Pariwisata Buleleng Pulih
Setelah sebulan, geliat pariwisata di Buleleng membaik dengan okupansi hotel di angka 70 persen.
Tingkat Hunian Normal 70 Persen
SINGARAJA, NusaBali
Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Buleleng, berangsur pulih setelah sempat turun akibat status Gunung Agung. Kini, tingkat kunjungan itu bisa dirasakan dengan hunian hotel rata-rata di angka 70 persen. Kondisi pulihnya kunjungan wisata ke Buleleng, dirasakan sejumlah pengelola hotel. Salah satu berada di objek wisata pantai Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula.
Desa Sambirenteng merupakan desa penampungan pengungsi. Hotel dan penginapan di Desa Sambierenteng sempat mengalami penurunan kunjungan ketika status Gunung Agung dinaikkan ke level Siaga. Namun, situasi itu hanya berlangsung sebulan. Kini tingkat hunian di hotel dan penginapan seputar Desa Sambirenteng sudah berangsur pulih.
Di Alamanda Resort Sambirenteng misalnya, aktivitas wisatawan mancanegara tetap terlihat normal di resor tersebut. Hunian tamu, sejak sebulan terakhir disebut tetap normal. Bahkan diatas angka 70 persen.
“Kondisi hotel ini, keadannya normal saja. Hunian tamu bulan ini dari awal sampai sekarang justru meningkat. Pengaruh Gunung Agung tidak terlalu signifikan,” kata Nyoman Sudiarti, Asisten Manajer Alamanda Resort.
Sudiarti mengatakan, wisatawan yang datang biasanya sudah mengetahui posisi hotel jaraknya cukup jauh dari Gunung Agung. Sehingga mereka tetap nyaman berada di areal hotel. Setiap ada wisatawan yang melakukan check in, pihak hotel juga menjelaskan kondisi di sekitar hotel. Seringkali wisatawan juga menyertakan donasi kepada para pengungsi.
Untuk mengantisipasi erupsi Gunung Agung, pihak hotel pun sudah melakukan sejumlah persiapan. “Kami sudah tutup ventilasi. Seandainya ada hujan abu, biar tidak ada abu vulkanik masuk. Kami juga sudah siapkan masker, dan siapkan makanan awet,” imbuhnya.
Sementara Kadis Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan, Buleleng justru menimpa limpahan wisatawan mancanegara. Pada awal status awas disematkan, Sutrisna mengungkapkan ada beberapa hotel yang mengeluh turunnya kunjungan wisatawan. Bahkan ada pembatalan kunjungan. Hanya saja jumlahnya tak besar. Hanya dua hotel. Itu pun ada di wilayah timur Kabupaten Buleleng.
Sementara hotel lainnya di wilayah barat dan tengah Buleleng, justru mendapat limpahan kunjungan wisatawan. Penyebabnya, pariwisata Amed ditutup untuk aktivitas pariwisata karena masuk wilayah sektoral 12 kilometer, alias masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) I. “Mereka memilih ke Buleleng. Kami malah dapat keuntungan, terutama Lovina dan Pemuteran. Mereka juga apresiasi terumbu karang kita. Katanya tidak kalah dengan Amed,” kata Sutrisna. *k19
Komentar