Dua Bocah Korban Keracunan Masih Dirawat
Dua (2) dari 41 bocah SD asal Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng korban keracunan makanan di kantin sekolah masih menjalani perawatan intensif di RSUD Buleleng, Kamis (12/10).
SINGARAJA, NusaBali
Mereka masing-masing Putu Restu Cintya Dewi, 7 (siswi Kelas I SDN 5 Panji) dan Nyoman Sutriani, 9 (siswi Kelas III SDN 5 Panji). Kedua bocah perempuan korban keracunan ini dirawat di ruangan terpisah, dengan ditunggui keluarganya masing-masing. Putu Restu Cintya Dewi dirawat di Ruang Sakura RSUD Buleleng, sementara Nyoman Sutriani menjalani perawatan di Ruang Transit RSUD Buleleng.
Saat NusaBali menjenguknya di ruang perawatan, Kamis kemarin, bocah Cintya Dewi ditunggui ibundanya, Kadek Dinda, 25. Kondisi bocah berusia 7 tahun ini sudah membaik, tidak lagi merasakan gejala sakit kepala dan muntah. “Hari ini (kemarin) sudah tidak muntah lagi. Kalau kemarin, sampai 10 kali muntah,” cerita Kadek Dinda, yang tinggal di Banjar Mekar Sari, Desa Panji.
Kondisi berbeda dialami Nyoman Sutriani. Bocah perempuan berusia 9 tahun ini masih terbaring lemas saat ditemui di Ruang Transit RSUD Buleleng. Kami kemarin, bocah korban keracunan ini ditunggui ibunya, Nyoman Merta 43.
Kepada NusaBali, Nyoman Sutriani mengakui dirinya mengalami gejala mual, pusing, dan akhirnya muntah-muntah seusai jam olahraga, Rabu (11/10) pagi. Sebelum jam olahraga, siswi kelas III SDN 5 Panji ini sempat menyantap sebungkus nasi kuning dan es jasjus yang dijual di kantin sekolah. Gejala keracunan yang dialaminya pun semakin parah saat diikuti dengan diare. “Dokter memutuskan saya harus menjalani rawat inap, karena mengalami dehidrasi,” katanya.
Sementara, Kepala Bagian Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, menyatakan total pasien korban keracunan yang dilarikan ke RSUD Buleleng sejak Rabu siang hingga malam mencapai 41 orang. “Pasien terakhir masuk rumnah sakit tadi malam (Rabu) pukul 20.00 Wita,” kata Budiantara saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di RSUD Buleleng di Singaraja, Kamis kemarin.
“Namun, yang diputuskan rawat inap dua orang, sesuai dengan hasil observasi dokter. Sampai saat ini, dari hasil visite dokter pagi hari, mereka masih harus menjalani perawatan, belum dibolehkan pulang,” lanjut Budiantara.
Sedangkan Wakil Bupati Buleleng, dr I Nyoman Sutjidra SpOG, mengatakan sejauh ini pemerintah sudah melakukan penanganan yang sesuai dengan prosedur. Sampel sisa makanan dan muntahan para siswa korban keracunan pun sudah dibawa ke Laboratorium Kesehatan Denpasar. “Yang pertama kita lakukan adalah penanganan anak-anak, baru setelah itu cari penyebabnya. Kita masih tunggu hasil uji labnya, sehingga penyebab keracunan pastinya apa,” ujar Wabup Sutjidra, Kamis kemarin.
Menurut Sutjidra, pihaknya memberi perhatian khusus terhadap keracunan massal siswa di Buleleng yang untuk kesekian kalinya terjadi ini. Ke depannya, diharapkan tidak ada lagi terulang kasus serupa. “Kita akan terus sosialisasikan melalui kegiatan UKS, kepada seluruh sekolah untuk menyiapkan kantin yang bersih dan sehat,” tegas Sutjidra.
Sementara itu, guru SDN 5 Panji yang siapkan dagangan di kantin sekolah saat peristiwa keracunan massal, Desak Putu Sunedi, mengaku tidak menyangka terjadi musibah tersebut. Selama 30 tahun menggeluti profesi sebagai guru dan siapkan dagangan untuk siswa di sekolahnya, Desak Sunedi tumben mengalami musibah seperti ini.
“Sudah 30 tahun jadi guru dan biasa menyiapkan dagangan untuk siswa, tumben ada kasus seperti ini. Padahal, tidak ada yang berbeda dari sebelum-sebelumnya soal cara masak dan bahan-bahannya,” keluh Desak Sunedi saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Kamis kemarin.
Desak Sunedi mengisahkan, saat hari kejadian, Rabu pagi, dirinya mendapat giliran menyiapkan dagangan di kantin sekolah. Dia menyiapkan bahan dan memasak segala kelengkapan nasi bungkus sejak subuh pukul 05.00 Wita. Untuk nasih putih, lauknya yang terdiri dari ayam suir, tempe goreng, dan mie goreng. Bahannya masih segar, dibeli di pasar dan minimarket dekat rumahnya.
