Murid Kejar Paket di Tabanan Ikuti UNBK
UNBK diikuti 41 orang peserta kejar Paket B dan 146 orang dari Paket C. Mayoritas peserta kejar paket putus sekolah karena alasan ekonomi.
TABANAN, NusaBali
Puluhan murid kejar Paket B atau setara SMP dan kejar Paket C setara SMA/SMK di Tabanan mengikuti ujian nasional berbasis komputer (UNBK) di SMKN 1 Tabanan, Jumat (13/10). Peserta kejar paket B dan C ini didominasi oleh mereka yang putus sekolah lantaran faktor ekonomi. Rentang usia peserta UNBK, 25–50 tahun.
Untuk Paket B ada tiga kecamatan yang mengikuti UNBK, yakni, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Dharma Santi Kecamatan Penebel, PKBM Darma Wangsa dari Kecamatan Baturiti, dan PKBM Sari Mekar dari Kecamatan Kediri, dengan total peserta 41 orang.
Sementara untuk Paket C sebanyak empat kecamatan yang ambil bagian pada UNBK kali ini. Yakni, PKBM Widya Sastra Kecamatan Selemadeg. PKBM Dharma Santhi Kecamatan Penebel, PKBM Darma Wangsa Kecamatan Baturiti, dan PKBM Sari Mekar Kecamatan Kediri, dengan total peserta 146 orang. Kecamatan yang tidak mengikuti kejar Paket B dan kejar Paket C dikarenakan belum ada siswa kelas III.
Pengelola PKBM Dharma Santi Kecamatan Penebel Desak Ketut Suci mengatakan UNBK kali ini adalah gelombang kedua. Soal didatangkan langsung dari pusat dengan sistem online.
Dikatakannya, peserta yang dominan mengikuti UNBK adalah siswa yang sebelumnya sempat putus sekolah lantaran alasan ekonomi. Bahkan ada pula yang memang sengaja mengikuti kejar paket supaya dapat bekerja. Karena pembelajaran yang diikuti selama tiga tahun, belajarnya hanya tiga kali dalam seminggu. Dan ijazah Paket C isa digunakan melamar kerja di berbagai instansi.
“PNS pun ada yang mengikuti kejar Paket C kali ini. Dan mereka yang ikut kejar paket karena di tempat kerja kemungkinan diminta ijazah, sehingga mereka mengikuti kejar paket,” imbuhnya.
Desak Suci menambahkan, UNBK kali ini dilaksanakan selama tiga hari, Jumat (13/10) hingga Minggu (15/10). Ada 6 mata pelajaran yang diujikan, yakni, Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, dan PKN. Sementara untuk Paket B, yang diujikan adalah Matematika, IPS, Bahasa Inggris, IPA, dan Bahasa Indonesia.
Desa Suci menjelaskan, di PKBM yang dikelolanya di Kecamatan Penebel, peserta UNBK mengeluarkan dana sebesar Rp 1 juta. Itu include biaya pemantapan, pembuatan soal, dan ijazah. Serta pembelajaran yang diikuti selama 3 tahun tersebut para peserta membayar SPP per semester Rp 300 ribu.
Kepala Bidang Pembinaan PAUD, Pendidikan Masyarakat Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan I Made Gede Sudha Adiyasa, menerangkan ujian kejar Paket C dan Paket B ini serentak dilakukan seluruh Indonesia. Untuk Tabanan baru kali ini bisa mengikuti lantaran sebelumnya data di gelombang I belum sinkron, sehingga belum masuk di data Dapodik.
Disinggung anggaran UNBK kejar paket di Kabupaten Tabanan dialokasikan sebesar Rp 30 juta dari APBD. Jumlah dana ini digunakan untuk biaya konsumsi, alat tulis kantor, rapat-rapat, penyetoran berkas, namun tidak diberikan ke masing-masing PKBM maupun ke tenaga pengajar PKBM. “Dana memang dialokasi sebesar Rp 30 juta tahun ini dikelola oleh Disdik,” jelas Sudha.
