Warga Pengungsi Jual Hasil Kerajinan di Pasar Murah Lumintang
Berbagai kerajinan hasil karya warga pengungsi bencana Gunung Agung dipamerkan dan dijual di pasar murah yang diselenggarakan Dinas Pertanian Kota Denpasar, Jumat (27/10), di Taman Kota Lumintang, Denpasar Utara.
DENPASAR, NusaBali
Dari sejumlah stand yang ada, stand yang memajang hasil karya warga Karangasem yang paling menyita perhatian. Yang dijual di stand antara lain keranjang dan keben. Penjual keranjang, Nengah Srinteg, mengungkapkan, keranjang-keranjang tersebut memang hasil kerajinan tangan para pengungsi di Posko Jalan Danau Tempe I. Kerajinan ini memang sengaja dijual untuk membiayai hidup di pengungsian. Sebab, pihaknya tak ingin hanya mengandalkan bantuan dari donatur saja.
“Ya, kami buat ini sudah dari dulu. Saya jual untuk memenuhi kebutuhan di posko dan membiayai sekolah,” ujarnya. Pria paruh baya ini mengaku bekerja sama dengan 15 rekannya yang juga mengungsi di posko yang sama. Dia mengerjakan keranjang beserta keben-keben setiap hari. Apalagi, dia tidak memiliki perkerjaan setelah meninggalkan desanya, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Menurutnya, keranjang-keranjang dan keben-keben itu berfungsi untuk sarana atau tempat sesajen. Selain itu, keranjang tersebut juga bisa digunakan untuk tempat buah.
Diakuinya untuk membuat keranjang dan keben dibutuhkan puluhan bambu. Menurutnya, satu batang bambu bisa menghasilkan tiga keranjang atau keben.
Ditambahkannya, sebelum mengikuti pameran dan berjualan di pasar murah di Lapangan Lumintang, setiap harinya dia menjual keranjang-keranjang itu ke pasar-pasar. Bahkan, dia menjual ke Pasar Kerobokan. “Biasanya dijual di pasar-pasar. Hasil keranjang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari,” kata pria asal Banjar Pengalusan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, ini.
Harga keranjang buatan Srinteg lebih murah dibandingkan harga pasar. Untuk keranjang Rp 15 ribu, keben kecil Rp 15 ribu, dan keben besar Rp 50 ribu. Hanya selisih Rp 5 ribu dari harga di pasaran. Nah, untuk yang beli banyak bisa dapat diskon.
Kepala Dinas Pertanian Denpasar I Gede Ambara Putra mengemukakan, pasar murah ini rutin dilaksanakan setiap menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pasar murah ini melibatkan UMKM Kota Denpasar yang membuat produk keperluan Galungan dan Kuningan. Di samping itu, antara satu stand dengan yang lain tidak menjual produk yang sama. Hal ini untuk menghindari tumpang tindih.
Terkait dengan harga, Ambara Putra menjamin harganya lebih murah dari harga pasar mengingat produknya didatangkan langsung dari para petani. Di samping itu pasar murah ini melibatkan Bulog untuk menyediakan produk sembako. Selain stand UMKM, juga disediakan stand khusus untuk warga kawasan rawan bencana Gungung Agung yang menjual hasil karya kerajinannya. *m
Dari sejumlah stand yang ada, stand yang memajang hasil karya warga Karangasem yang paling menyita perhatian. Yang dijual di stand antara lain keranjang dan keben. Penjual keranjang, Nengah Srinteg, mengungkapkan, keranjang-keranjang tersebut memang hasil kerajinan tangan para pengungsi di Posko Jalan Danau Tempe I. Kerajinan ini memang sengaja dijual untuk membiayai hidup di pengungsian. Sebab, pihaknya tak ingin hanya mengandalkan bantuan dari donatur saja.
“Ya, kami buat ini sudah dari dulu. Saya jual untuk memenuhi kebutuhan di posko dan membiayai sekolah,” ujarnya. Pria paruh baya ini mengaku bekerja sama dengan 15 rekannya yang juga mengungsi di posko yang sama. Dia mengerjakan keranjang beserta keben-keben setiap hari. Apalagi, dia tidak memiliki perkerjaan setelah meninggalkan desanya, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Menurutnya, keranjang-keranjang dan keben-keben itu berfungsi untuk sarana atau tempat sesajen. Selain itu, keranjang tersebut juga bisa digunakan untuk tempat buah.
Diakuinya untuk membuat keranjang dan keben dibutuhkan puluhan bambu. Menurutnya, satu batang bambu bisa menghasilkan tiga keranjang atau keben.
Ditambahkannya, sebelum mengikuti pameran dan berjualan di pasar murah di Lapangan Lumintang, setiap harinya dia menjual keranjang-keranjang itu ke pasar-pasar. Bahkan, dia menjual ke Pasar Kerobokan. “Biasanya dijual di pasar-pasar. Hasil keranjang dipakai untuk kebutuhan sehari-hari,” kata pria asal Banjar Pengalusan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, ini.
Harga keranjang buatan Srinteg lebih murah dibandingkan harga pasar. Untuk keranjang Rp 15 ribu, keben kecil Rp 15 ribu, dan keben besar Rp 50 ribu. Hanya selisih Rp 5 ribu dari harga di pasaran. Nah, untuk yang beli banyak bisa dapat diskon.
Kepala Dinas Pertanian Denpasar I Gede Ambara Putra mengemukakan, pasar murah ini rutin dilaksanakan setiap menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan. Pasar murah ini melibatkan UMKM Kota Denpasar yang membuat produk keperluan Galungan dan Kuningan. Di samping itu, antara satu stand dengan yang lain tidak menjual produk yang sama. Hal ini untuk menghindari tumpang tindih.
Terkait dengan harga, Ambara Putra menjamin harganya lebih murah dari harga pasar mengingat produknya didatangkan langsung dari para petani. Di samping itu pasar murah ini melibatkan Bulog untuk menyediakan produk sembako. Selain stand UMKM, juga disediakan stand khusus untuk warga kawasan rawan bencana Gungung Agung yang menjual hasil karya kerajinannya. *m
1
Komentar