Warga Perangsada Bongkar Tapal Batas Desa Saba
Sekitar 400 warga tua dan muda dari Banjar/Desa Pakraman Perangsada, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, membongkar tugu dan candi tapal batas Perangsada – Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Minggu (11/10 sekitar) pukul 08.00 Wita.
GIANYAR, NusaBali
Warga Saba selaku pemasang tapal batas yang mendengar aksi spontan warga yang masing-masing membawa perabotan tajam itu, tak mau terhasut.
Informasi di TKP, ratusan warga berbusana adat Bali madya itu tedun (turun berkumpul) untuk bergotongroyong meratakan tanah di Setra (kuburan) Desa Pakraman Perangsada. Setelah bergotongroyong sekitar 1,5 jam, warga berkumpul di wantilan Perangsada. Saat itu, muncul pertanyaan beberapa warga tentang perkembangan perjuangan Tim Penolakan Tapal Batas Perangsada, Desa Pering - Desa Saba, bentukan krama Desa Pakraman Perangsada itu. Karena sejak tim ini dibentuk sekitar enam bulan lalu, belum ada hasil kerja. Malah tapal batas Perangsada – Saba, tetap kokoh bediri.
Pertanyaan warga dijawab oleh Ketua Tim Penolak Tapal Batas Manku Nyoman Suraja, dan angota tim lain. Inti paparanya, kasus ini kini ada di Pemkab Gianyar, dibawah koordinasi Asisten I Setda Gianyar Cokorda Rai Widiarsa. Dari paparan itu pula warga tergerak untuk membongkar tapal batas itu.
Ratusan warga membawa perabotan tajam dari wantilan itu bergerak berjalan kaki ke arah selatan menuju posisi tapal batas itu. Arus kendaraan dari dua arah pun ditutup. Warga langsung membongkar dan menjungkirkan tugu dan candi tapal batas itu. Patok Topdam keluaran Kodam IX/Udayana juga jadi sasaran.
Aksi ini mengejutkan aparat hingga belasan polisi dari Polsek Blahbatuh dan Polres Gianyar ke TKP. Kosentrasi aparat pada upaya mencegah kemungkinan serangan balik dari masyarakat Desa Saba. Aparat pun tak berani mencegat aksi warga Perangsada karena takut jadi korban warga yang memegang perabotan tajam. ‘’Kami tak berani mencegat aksi ini karena warga mengurung titik lokasi. Kami juga tak ingin jadi korban dari kemarahan warga,’’ jelas salah seorang aparat.
Bendesa Desa Pakraman Perangsada Nyoman Kamariyasa mengakui, awalnya warga hanya tedun bergotongrpotyong di setra itu, mulai pukul 06.00 Wita. Karena ada tanah di setra yang perlu diratakan agar tak abrasi saat hujan nanti. Ia menduga warganya jenuh dengan kasus tapal batas ini. ‘’Suara warga kami sepertinya tak didengar. Maka jadilah begini (pembongkaran tapal batas) dengan gerakan spontan. Saya juga tak berani nambakin (mencegah, Red),’’ ujarnya.
Selanjutnya...
Komentar