RSUP Sanglah Terapkan Registrasi Online
Dari 900 kunjungan pasien per hari, sekitar 350 orang sudah memanfaatkan registrasi online dan sistem perjanjian. Dampaknya, antrean tak lagi membeludak.
DENPASAR, NusaBali
Antrean lama menjadi problem yang sering dikeluhkan para pengunjung RSUP Sanglah, Denpasar, terutama di loket pendaftaran dan poliklinik. Namun setelah RSUP Sanglah menggagas sistem pendaftaran (registrasi) online dan sistem perjanjian, kepadatan antrean bisa terpangkas sekitar 30 persen lebih dari rata-rata 900 kunjungan pasien per hari.
Sejak diterapkan pada 1 Desember 2016, ratusan pasien telah memanfaatkan registrasi online ini. Pelan namun pasti, dalam waktu 10 bulan, pemanfaatan sistem registrasi online di RS terbesar rujukan Bali dan Nusa Tenggara itu terus mengalami peningkatan, meski jumlahnya fluktuatif. Dari yang awalnya belasan, kini sudah mencapai seratusan.
“Sejak kami coba terapkan 1 Desember 2016, ada peningkatan. Awalnya yang memanfaatkan belasan. Sekarang sudah mencapai 120 orang. Pernah sampai 200 untuk daftar lewat online. Tapi paling sering antara 120–160 pasien,” ungkap Direktur Umum dan Operasional RSUP Sanglah Dra Nining Setyawati MSi, Jumat (3/11).
Melalui pendaftaran online di http://www.sanglahhospitalbali.com/registrasi/, pengguna tinggal memasukkan nomor rekam medis. Ini artinya, layanan online tersebut baru bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang sudah pernah berobat ke rumah sakit, dan memiliki nomor rekam medis serta identitas pasien.
Setelah memasukkan nomor rekam medis, selanjutnya pengguna atau pasien mengisi kelengkapan yang harus diisi. Setelah mendapat nomor antrean, pasien datang ke rumah sakit untuk mendapatkan layanan sesuai yang tertera dalam nomor antrean tersebut. Meski berhasil menggunakan fasilitas online ini, namun angka kedatangan tidaklah penuh 100 persen. Sekitar 10-20 persen pengguna registrasi online malah tidak datang setelah mendapat nomor antrean.
“Angka ketidakhadirannya bisa mencapai 10-20 persen. Artinya, dari 120 pendaftar online, ada 12 orang yang tidak datang. Mungkin ada yang asal-asalan daftar, main-main, atau coba-coba. Padahal kami sudah menyiapkan rekam medisnya,” tuturnya.
Tidak hanya lewat online. RSUP Sanglah juga menggagas sistem perjanjian untuk memperpendek antrean. Sistem perjanjian ini jauh lebih banyak dimanfaatkan oleh para pasien. Rata-rata 300-350 orang memanfaatkan sistem ini dengan angka kehadiran mencapai 100 persen. Dalam sistem perjanjian ini, pasien datang langsung sehari sebelumnya dengan langsung membawa berkas. “Dengan sistem perjanjian, pasien akan mendaftar sehari sebelumnya tapi sudah harus membawa berkas,” jelasnya.
Baik sistem registrasi online maupun sistem perjanjian, kata Nining, bertujuan untuk menyiapkan rekam medis lebih awal. Sebab, pihaknya menemukan, problem utama keterlambatan pelayanan tersebut adalah penyiapan rekam medis. Sehingga, dengan adanya registrasi online dan sistem perjanjian, penyiapan rekam medis bisa dilakukan H-1. “Kalau dulu dokternya sudah datang, rekam medisnya belum datang, sehingga dokternya nunggu. Karena rekam medis baru disiapkan pagi. Nah, kalau sekarang rekam medis disiapkan malam atau H-1. Sehingga pagi itu, tinggal distribusi rekam medisnya tadi,” katanya.
Agar bisa menyiapkan rekam medis lebih awal, petugas rekam medis pun dibagi menjadi tiga shift. Dulunya petugas rekam medis hanya diberlakukan satu shift. Tidak hanya di loket pendaftaran, di poliklinik rekam medis juga telah disiapkan. “Kalau sistem yang dulu, pukul 09.00 Wita rekam medis yang pertama baru datang. Sekarang pukul 07.30 Wita sudah harus ada di poliklinik. Sehingga dokter bisa melayani pasien lebih pagi,” tuturnya.
