gita, warga asal Banjar Pucang, Desa Ban. *k19
Komentar