Bahkan, dalam menyediakan dagangan di kantin sekolah, Desak Sunedi selalu memperhatikan masa kadaluarsa bahan makanan. Misalnya, mie instans yang digunakannya, memiliki masa kadaluarsa tahun 2018. *k23
Saat NusaBali menjenguknya di ruang perawatan, Kamis kemarin, bocah Cintya Dewi ditunggui ibundanya, Kadek Dinda, 25. Kondisi bocah berusia 7 tahun ini sudah membaik, tidak lagi merasakan gejala sakit kepala dan muntah. “Hari ini (kemarin) sudah tidak muntah lagi. Kalau kemarin, sampai 10 kali muntah,” cerita Kadek Dinda, yang tinggal di Banjar Mekar Sari, Desa Panji.
Kondisi berbeda dialami Nyoman Sutriani. Bocah perempuan berusia 9 tahun ini masih terbaring lemas saat ditemui di Ruang Transit RSUD Buleleng. Kami kemarin, bocah korban keracunan ini ditunggui ibunya, Nyoman Merta 43.
Kepada NusaBali, Nyoman Sutriani mengakui dirinya mengalami gejala mual, pusing, dan akhirnya muntah-muntah seusai jam olahraga, Rabu (11/10) pagi. Sebelum jam olahraga, siswi kelas III SDN 5 Panji ini sempat menyantap sebungkus nasi kuning dan es jasjus yang dijual di kantin sekolah. Gejala keracunan yang dialaminya pun semakin parah saat diikuti dengan diare. “Dokter memutuskan saya harus menjalani rawat inap, karena mengalami dehidrasi,” katanya.
Sementara, Kepala Bagian Humas RSUD Buleleng, I Ketut Budiantara, menyatakan total pasien korban keracunan yang dilarikan ke RSUD Buleleng sejak Rabu siang hingga malam mencapai 41 orang. “Pasien terakhir masuk rumnah sakit tadi malam (Rabu) pukul 20.00 Wita,” kata Budiantara saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di RSUD Buleleng di Singaraja, Kamis kemarin.
“Namun, yang diputuskan rawat inap dua orang, sesuai dengan hasil observasi dokter. Sampai saat ini, dari hasil visite dokter pagi hari, mereka masih harus menjalani perawatan, belum dibolehkan pulang,” lanjut Budiantara.
Sedangkan Wakil Bupati Buleleng, dr I Nyoman Sutjidra SpOG, mengatakan sejauh ini pemerintah sudah melakukan penanganan yang sesuai dengan prosedur. Sampel sisa makanan dan muntahan para siswa korban keracunan pun sudah dibawa ke Laboratorium Kesehatan Denpasar. “Yang pertama kita lakukan adalah penanganan anak-anak, baru setelah itu cari penyebabnya. Kita masih tunggu hasil uji labnya, sehingga penyebab keracunan pastinya apa,” ujar Wabup Sutjidra, Kamis kemarin.
Menurut Sutjidra, pihaknya memberi perhatian khusus terhadap keracunan massal siswa di Buleleng yang untuk kesekian kalinya terjadi ini. Ke depannya, diharapkan tidak ada lagi terulang kasus serupa. “Kita akan terus sosialisasikan melalui kegiatan UKS, kepada seluruh sekolah untuk menyiapkan kantin yang bersih dan sehat,” tegas Sutjidra.
Sementara itu, guru SDN 5 Panji yang siapkan dagangan di kantin sekolah saat peristiwa keracunan massal, Desak Putu Sunedi, mengaku tidak menyangka terjadi musibah tersebut. Selama 30 tahun menggeluti profesi sebagai guru dan siapkan dagangan untuk siswa di sekolahnya, Desak Sunedi tumben mengalami musibah seperti ini.
“Sudah 30 tahun jadi guru dan biasa menyiapkan dagangan untuk siswa, tumben ada kasus seperti ini. Padahal, tidak ada yang berbeda dari sebelum-sebelumnya soal cara masak dan bahan-bahannya,” keluh Desak Sunedi saat dikonfirmasi NusaBali terpisah, Kamis kemarin.
Desak Sunedi mengisahkan, saat hari kejadian, Rabu pagi, dirinya mendapat giliran menyiapkan dagangan di kantin sekolah. Dia menyiapkan bahan dan memasak segala kelengkapan nasi bungkus sejak subuh pukul 05.00 Wita. Untuk nasih putih, lauknya yang terdiri dari ayam suir, tempe goreng, dan mie goreng. Bahannya masih segar, dibeli di pasar dan minimarket dekat rumahnya.
Bahkan, dalam menyediakan dagangan di kantin sekolah, Desak Sunedi selalu memperhatikan masa kadaluarsa bahan makanan. Misalnya, mie instans yang digunakannya, memiliki masa kadaluarsa tahun 2018. *k23
1
Komentar