“Dari rekam medis datang, hingga pasien mendapat pelayanan juga ada standar waktunya selama 30 menit. Padahal sebelumnya pasien mengantre bisa sampai 3 jam, baik di loket pendaftaran maupun di poliklinik,” imbuhnya.
Selain pelayanan di loket pendaftaran dan poliklinik, RSUP Sanglah juga memperbaiki pelayanan dalam pemeriksaan laboratorium. RSUP Sanglah membangun laboratorium integrated information system agar pasien tidak perlu lagi membawa permintaan cek laboratorium dari poliklinik ke laboratorium, atau mengambil hasil dari laboratorium ke poliklinik. Permintaan pemeriksaan lab, kata Nining, dapat diinput dari poliklinik oleh sang dokter. Selain mempercepat, cara ini juga untuk mengurangi risiko kehilangan berkas.
“Sebelum pasien itu sampai lab, permintaan pemeriksaan sudah masuk, karena dokter sudah menginput permintaan pemeriksaan itu. Jadi, pasien tinggal menunggu hasil lab selama 2 jam. Setelah hasil lab keluar, dapat langsung diinput pada sistem di poliklinik,” ujar Nining.
Dikatakannya, perbaikan sistem ini perlahan mampu mengurangi kepadatan antrean yang selama ini berjubel dan membeludak. Nining mengungkapkan, per harinya RSUP Sanglah menerima 900 kunjungan pasien. Hanya 10 persen yang merupakan pasien baru, sisanya merupakan pasien yang sudah pernah berobat di RSUP Sanglah. Dengan penerapan dua sistem tersebut, pihaknya mengklaim 30 persen kepadatan antrean telah berkurang.
“Dari 900 orang yang datang per harinya, 350 orang sudah memanfaatkan sistem ini, berarti sudah lebih dari 30 persen pengunjung tidak perlu lagi mengantre di loket pendaftaran. Ini dapat mengurangi kepadatan berkumpul yang selama ini kita lihat sampai ngantre lama. Sekarang kita bisa lihat, pukul 10 pagi saja sudah tidak membeludak lagi,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, inovasi sistem bridging yang diterapkan di RSUP Sanglah sejak Maret 2016 berhasil meraih juara I Perkumpulan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Award 2016 kategori innovation health care IT project. Sistem tersebut digagas oleh Putu Gede Panji Kresna selaku staf Electronic Data Processing (EDP) RSUP Sanglah.
Sistem bridging yang diterapkan di RSUP Sanglah ini digunakan untuk sharing data dari satu ruangan ke ruangan lain, sehingga dapat mempermudah pasien serta petugas dalam menginput data.
“Sistem ini dibuat untuk mempermudah pengambilan hasil pemeriksaan. Yang dulunya pasien harus menunggu hasil pemeriksaan untuk dibawa ke petugas kini tidak lagi. Contohnya jika pasien poliklinik melakukan pemeriksaan lab, maka hasilnya nanti akan melalui sistem jaringan komputer, jadi pasien tidak lagi menunggu hasil untuk dibawa ke poliklinik,” jelas Panji, sapaan akrab Putu Gede Panji Kresna, Sabtu (5 November 2016).
Panji menjelaskan, sistem itu merupakan inovasinya, dan ternyata menjadi yang pertama di Indonesia. Karenanya, inovasi tersebut terpilih menjadi juara I oleh Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Award 2016 yang diselenggarakan pada 24 Oktober 2016. Ada delapan kategori yang ‘dilombakan’, yakni innovation health care IT project; patient safety; customer service, marketing, and public relation project; human resources development project; corporate social responsibility; innovation in hospital management and governance project’ hospital family planning; clinical service improvement project.
Untuk kategori innovation health care IT project diikuti 54 judul. Dari jumlah tersebut, inovasi milik RSUP Sanglah yang mengusung sistem bridging tersebut meraih juara I.
“Kami berhasil mendapat juara satu dari 65 rumah sakit di seluruh Indonesia, dengan 172 judul yang terdaftar. Saya kira ini hanya inovasi biasa, ternyata rumah sakit lain di Indonesia belum manggunakan, bahkan inovasi ini pertama kami temukan dan terapkan di RSUP Sanglah,” ujarnya
Panji mengatakan, sistem itu sudah diujicobakan dan bisa mempermudah pasien. Ketika memasukkan hasil pemeriksaan, datanya akan terkirim langsung ke komputer perawat atau dokter yang berjaga.
Rancangan tersebut rencananya akan dikembangkan lagi, bahkan akan dikolaborasikan dengan inovasi lainnya, salah satunya form estimasi biaya sehingga pasien lebih cepat diberikan pelayanan. Yang sebelumnya memakan waktu bolak balik mengambil hasil pemeriksaan, kini pasien hanya sekali jalan tanpa harus menunggu lagi.
