Pengungsi Bandel Tak Dapat Bantuan Logistik
Sebagian pengungsi di Buleleng mulai diizinkan pulang ke tempat asalnya di wilayah Kecamatan Kubu, Karangasem pasca penurunan status Gunung Agung dari awas (level IV) menjadi siaga (level III), Minggu (29/10) sore.
SINGARAJA, NusaBali
Namun, belum semua pengungsi pulang, karena masih trauma bencana Gunung Agung meletus tahun 1963. Satgas Penanganan Pengungsi Kabupaten Buleleng pun tidak akan berikan jatah logistik bagi pengungsi yang semestinya boleh pulang, tapi pilih tetap mengungsi.
Koordinator Satgas Penanganan Pengungsi Kabuapten Buleleng, Made Arya Sukerta, mengatakan para pengungsi berasal dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) I sudah diizinkan pulang ke rumahnya masing-masing. Hanya pengungsi di KRB II dan KRB III yang diimbau tetap berada di pengungsian. “Para pengungsi dari desa-desa di KRB I, sudah kami imbau pulang. Sekarang yang mengungsi hanya yang berasal dari KRB II dan KRB III,” kata Arya Sukerta, Senin (30/10).
Menurut Arya Sukerta, masih banyak pengungsi yang tinggal di titik-titik pengungsian, terutama yang bermukim di rumah-rumah keluarganya. Arya Sukerta memberi batas waktu hingga sepekan ke depan bagi para pengungsi untuk kembali ke daerah asalnya. Pihaknya juga menyiapkan transportasi angkutan untuk pulang bagi pengungsi. “Selanjutnya, kami akan saklek. Tegas kami sampaikan, hanya yang di KRB II dan KRB III saja yang boleh mengungsi. Di luar kawasan itu, pulang saja,” tegas Arya Sukerta.
Sementara, Kepala Dinas Sosial Buleleng, Gede Komang, menegaskan pengungsi yang semestinya sudah diizinkan pulang, namun tetap bertahan di pengungsian, tidak akan diberi pasokan bantuan logistik. Sebab, bantuan logistik hanya diberikan terhadap mereka yang kena dampak Gunung Agung. “Kalau warga dari desa yang sudah dinyatakan aman, kan sudah tidak kena dampak, jadi tidak berhak dong dapat bantuan logistik lagi,” tegas Gede Komang di Singaraja, Senin kemarin.
Gede Komang mengaku segera akan memvalidasi data-data warga pengungsi untuk memastikan mana yang sudah pulang dan mana pula masih tinggal di pengungsian. Validasi data ini untuk memastikan warga pengungsi yang berhak mendapat bantuan logistik.
Warga asal Kecamatan Kubu yang mengungsi di beberapa tempat di wilayah Buleleng sejatinya sudah ada pulang ketika Gunung Agung masih status awas. Begitu status Gunung Agung diturunkan, Minggu sore, mereka sebagian sudah pulang ke desa asalnya. Namun, jumlah pengungsi yang telah pulang belum terdata.
Sebagian pengungsi dari wilayah aman justru enggan pulang. Mereka mengaku akan pulang saat Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu (1/11) besok, hanya untuk sembahyang. Setelah itu, mereka ingin balik ke pengungsian, sebagaimana diungkapkan Ketut Brati, salah satu pengungsi asal Desa Sukadana, Kecamatan Kubu yang mengungsi di aula Bale Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Ketut Brati mengaku khawatir, karena dari cerita yang didapat, letusan Gunung Agung tahun 1963 terjadi mejelang Hari Raya Galungan. “Takut, nanti kalau pulang, Gunung Agung meletus. Tahun 1963, katanya Gunung Agung meletus jelang Galungan. Sekarang kan mau Galungan,” dalih Ketut Brati saazt ditemui di Desa Tembok, Senin kemarin. *k19
Koordinator Satgas Penanganan Pengungsi Kabuapten Buleleng, Made Arya Sukerta, mengatakan para pengungsi berasal dari Kawasan Rawan Bencana (KRB) I sudah diizinkan pulang ke rumahnya masing-masing. Hanya pengungsi di KRB II dan KRB III yang diimbau tetap berada di pengungsian. “Para pengungsi dari desa-desa di KRB I, sudah kami imbau pulang. Sekarang yang mengungsi hanya yang berasal dari KRB II dan KRB III,” kata Arya Sukerta, Senin (30/10).
Menurut Arya Sukerta, masih banyak pengungsi yang tinggal di titik-titik pengungsian, terutama yang bermukim di rumah-rumah keluarganya. Arya Sukerta memberi batas waktu hingga sepekan ke depan bagi para pengungsi untuk kembali ke daerah asalnya. Pihaknya juga menyiapkan transportasi angkutan untuk pulang bagi pengungsi. “Selanjutnya, kami akan saklek. Tegas kami sampaikan, hanya yang di KRB II dan KRB III saja yang boleh mengungsi. Di luar kawasan itu, pulang saja,” tegas Arya Sukerta.
Sementara, Kepala Dinas Sosial Buleleng, Gede Komang, menegaskan pengungsi yang semestinya sudah diizinkan pulang, namun tetap bertahan di pengungsian, tidak akan diberi pasokan bantuan logistik. Sebab, bantuan logistik hanya diberikan terhadap mereka yang kena dampak Gunung Agung. “Kalau warga dari desa yang sudah dinyatakan aman, kan sudah tidak kena dampak, jadi tidak berhak dong dapat bantuan logistik lagi,” tegas Gede Komang di Singaraja, Senin kemarin.
Gede Komang mengaku segera akan memvalidasi data-data warga pengungsi untuk memastikan mana yang sudah pulang dan mana pula masih tinggal di pengungsian. Validasi data ini untuk memastikan warga pengungsi yang berhak mendapat bantuan logistik.
Warga asal Kecamatan Kubu yang mengungsi di beberapa tempat di wilayah Buleleng sejatinya sudah ada pulang ketika Gunung Agung masih status awas. Begitu status Gunung Agung diturunkan, Minggu sore, mereka sebagian sudah pulang ke desa asalnya. Namun, jumlah pengungsi yang telah pulang belum terdata.
Sebagian pengungsi dari wilayah aman justru enggan pulang. Mereka mengaku akan pulang saat Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu (1/11) besok, hanya untuk sembahyang. Setelah itu, mereka ingin balik ke pengungsian, sebagaimana diungkapkan Ketut Brati, salah satu pengungsi asal Desa Sukadana, Kecamatan Kubu yang mengungsi di aula Bale Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Ketut Brati mengaku khawatir, karena dari cerita yang didapat, letusan Gunung Agung tahun 1963 terjadi mejelang Hari Raya Galungan. “Takut, nanti kalau pulang, Gunung Agung meletus. Tahun 1963, katanya Gunung Agung meletus jelang Galungan. Sekarang kan mau Galungan,” dalih Ketut Brati saazt ditemui di Desa Tembok, Senin kemarin. *k19
Komentar