Bayi Kembar Siam Meninggal
Lahir Prematur, Alami Kegagalan Organ Dalam
SINGARAJA, NusaBali
Dua hari pasca kelahirannya, bayi kembar siam buah hati pasangan Syamsudin, 48, dan Asyini, 38, akhirnya dinyatakan meninggal dunia, Minggu (22/10) petang pukul 18.00 Wita. Bayi perempuan dempet bagian dada hingga perut asal Banjar Alas Sari, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini menghembuskan napas terakhir di ruang perawatan NICU RSUD Buleleng, Jalan Ngurah Rai Singaraja.
Dirut RSUD Buleleng, dr Gede Wiartana, menyatakan bayi kembar siam yang sempat bertahan hidup selama 48 jam tersebut mengalami kegagalan pada organ dalamnya. Selain terlahir dengan kekurangan, usia kehamilan saat dilahirkan yang memasuki 31 minggu (7 bulan 3 minggu) disebut sebagai penyebab utama bayi kembar siam ini tidak dapat bertahan lama. Bahkan, bayi kembar siam ini sempat beberapa kali mengalami demam tinggi dengan suhu badan hingga 39 derajat celsius.
“Ya, bayi kembar siam ini baru saja dinyatakan meninggal, karena sebelumnya kondisi mereka juga tidak stabil, lantaran dilahirkan prematur, belum cukup bulan. Jadi, organ-organ dalamnya belum siap untuk bertahan hidup,” ujar dr Wiartana saat dikonfirmasi per telepon di Singaraja, tadi malam.
Menurut dr Wiartana, pihaknya sudah mengupayakan tindakan medis terbaik untuk menyelamatkan bayi kembar siam yang lahir prematur dengan masa kehamilan kurang dari 8 bulan ini. Disebutkan, kasus bayi kembar siam dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya, faktor genetik, penggunaan obat penyubur di awal kehamilan, kurangnya asupan gizi, hingga juga pola makan ibu hamil yang tidak tepat. Namun, dalam kasus bayi kembar siam asal Desa Pacung, Kecamatan Tejakula ini, diduga terjadi karena faktor genetik dan akibat gagalnya pemisahan sel telor pada hari ke-13 setelah terjadi pembuahan.
Sementara itu, ayah bayi kembar siam, Syamsudin, sempat kesulitan dalam pelunasan biaya perawatan bayinya yang akhirnya meninggal, tadi malam. Syamsudin pun sempat khawatir tidak dapat membawa pulang jenazah bayi kembarnya, lantaran tidak memiliki uang untuk menenbus biaya rumah sakit.
Beruntung, masalah tersebut segera tertangani. Pihak RSUD Buleleng dan Pemkab Buleleng memberikan keringanan, dengan membebaskan seluruh biaya perawatan bayi kembar siam selama berada di rumah sakit, sejak Jumat sore. Menurut dr Wiartama, ibunda bayi kembar siam pakai BPJS Mandiri, sedangkan anaknya belum terdaftar.
“Tapi, karena ini masalah kemanusian, kami dari pihak rumah sakit dan Pemkab Buleleng coba meringankan, bahkan mempertimbangkan untuk digratiskan. Termasuk gratiskan fasilitas ambulans untuk pemulangan jenazah ke desanya,” ujar dr Wiartana.
Bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan buah hari pasangan Syamsudin dan Asyini itu sendiri sebelumnya dilahirkan melalui operasi Caesar di RSUD Buleleng, Jumat (20/10) sore sekitar pukul 17.00 Wita. Tindakan operasi terpaksa diambil tim medis, lantaran Asyini mengalami pecah ketuban pada usia kehamilan 31 minggu. Dua bayi kembar dempet ini lahir dengan berat badan hanya 1,9 kilogram
Syamsudin mengisahkan, sejak awal kehamilan bayi kembar siam yang merupakan anak kelimanya ini, Syamsudin rutin mengantar sang istri, Asyini, memeriksakan kehamilannya ke bidan di Desa Pacung. Semula, tidak ada tanda-tanda dan gangguan kehamilan yang dialami Asyini sebelum melahirkan bayi kembar siam tersebut. Ngidamnya pun tidak pernah menginginkan yang aneh-aneh.