Beberapa sistem pemeriksaan penunjang yang sudah menggunakan sistem bridging yakni laboratorium patologi klinis, mikrobiologi, patologi anatomi, dan radiologi. *in
Sejak diterapkan pada 1 Desember 2016, ratusan pasien telah memanfaatkan registrasi online ini. Pelan namun pasti, dalam waktu 10 bulan, pemanfaatan sistem registrasi online di RS terbesar rujukan Bali dan Nusa Tenggara itu terus mengalami peningkatan, meski jumlahnya fluktuatif. Dari yang awalnya belasan, kini sudah mencapai seratusan.
“Sejak kami coba terapkan 1 Desember 2016, ada peningkatan. Awalnya yang memanfaatkan belasan. Sekarang sudah mencapai 120 orang. Pernah sampai 200 untuk daftar lewat online. Tapi paling sering antara 120–160 pasien,” ungkap Direktur Umum dan Operasional RSUP Sanglah Dra Nining Setyawati MSi, Jumat (3/11).
Melalui pendaftaran online di http://www.sanglahhospitalbali.com/registrasi/, pengguna tinggal memasukkan nomor rekam medis. Ini artinya, layanan online tersebut baru bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang sudah pernah berobat ke rumah sakit, dan memiliki nomor rekam medis serta identitas pasien.
Setelah memasukkan nomor rekam medis, selanjutnya pengguna atau pasien mengisi kelengkapan yang harus diisi. Setelah mendapat nomor antrean, pasien datang ke rumah sakit untuk mendapatkan layanan sesuai yang tertera dalam nomor antrean tersebut. Meski berhasil menggunakan fasilitas online ini, namun angka kedatangan tidaklah penuh 100 persen. Sekitar 10-20 persen pengguna registrasi online malah tidak datang setelah mendapat nomor antrean.
“Angka ketidakhadirannya bisa mencapai 10-20 persen. Artinya, dari 120 pendaftar online, ada 12 orang yang tidak datang. Mungkin ada yang asal-asalan daftar, main-main, atau coba-coba. Padahal kami sudah menyiapkan rekam medisnya,” tuturnya.
Tidak hanya lewat online. RSUP Sanglah juga menggagas sistem perjanjian untuk memperpendek antrean. Sistem perjanjian ini jauh lebih banyak dimanfaatkan oleh para pasien. Rata-rata 300-350 orang memanfaatkan sistem ini dengan angka kehadiran mencapai 100 persen. Dalam sistem perjanjian ini, pasien datang langsung sehari sebelumnya dengan langsung membawa berkas. “Dengan sistem perjanjian, pasien akan mendaftar sehari sebelumnya tapi sudah harus membawa berkas,” jelasnya.
Baik sistem registrasi online maupun sistem perjanjian, kata Nining, bertujuan untuk menyiapkan rekam medis lebih awal. Sebab, pihaknya menemukan, problem utama keterlambatan pelayanan tersebut adalah penyiapan rekam medis. Sehingga, dengan adanya registrasi online dan sistem perjanjian, penyiapan rekam medis bisa dilakukan H-1. “Kalau dulu dokternya sudah datang, rekam medisnya belum datang, sehingga dokternya nunggu. Karena rekam medis baru disiapkan pagi. Nah, kalau sekarang rekam medis disiapkan malam atau H-1. Sehingga pagi itu, tinggal distribusi rekam medisnya tadi,” katanya.
Agar bisa menyiapkan rekam medis lebih awal, petugas rekam medis pun dibagi menjadi tiga shift. Dulunya petugas rekam medis hanya diberlakukan satu shift. Tidak hanya di loket pendaftaran, di poliklinik rekam medis juga telah disiapkan. “Kalau sistem yang dulu, pukul 09.00 Wita rekam medis yang pertama baru datang. Sekarang pukul 07.30 Wita sudah harus ada di poliklinik. Sehingga dokter bisa melayani pasien lebih pagi,” tuturnya.
“Dari rekam medis datang, hingga pasien mendapat pelayanan juga ada standar waktunya selama 30 menit. Padahal sebelumnya pasien mengantre bisa sampai 3 jam, baik di loket pendaftaran maupun di poliklinik,” imbuhnya.
