Jeruk Keprok Tejakula Dikembangkan di Gerokgak
Buah jeruk yang merupakan salah satu dari tujuh komoditas unggulan hortikultura Buleleng terus dikembangkan.
SINGARAJA, NusaBali
Salah satunya varietas jeruk keprok Tejakula yang sempat lenyap karena serangan hama di tahun 1980an. Varietas ini sejak lima tahun terakhir kembali dikembangkan di wilayah Kecamatan Gerokgak. Kepala Bidang Produksi dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi, belum lama ini mengatakan, pengembangan varietas jeruk keprok Tejakula di wilayah Gerokgak karena struktur dan jenis tanah yang hampir sama. Kini di Gerokgak sudah ada ratusan hektare lahan jeruk keprok yang hasil panennya cukup baik.
Hanya saja yang masih menjadi hambatan selama ini pada petani terkait ketersediaan air di beberapa wilayah di Gerokgak. “Kadangkala masih terkendala ketersediaan air, selain juga hama penyakit dan belum maksimalnya penerapan budidaya yang benar oleh petani,” kata dia.
Meski demikian pihaknya mengaku terus melakukan pembinaan melalui penyuluh pertanian di masing-masing kecamatan, untuk memaksimalkan hasil panen para petani.
Sebelumnya varietas jeruk keprok Tejakula ini hanya dikembangkan di wilayah Tejakula. Buah jeruk varietas ini pun menjadi primadona di pasaran karena rasanya yang manis dan merupakan produk unggulan Buleleng. Sayangnya pada tahun 1980-an, tanaman jeruk keprok Tejakula diserang hama hingga tidak dapat bertahan.
Lahan bekas tanaman jeruk keprok di Tejakula pun memerlukan penetralan kembali dalam waktu yang cukup lama, sehingga petani setempat banyak yang beralih ke tanaman buah lainnya yang lebih produktif. Sementara itu terkait dengan lahan jeruk yang ada di Buleleng, mencapai 1.040 hektare dengan 520.197 populasi pohonnya.
Selain dikembangkan di wilayah Gerokgak, tanaman jeruk juga dikembangkan di wilayah Kecamatan Banjar seluar 495 hektare dengan varietas jeruk siam. Sedangkan di jeruk varietas keprok batu 55 juga dikembangkan di wilayah Kecamatan Kubutambahan.
Subudi mengatakan produksi jeruk di Buleleng sebenarnya sangat menjanjikan bagi para petani. Seperti di tahun 2016 lalu dengan hasil panen 3.236 ton, baru bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal saja. “Karena permintaan pasar sangat tinggi pemasarannya baru di lokalan saja yang bisa kita penuhi,” ungkap dia. *k23
Salah satunya varietas jeruk keprok Tejakula yang sempat lenyap karena serangan hama di tahun 1980an. Varietas ini sejak lima tahun terakhir kembali dikembangkan di wilayah Kecamatan Gerokgak. Kepala Bidang Produksi dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi, belum lama ini mengatakan, pengembangan varietas jeruk keprok Tejakula di wilayah Gerokgak karena struktur dan jenis tanah yang hampir sama. Kini di Gerokgak sudah ada ratusan hektare lahan jeruk keprok yang hasil panennya cukup baik.
Hanya saja yang masih menjadi hambatan selama ini pada petani terkait ketersediaan air di beberapa wilayah di Gerokgak. “Kadangkala masih terkendala ketersediaan air, selain juga hama penyakit dan belum maksimalnya penerapan budidaya yang benar oleh petani,” kata dia.
Meski demikian pihaknya mengaku terus melakukan pembinaan melalui penyuluh pertanian di masing-masing kecamatan, untuk memaksimalkan hasil panen para petani.
Sebelumnya varietas jeruk keprok Tejakula ini hanya dikembangkan di wilayah Tejakula. Buah jeruk varietas ini pun menjadi primadona di pasaran karena rasanya yang manis dan merupakan produk unggulan Buleleng. Sayangnya pada tahun 1980-an, tanaman jeruk keprok Tejakula diserang hama hingga tidak dapat bertahan.
Lahan bekas tanaman jeruk keprok di Tejakula pun memerlukan penetralan kembali dalam waktu yang cukup lama, sehingga petani setempat banyak yang beralih ke tanaman buah lainnya yang lebih produktif. Sementara itu terkait dengan lahan jeruk yang ada di Buleleng, mencapai 1.040 hektare dengan 520.197 populasi pohonnya.
Selain dikembangkan di wilayah Gerokgak, tanaman jeruk juga dikembangkan di wilayah Kecamatan Banjar seluar 495 hektare dengan varietas jeruk siam. Sedangkan di jeruk varietas keprok batu 55 juga dikembangkan di wilayah Kecamatan Kubutambahan.
Subudi mengatakan produksi jeruk di Buleleng sebenarnya sangat menjanjikan bagi para petani. Seperti di tahun 2016 lalu dengan hasil panen 3.236 ton, baru bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal saja. “Karena permintaan pasar sangat tinggi pemasarannya baru di lokalan saja yang bisa kita penuhi,” ungkap dia. *k23
1
Komentar