Hujan Pertama, Air Got Meluap
Air pada saluran drainase di Jalan Srikandi, perbatasan Desa Sambangan Kecamatan Sukasada - Desa Baktiseraga, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, meluap pada Selasa (17/10) siang.
SINGARAJA, NusaBali
Pemandangan sangat kumuh terlihat saat air disertai sampah meluber ke badan jalan. Kondisi tersebut pun tidak pernah absen ketika debit air di saluran drainase meningkat. Maklum pagi kemarin, seputaran wilayah Kota Singaraja mulai diguyur hujan pertama saat memasuki musim penghujan. Air hujan dari hulu tersumbat sampah di dalam saluran drainase.
Sejumlah petugas dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng pun nampak sigap mengatasi masalah tersebut. Mereka dibantu oleh warga setempat yang peduli dengan kondisi tersebut langsung mengangkat sampah dari saluran drainase. Bahkan seseorang nampak turun langsung ke dalam saluran agar dapat menarik sampah yang tersangkut di dalam got.
Kepala Dinas PUPR Buleleng I Ketut Suparta Wijaya yang dihubungi terpisah kemarin, menerangkan masalah drainase penuh sampah yang akhirnya menyebabkan banjir di Buleleng memang tidak pernah habisnya. Meski Pemkab Buleleng sudah menyiapkan personel khusus untuk menangani masalah drainase mampet akibat sampah.
Hingga kini pihaknya bekerjasama dengan 16 mandor yang masing-masing mempekerjakan 3-4 petugas pembersih drainase di titik-titik rawan drainase mampet. “Untuk penanganan tidak hanya kami lakukan saat sudah ada banjir, tetapi setiap hari. Hanya saja masih saja jadi masalah, masyarakat masih terus membuang sampah ke got dan drainase,” kata dia.
Ironisnya, menurut Suparta, sampah yang ditemukan petugas drainase tidak lagi sampah wajar. Seperti kasur bekas, kurungan ayam dan ban bekas juga sering ditemukan dalam saluran drainase. Sehingga kebiasaan buruk masyarakat tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan bencana banjir, terutama saat turunnya hujan deras di awal musim penghujan. Sementara itu, di seputaran Kota Singaraja disebut ada 16 titik rawan luapan air drainase hingga berdampak banjir. Seperti di Jalan Surapati, Jalan A Yani, Jalan Serma Karma, Jalan Srikandi, Jalan Laksamana, termasuk di ruas jalan nasional deperti di wilayah Lovina dan Seririt, yang selalu menjadi langganan banjir di jalan raya akibat sampah dalam drainase.*k23
Sejumlah petugas dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Buleleng pun nampak sigap mengatasi masalah tersebut. Mereka dibantu oleh warga setempat yang peduli dengan kondisi tersebut langsung mengangkat sampah dari saluran drainase. Bahkan seseorang nampak turun langsung ke dalam saluran agar dapat menarik sampah yang tersangkut di dalam got.
Kepala Dinas PUPR Buleleng I Ketut Suparta Wijaya yang dihubungi terpisah kemarin, menerangkan masalah drainase penuh sampah yang akhirnya menyebabkan banjir di Buleleng memang tidak pernah habisnya. Meski Pemkab Buleleng sudah menyiapkan personel khusus untuk menangani masalah drainase mampet akibat sampah.
Hingga kini pihaknya bekerjasama dengan 16 mandor yang masing-masing mempekerjakan 3-4 petugas pembersih drainase di titik-titik rawan drainase mampet. “Untuk penanganan tidak hanya kami lakukan saat sudah ada banjir, tetapi setiap hari. Hanya saja masih saja jadi masalah, masyarakat masih terus membuang sampah ke got dan drainase,” kata dia.
Ironisnya, menurut Suparta, sampah yang ditemukan petugas drainase tidak lagi sampah wajar. Seperti kasur bekas, kurungan ayam dan ban bekas juga sering ditemukan dalam saluran drainase. Sehingga kebiasaan buruk masyarakat tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan bencana banjir, terutama saat turunnya hujan deras di awal musim penghujan. Sementara itu, di seputaran Kota Singaraja disebut ada 16 titik rawan luapan air drainase hingga berdampak banjir. Seperti di Jalan Surapati, Jalan A Yani, Jalan Serma Karma, Jalan Srikandi, Jalan Laksamana, termasuk di ruas jalan nasional deperti di wilayah Lovina dan Seririt, yang selalu menjadi langganan banjir di jalan raya akibat sampah dalam drainase.*k23
Komentar