Selain pelayanan di loket pendaftaran dan poliklinik, RSUP Sanglah juga memperbaiki pelayanan dalam pemeriksaan laboratorium. RSUP Sanglah membangun laboratorium integrated information system agar pasien tidak perlu lagi membawa permintaan cek laboratorium dari poliklinik ke laboratorium, atau mengambil hasil dari laboratorium ke poliklinik. Permintaan pemeriksaan lab, kata Nining, dapat diinput dari poliklinik oleh sang dokter. Selain mempercepat, cara ini juga untuk mengurangi risiko kehilangan berkas.
“Sebelum pasien itu sampai lab, permintaan pemeriksaan sudah masuk, karena dokter sudah menginput permintaan pemeriksaan itu. Jadi, pasien tinggal menunggu hasil lab selama 2 jam. Setelah hasil lab keluar, dapat langsung diinput pada sistem di poliklinik,” ujar Nining.
Dikatakannya, perbaikan sistem ini perlahan mampu mengurangi kepadatan antrean yang selama ini berjubel dan membeludak. Nining mengungkapkan, per harinya RSUP Sanglah menerima 900 kunjungan pasien. Hanya 10 persen yang merupakan pasien baru, sisanya merupakan pasien yang sudah pernah berobat di RSUP Sanglah. Dengan penerapan dua sistem tersebut, pihaknya mengklaim 30 persen kepadatan antrean telah berkurang.
“Dari 900 orang yang datang per harinya, 350 orang sudah memanfaatkan sistem ini, berarti sudah lebih dari 30 persen pengunjung tidak perlu lagi mengantre di loket pendaftaran. Ini dapat mengurangi kepadatan berkumpul yang selama ini kita lihat sampai ngantre lama. Sekarang kita bisa lihat, pukul 10 pagi saja sudah tidak membeludak lagi,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, inovasi sistem bridging yang diterapkan di RSUP Sanglah sejak Maret 2016 berhasil meraih juara I Perkumpulan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Award 2016 kategori innovation health care IT project. Sistem tersebut digagas oleh Putu Gede Panji Kresna selaku staf Electronic Data Processing (EDP) RSUP Sanglah.
Sistem bridging yang diterapkan di RSUP Sanglah ini digunakan untuk sharing data dari satu ruangan ke ruangan lain, sehingga dapat mempermudah pasien serta petugas dalam menginput data.
“Sistem ini dibuat untuk mempermudah pengambilan hasil pemeriksaan. Yang dulunya pasien harus menunggu hasil pemeriksaan untuk dibawa ke petugas kini tidak lagi. Contohnya jika pasien poliklinik melakukan pemeriksaan lab, maka hasilnya nanti akan melalui sistem jaringan komputer, jadi pasien tidak lagi menunggu hasil untuk dibawa ke poliklinik,” jelas Panji, sapaan akrab Putu Gede Panji Kresna, Sabtu (5 November 2016).
Panji menjelaskan, sistem itu merupakan inovasinya, dan ternyata menjadi yang pertama di Indonesia. Karenanya, inovasi tersebut terpilih menjadi juara I oleh Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Award 2016 yang diselenggarakan pada 24 Oktober 2016. Ada delapan kategori yang ‘dilombakan’, yakni innovation health care IT project; patient safety; customer service, marketing, and public relation project; human resources development project; corporate social responsibility; innovation in hospital management and governance project’ hospital family planning; clinical service improvement project.
Untuk kategori innovation health care IT project diikuti 54 judul. Dari jumlah tersebut, inovasi milik RSUP Sanglah yang mengusung sistem bridging tersebut meraih juara I.
“Kami berhasil mendapat juara satu dari 65 rumah sakit di seluruh Indonesia, dengan 172 judul yang terdaftar. Saya kira ini hanya inovasi biasa, ternyata rumah sakit lain di Indonesia belum manggunakan, bahkan inovasi ini pertama kami temukan dan terapkan di RSUP Sanglah,” ujarnya
Panji mengatakan, sistem itu sudah diujicobakan dan bisa mempermudah pasien. Ketika memasukkan hasil pemeriksaan, datanya akan terkirim langsung ke komputer perawat atau dokter yang berjaga.
Rancangan tersebut rencananya akan dikembangkan lagi, bahkan akan dikolaborasikan dengan inovasi lainnya, salah satunya form estimasi biaya sehingga pasien lebih cepat diberikan pelayanan. Yang sebelumnya memakan waktu bolak balik mengambil hasil pemeriksaan, kini pasien hanya sekali jalan tanpa harus menunggu lagi.
Beberapa sistem pemeriksaan penunjang yang sudah menggunakan sistem bridging yakni laboratorium patologi klinis, mikrobiologi, patologi anatomi, dan radiologi. *in
Komentar