Disinggung setiap peserta kejar paket yang mengikuti UNBK itu membayar dengan swadaya apakah dibenarkan? Sudha mengatakan memang ada pungutan karena sejauh ini tidak ada bantuan, sebab PKBM sifatnya swadaya. Mungkin saja membayar karena digunakan untuk tenaga tutor dan untuk membina serta pencetakan ijazah. Karena yang membuat ijazah adalah dari masing-masing PKBM. “Pungutan bervariasi memang, karena PKBM sifatnya swadaya,” tandas Sudha. *d
Untuk Paket B ada tiga kecamatan yang mengikuti UNBK, yakni, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Dharma Santi Kecamatan Penebel, PKBM Darma Wangsa dari Kecamatan Baturiti, dan PKBM Sari Mekar dari Kecamatan Kediri, dengan total peserta 41 orang.
Sementara untuk Paket C sebanyak empat kecamatan yang ambil bagian pada UNBK kali ini. Yakni, PKBM Widya Sastra Kecamatan Selemadeg. PKBM Dharma Santhi Kecamatan Penebel, PKBM Darma Wangsa Kecamatan Baturiti, dan PKBM Sari Mekar Kecamatan Kediri, dengan total peserta 146 orang. Kecamatan yang tidak mengikuti kejar Paket B dan kejar Paket C dikarenakan belum ada siswa kelas III.
Pengelola PKBM Dharma Santi Kecamatan Penebel Desak Ketut Suci mengatakan UNBK kali ini adalah gelombang kedua. Soal didatangkan langsung dari pusat dengan sistem online.
Dikatakannya, peserta yang dominan mengikuti UNBK adalah siswa yang sebelumnya sempat putus sekolah lantaran alasan ekonomi. Bahkan ada pula yang memang sengaja mengikuti kejar paket supaya dapat bekerja. Karena pembelajaran yang diikuti selama tiga tahun, belajarnya hanya tiga kali dalam seminggu. Dan ijazah Paket C isa digunakan melamar kerja di berbagai instansi.
“PNS pun ada yang mengikuti kejar Paket C kali ini. Dan mereka yang ikut kejar paket karena di tempat kerja kemungkinan diminta ijazah, sehingga mereka mengikuti kejar paket,” imbuhnya.
Desak Suci menambahkan, UNBK kali ini dilaksanakan selama tiga hari, Jumat (13/10) hingga Minggu (15/10). Ada 6 mata pelajaran yang diujikan, yakni, Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris, Ekonomi, Sosiologi, Geografi, dan PKN. Sementara untuk Paket B, yang diujikan adalah Matematika, IPS, Bahasa Inggris, IPA, dan Bahasa Indonesia.
Desa Suci menjelaskan, di PKBM yang dikelolanya di Kecamatan Penebel, peserta UNBK mengeluarkan dana sebesar Rp 1 juta. Itu include biaya pemantapan, pembuatan soal, dan ijazah. Serta pembelajaran yang diikuti selama 3 tahun tersebut para peserta membayar SPP per semester Rp 300 ribu.
Kepala Bidang Pembinaan PAUD, Pendidikan Masyarakat Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan I Made Gede Sudha Adiyasa, menerangkan ujian kejar Paket C dan Paket B ini serentak dilakukan seluruh Indonesia. Untuk Tabanan baru kali ini bisa mengikuti lantaran sebelumnya data di gelombang I belum sinkron, sehingga belum masuk di data Dapodik.
Disinggung anggaran UNBK kejar paket di Kabupaten Tabanan dialokasikan sebesar Rp 30 juta dari APBD. Jumlah dana ini digunakan untuk biaya konsumsi, alat tulis kantor, rapat-rapat, penyetoran berkas, namun tidak diberikan ke masing-masing PKBM maupun ke tenaga pengajar PKBM. “Dana memang dialokasi sebesar Rp 30 juta tahun ini dikelola oleh Disdik,” jelas Sudha.
Disinggung setiap peserta kejar paket yang mengikuti UNBK itu membayar dengan swadaya apakah dibenarkan? Sudha mengatakan memang ada pungutan karena sejauh ini tidak ada bantuan, sebab PKBM sifatnya swadaya. Mungkin saja membayar karena digunakan untuk tenaga tutor dan untuk membina serta pencetakan ijazah. Karena yang membuat ijazah adalah dari masing-masing PKBM. “Pungutan bervariasi memang, karena PKBM sifatnya swadaya,” tandas Sudha. *d
1
Komentar