Sahabat Siap Beberkan Data
Jokowi akan Panggil Kapolri soal Novel
JAKARTA, NusaBali
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku akan memanggil Kapolri Jenderal Tito Karnavian terkait penyelesaian teror penyiraman air keras ke penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Salah satu sahabat Novel, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengaku siap memberikan data kepada Jokowi terkait kasus itu.
"Agaknya, Pak Presiden perlu mendengarkan masukan, data, dan fakta yang ditemukan oleh kelompok masyarakat sipil terkait kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan ini," ucap Dahnil yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah dalam keterangan tertulisnya, Jumat (3/11/2017) seperti dilansir detik.
Data dan fakta yang akan disampaikan itu disebut Dahnil berasal dari upaya kelompok masyarakat sipil yang sebelumnya pernah melakukan penelusuran di lapangan. Upaya ini dilakukan agar Jokowi tidak hanya memperoleh keterangan dari satu pihak saja.
Dia berkata ada keganjilan dalam penanganan teror terhadap penyidik senior KPK ini. Kemudian, dia membeberkan alasan-alasan Polri terkait lamanya penanganan kasus.
"Bukan sekadar alasan teknis penyidikan seperti yang disampaikan pihak kepolisian. Bahkan sampai Pak Tito menyatakan kasus Novel lebih sulit dibandingkan kasus bom Bali. Bahkan Kadiv Humas (Polri) menyebutkan kasus ini bisa dituntaskan bertahun-tahun," katanya.
Tidak hanya dirinya, Dahnil juga menyebut ada koalisi masyarakat sipil serta mantan pimpinan KPK juga yang bersedia menyampaikan temuan investigasi yang telah dilakukan. Dengan begitu, menurutnya, Jokowi bisa mendapat gambaran secara rinci di balik kasus ini.
Sebelumnya Jokowi berkata akan memanggil kembali Kapolri untuk kedua kalinya terkait penanganan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Jokowi menegaskan teror ke Novel itu harus gamblang diungkap. Selain itu, tentu, menurut Jokowi, pengungkapan kasus tersebut harus tuntas.
"Di prosesnya sudah sejauh mana. Yang jelas semua masalah harus gamblang, harus jelas, harus tuntas," tutur Jokowi setelah meresmikan Jalan Tol Becakayu, Bekasi, Jawa Barat.
Sudah 205 hari kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan tak kunjung terungkap. Lambannya penanganan kepolisian, membuat berbagai kalangan masyarakat mendorong Presiden untuk segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
Baik Novel maupun keluarganya juga sudah pesimis teror yang terjadi pada 11 April 2017 ini akan terungkap jika ditangani hanya oleh Kepolisian. Dari pihak Polri sendiri juga menyatakan kasus ini merupakan jenis kasus hit and run yang sulit diungkap, bahkan bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Soal alternatif solusi, menurut KPK tidak tertutup kemungkinan dibuat tim lain di luar tim teknis atau Kepolisian. Pembentukan TGPF bisa menjadi salah satunya. Namun, KPK menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi. *
"Agaknya, Pak Presiden perlu mendengarkan masukan, data, dan fakta yang ditemukan oleh kelompok masyarakat sipil terkait kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan ini," ucap Dahnil yang juga menjabat sebagai Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah dalam keterangan tertulisnya, Jumat (3/11/2017) seperti dilansir detik.
Data dan fakta yang akan disampaikan itu disebut Dahnil berasal dari upaya kelompok masyarakat sipil yang sebelumnya pernah melakukan penelusuran di lapangan. Upaya ini dilakukan agar Jokowi tidak hanya memperoleh keterangan dari satu pihak saja.
Dia berkata ada keganjilan dalam penanganan teror terhadap penyidik senior KPK ini. Kemudian, dia membeberkan alasan-alasan Polri terkait lamanya penanganan kasus.
"Bukan sekadar alasan teknis penyidikan seperti yang disampaikan pihak kepolisian. Bahkan sampai Pak Tito menyatakan kasus Novel lebih sulit dibandingkan kasus bom Bali. Bahkan Kadiv Humas (Polri) menyebutkan kasus ini bisa dituntaskan bertahun-tahun," katanya.
Tidak hanya dirinya, Dahnil juga menyebut ada koalisi masyarakat sipil serta mantan pimpinan KPK juga yang bersedia menyampaikan temuan investigasi yang telah dilakukan. Dengan begitu, menurutnya, Jokowi bisa mendapat gambaran secara rinci di balik kasus ini.
Sebelumnya Jokowi berkata akan memanggil kembali Kapolri untuk kedua kalinya terkait penanganan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Jokowi menegaskan teror ke Novel itu harus gamblang diungkap. Selain itu, tentu, menurut Jokowi, pengungkapan kasus tersebut harus tuntas.
"Di prosesnya sudah sejauh mana. Yang jelas semua masalah harus gamblang, harus jelas, harus tuntas," tutur Jokowi setelah meresmikan Jalan Tol Becakayu, Bekasi, Jawa Barat.
Sudah 205 hari kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan tak kunjung terungkap. Lambannya penanganan kepolisian, membuat berbagai kalangan masyarakat mendorong Presiden untuk segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
Baik Novel maupun keluarganya juga sudah pesimis teror yang terjadi pada 11 April 2017 ini akan terungkap jika ditangani hanya oleh Kepolisian. Dari pihak Polri sendiri juga menyatakan kasus ini merupakan jenis kasus hit and run yang sulit diungkap, bahkan bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Soal alternatif solusi, menurut KPK tidak tertutup kemungkinan dibuat tim lain di luar tim teknis atau Kepolisian. Pembentukan TGPF bisa menjadi salah satunya. Namun, KPK menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi. *
Komentar