Pensiunan Dinas PU Menangi Pemilihan Bendesa Beng
Krama Banjar Kaja Kauh, Desa Pakramen Beng, Ida Bagus Putu Bawa, memenangi Pemilihan Bendesa, Desa Pakraman Beng, Kelurahan Beng, Kecamatan/Kabupaten Gianyar, Minggu (22/10).
GIANYAR, NusaBali
Tokoh asal Griya Agung Manuaba, Beng, dan pensiunan Dinas PU Gianyar ini unggul dengan 656 suara. Wakil Bendesa Beng itu mengalahkan dua calon lain, I Wayan Purna dengan 166 suara, dan Pande Made Wirata 51 suara. 10 suara tak sah. Ketua Panitia Ir Pande Nyoman Yoharsana mengatakan, pemilihan bendesa tersebut karena bendesa sebelumnya, I Nyoman Wija, menjabat sejak tahun 2012 dan mengakhri masa jabatannya, 28 Agustus 2017. Bendesa lama tak siap dicalonkan lagi karena sakit.
Lanjut Yoharsana, proses pemilihan itu diawali penjaringan bakal calon bendesa melalui nyobyahang (mengumumkan) kepada krama, 25 September - 4 Oktober 2017. Pendaftaran bakal calon 4 - 7 Oktober, sekaligus pendaftaran pemilih, satu suara satu KK. Pada 8 – 11 Oktober, penyaringan bakal calon, satu bakal calon per banjar dari enam banjar. Dari enam banjar muncul, satu bakal calon independen, Nyoman Konak Sunada. Dari hasil penyaringan melalui wawidangan atau baga desa pakraman pada 8 - 11 Oktober, didapatkan calon yakni Ida Bagus Putu Bawa dari Banjar Kaja Kauh, Made Purna dari Banjar Klod Kauh, dan Pande Made Wirata dari Banjar Pande. Tiga calon lain yakni Dewa Made Wijaya dari Banjar Tri Wangsa, Made Sunarta dari Banjar Kaja Kangin, AA Aji Raka dari Banjar Klod Kangin, dan satu bakal calo independen, tidak lolos karena skornya lebih rendah. Pada 12 - 19 Oktober, sosialisasi penyampaian surat panggilan kepada pemilih. ‘’Ada 1.057 KK atau suara dari enam banjar dengan tingkat kehadiran pemilih sekitar 80 persen. Prinsip pemilihan ini, mencari pemimpin dari lapisan bawah, dan mampu bersinergi dengan sabha desa, bhaga, dan lembaga lain,’’ jelasnya.
Ketua Sabha Desa Pakraman Beng Gusti Nyoman Tiku menyatakan bangga dengan semangat kramanya memilih bendesa. Pihaknya bersama panitia telah mendorong agar pemilihan ini bermodel demokratis berazaskan luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Kerena model ini masih terbaik dalam mewujudkan pemimpin yang diterima krama. ‘’Lembaganya boleh tradisional (desa pakraman,Red). Tapi model pemilihan pemimpinnya harus modern (demokrasi),’’ jelasnya.
Lanjut Gusti Nyoman Tiku, pemilihan secara demokratis ini agar krama memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam berdesa pakraman. Model ini juga untuk mencegah kemunculan gap antar pendukung calon satu dengan yang lain. ‘’Kami maklum, demokrasi adalah pilihan terbaik. Karena desa kami salah satu gumi wayah (desa yang penuh pergulatan sosial dan bersejarah,Red) di Gianyar,’’ jelasnya. *lsa
Lanjut Yoharsana, proses pemilihan itu diawali penjaringan bakal calon bendesa melalui nyobyahang (mengumumkan) kepada krama, 25 September - 4 Oktober 2017. Pendaftaran bakal calon 4 - 7 Oktober, sekaligus pendaftaran pemilih, satu suara satu KK. Pada 8 – 11 Oktober, penyaringan bakal calon, satu bakal calon per banjar dari enam banjar. Dari enam banjar muncul, satu bakal calon independen, Nyoman Konak Sunada. Dari hasil penyaringan melalui wawidangan atau baga desa pakraman pada 8 - 11 Oktober, didapatkan calon yakni Ida Bagus Putu Bawa dari Banjar Kaja Kauh, Made Purna dari Banjar Klod Kauh, dan Pande Made Wirata dari Banjar Pande. Tiga calon lain yakni Dewa Made Wijaya dari Banjar Tri Wangsa, Made Sunarta dari Banjar Kaja Kangin, AA Aji Raka dari Banjar Klod Kangin, dan satu bakal calo independen, tidak lolos karena skornya lebih rendah. Pada 12 - 19 Oktober, sosialisasi penyampaian surat panggilan kepada pemilih. ‘’Ada 1.057 KK atau suara dari enam banjar dengan tingkat kehadiran pemilih sekitar 80 persen. Prinsip pemilihan ini, mencari pemimpin dari lapisan bawah, dan mampu bersinergi dengan sabha desa, bhaga, dan lembaga lain,’’ jelasnya.
Ketua Sabha Desa Pakraman Beng Gusti Nyoman Tiku menyatakan bangga dengan semangat kramanya memilih bendesa. Pihaknya bersama panitia telah mendorong agar pemilihan ini bermodel demokratis berazaskan luber (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Kerena model ini masih terbaik dalam mewujudkan pemimpin yang diterima krama. ‘’Lembaganya boleh tradisional (desa pakraman,Red). Tapi model pemilihan pemimpinnya harus modern (demokrasi),’’ jelasnya.
Lanjut Gusti Nyoman Tiku, pemilihan secara demokratis ini agar krama memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam berdesa pakraman. Model ini juga untuk mencegah kemunculan gap antar pendukung calon satu dengan yang lain. ‘’Kami maklum, demokrasi adalah pilihan terbaik. Karena desa kami salah satu gumi wayah (desa yang penuh pergulatan sosial dan bersejarah,Red) di Gianyar,’’ jelasnya. *lsa
Komentar