Untuk memastikan bayi mereka baik-baik saja, pasutri Syamsudin-Asyini memutuskan untuk melakukan USG di dokter kandungan sebanyak dua kali. Pertama, saat usia kehamilan 24 minggu. Saat itulah muncul firasat buruk di mana Syamsudin seketika membayangkan bayinya kembar siam, setelah dibilang kembar oleh dokter. “Firasat itu datang tiba-tiba. Pikiran saya langsung mengarah ke sana, saat dokter menjelaskan bahwa bayi dalam kandungan istri saya ini kembar,” kata Syamsudin. *k23
Dirut RSUD Buleleng, dr Gede Wiartana, menyatakan bayi kembar siam yang sempat bertahan hidup selama 48 jam tersebut mengalami kegagalan pada organ dalamnya. Selain terlahir dengan kekurangan, usia kehamilan saat dilahirkan yang memasuki 31 minggu (7 bulan 3 minggu) disebut sebagai penyebab utama bayi kembar siam ini tidak dapat bertahan lama. Bahkan, bayi kembar siam ini sempat beberapa kali mengalami demam tinggi dengan suhu badan hingga 39 derajat celsius.
“Ya, bayi kembar siam ini baru saja dinyatakan meninggal, karena sebelumnya kondisi mereka juga tidak stabil, lantaran dilahirkan prematur, belum cukup bulan. Jadi, organ-organ dalamnya belum siap untuk bertahan hidup,” ujar dr Wiartana saat dikonfirmasi per telepon di Singaraja, tadi malam.
Menurut dr Wiartana, pihaknya sudah mengupayakan tindakan medis terbaik untuk menyelamatkan bayi kembar siam yang lahir prematur dengan masa kehamilan kurang dari 8 bulan ini. Disebutkan, kasus bayi kembar siam dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya, faktor genetik, penggunaan obat penyubur di awal kehamilan, kurangnya asupan gizi, hingga juga pola makan ibu hamil yang tidak tepat. Namun, dalam kasus bayi kembar siam asal Desa Pacung, Kecamatan Tejakula ini, diduga terjadi karena faktor genetik dan akibat gagalnya pemisahan sel telor pada hari ke-13 setelah terjadi pembuahan.
Sementara itu, ayah bayi kembar siam, Syamsudin, sempat kesulitan dalam pelunasan biaya perawatan bayinya yang akhirnya meninggal, tadi malam. Syamsudin pun sempat khawatir tidak dapat membawa pulang jenazah bayi kembarnya, lantaran tidak memiliki uang untuk menenbus biaya rumah sakit.
Beruntung, masalah tersebut segera tertangani. Pihak RSUD Buleleng dan Pemkab Buleleng memberikan keringanan, dengan membebaskan seluruh biaya perawatan bayi kembar siam selama berada di rumah sakit, sejak Jumat sore. Menurut dr Wiartama, ibunda bayi kembar siam pakai BPJS Mandiri, sedangkan anaknya belum terdaftar.
“Tapi, karena ini masalah kemanusian, kami dari pihak rumah sakit dan Pemkab Buleleng coba meringankan, bahkan mempertimbangkan untuk digratiskan. Termasuk gratiskan fasilitas ambulans untuk pemulangan jenazah ke desanya,” ujar dr Wiartana.
Bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan buah hari pasangan Syamsudin dan Asyini itu sendiri sebelumnya dilahirkan melalui operasi Caesar di RSUD Buleleng, Jumat (20/10) sore sekitar pukul 17.00 Wita. Tindakan operasi terpaksa diambil tim medis, lantaran Asyini mengalami pecah ketuban pada usia kehamilan 31 minggu. Dua bayi kembar dempet ini lahir dengan berat badan hanya 1,9 kilogram
Syamsudin mengisahkan, sejak awal kehamilan bayi kembar siam yang merupakan anak kelimanya ini, Syamsudin rutin mengantar sang istri, Asyini, memeriksakan kehamilannya ke bidan di Desa Pacung. Semula, tidak ada tanda-tanda dan gangguan kehamilan yang dialami Asyini sebelum melahirkan bayi kembar siam tersebut. Ngidamnya pun tidak pernah menginginkan yang aneh-aneh.
Untuk memastikan bayi mereka baik-baik saja, pasutri Syamsudin-Asyini memutuskan untuk melakukan USG di dokter kandungan sebanyak dua kali. Pertama, saat usia kehamilan 24 minggu. Saat itulah muncul firasat buruk di mana Syamsudin seketika membayangkan bayinya kembar siam, setelah dibilang kembar oleh dokter. “Firasat itu datang tiba-tiba. Pikiran saya langsung mengarah ke sana, saat dokter menjelaskan bahwa bayi dalam kandungan istri saya ini kembar,” kata Syamsudin. *k23
Komentar