nusabali

BPBD Waspadai Titik Rawan Bencana

  • www.nusabali.com-bpbd-waspadai-titik-rawan-bencana

Memasuki musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar mewasdai sejumlah titik rawan banjir dan tanah longsor.

GIANYAR, NusaBali

Sekretaris BPBD Gianyar Pande Made Suweda mengungkapkan hampir seluruh Gianyar berpotensi terjadi bencana tanah longsor. Frekuensi bencana tanah longsor paling sering terjadi pada tiga  kawasan yakni Kecamatan Tegallalang, Payangan, dan Tampaksiring. “Hampir semua wilayah berpotensi, tapi yang langganan longsor tiga kecamatan. Karena kondisi tanahnya perbukitan,” jelasnya.

Jelas dia, bencana banjir di Gianyar dominant di Gianyar bagian tengah, antara lain Desa Petulu, Ubud, Bedulu, Batubulan, dan Banjar Mawang, Desa Lodtunduh, Ubud. “Dulu di Bedulu, Jalan Raya Banjar Margabingung, selatan Pura Samuan Tiga, langganan banjir. Kini agak jarang. Rutin banjir, meski hujan sebentar di wilayah Banjar Tegehe, dekat terminal/Desa Batubulan,” jelasnya.

Pihaknya pun menaruh harapan besar terhadap proyek pembuatan drainase di wilayah Batubulan oleh Dinas PU. “Mudah-mudahan setelah proyek selesai, aliran air lancar sehingga tidak terjadi banjir,” ujarnya.

Tak kalah perhatian dari BPBD, ketika musim hujan dating, yakni kawasan Banjar Mawang, Desa Lodtunduh. Genangan air bisa mencapai betis orang dewasa dan menghambat arus lalu lintas menuju Ubud, dan sebaliknya. “Di Mawang, dominan disebabkan karena got tersumbat sampah. Maka untuk mengantisipasi itu sebenarnya sangat mudah, mari jaga kebersihan,” ajaknya.

Kebiasaan masyarakat yang masih buang sampah sembarangan, juga terpantau di wilayah Gentong, Desa Tegallalang. “Di Tegallalang sepanjang jalan raya Gentong, belum bersih. Banyak pengontrak artshop, buang sampah ke got. Ada juga sisa material bangunan yang hanyut dibawa air hujan sehingga menyumbat got. Ini kalau air hujan besar, maka akan meluap ke jalan menyebabkan banjir,” terangnya.

Di sisi lain, Gianyar juga memetakan daerah rawan Tsunami, terutama di pesisir pantai. Maka dari itu, tiap tahun pihaknya mengajukan pembentukan satu desa tangguh bencana. “Saat ini sudah ada tiga desa tangguh, Medahan, Lebih dan Ketewel,” jelasnya. Tahun 2017 ini, sejatinya akan bertambah 1 lagi desa tangguh yakni untuk Desa Pering. Namun karena terbentur rasionalisasi anggaran, pembentukan Desa Tangguh Pering ini ditunda hingga tahun 2018. Satu desa tangguh diberikan anggaran Rp 200 juta. Dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk pelatihan tanggap bencana khususnya Tsunami, simulasi bencana, sosialisasi, dan kegiatan pendukung lainnya. *nvi

Komentar