Karangasem Buka Sekolah di Daerah Pengungsian
Sekolah dipimpin kepala sekolah dan guru-guru dari Karangasem, namun sarana dan prasarana memanfaatkan sekolah yang ada di Buleleng.
Kesulitan Mendata 2.600 Siswa yang Menyebar di 200 Sekolah
SINGARAJA, NusaBali
Kabupaten Karangasem, melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraganya akhirnya memutuskan akan membuka sekolah baru di daerah pengungsian. Seperti halnya di Buleleng, mereka akan meminjam tempat dan fasilitas di sekolah terdekat untuk membuka sekolah untuk siswa pengungsi.
Keputusan tersebut dikatakan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa yang ditemui Rabu (18/10) setelah mengikuti rapat di provinsi Senin lalu terkait penanganan siswa pengungsi. Kabupaten Karangasem membuka sekolah di tempat pengungsian yang akan dipimpin langsung oleh kepala sekolah dan juga diajarkan oleh guru dari Karangasem.
“Jadi kalau pada di SDN 1, 2 Tembok akan diisi oleh siswa kita di Buleleng, sedangkan pada siang atau sore akan diisi oleh siswa pengungsian yang sekolahnya dipimpin langsung dari kepala sekolah yang bersangkutan termasuk gurunya juga,” kata Suyasa. Begitu pula halnya di SMPN 2 Tejakula yang kini menampung 420 siswa pengungsi dari Karangasem.
Keputusan tersebut pun sementara disetujui oleh provinsi. Hanya saja yang masih akan menjadi masalah menurut Suyasa adalah anak-anak pengungsian yang tersebar di 200 sekolah yang ada di Buleleng. Menurutnya program pembukaan sekolah itu dapat berjalan apabila siswa pengungsi dari satu sekolah di Karangasem tinggal dalam satu area pengungsian. Tetapi kenyataan banyak siswa pengungsi yang tersebar keberadaannya di daerah pengungsian.
Selain itu persoalan baru juga dikhawatirkan akan muncul sebulan lagi, saat siswa mengikuti ulangan akhir semester. Dalam penyelenggaraan ulangan akhir semester tersebut siswa akan memerlukan biaya operasional, baik dari kebutuhan soal, lembar jawaban hingga pengawas saat penyelenggaraan. “Nah ini yang belum dapat jawaban, katanya akan kembali dikordinasikan di posko pendidikan tanah ampo minggu ini. Intinya kami di Buleleng sudah berupaya memaksimalkan penanganan siswa pengungsi secara komprehensi,” imbuh Suyasa.
Belum lagi masalah pendaftaran peserta ujian pada anak yang kini duduk di semester akhir. Terkhusus siswa pengungsi sekitar 2.600 orang yang tersebar di 200 sekolah di Buleleng, terancam tidak dapat mengikuti ujian jika keberadaan mereka tidak segera dipastikan. *k23
1
Komentar