Aktivitas Galian C Terekam Seismometer
Noise adalah sinyal suara bersifat akustik dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan.
Dikhawatirkan Ganggu Pantauan Gempa Gunung Agung
AMLAPURA, NusaBali
Aktivitas alat berat di Galian C yang mulai beroperasi di zona merah atau Kawasan Rawan Bencana (KRB) III di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem terekam seismometer, sehingga menimbulkan gangguan noise pada salah satu alat pantau. Padahal alat itu merupakan pengukur gerakan struktur tanah Gunung Agung. Para relawan bencana Gunung Agung pun mengkhawatirkan kondisi ini bisa mengganggu perekaman aktivitas kegempaan Gunung Agung yang saat ini berstatus siaga atau level III.
Dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, terpantau terjadinya gangguan noise tercatat dalam alat pengukur gempa, yakni seismograf. "Kami dapat informasi terjadi gangguan noise di alat pantau Gunung Agung, pertanda apa itu, silakan tanyakan ke PVMBG," jelas relawan bencana Gunung Agung, I Wayan Suara saat dihubungi di Amlapura, Sabtu (4/11) kemarin.
Hal senada diungkapkan relawan PMI Provinsi Bali, I Wayan Aryawan yang bertugas melayani pengungsi di Desa Pesaban, Kecamatan Rendang. "Betul kami dapat laporan adanya gangguan noise itu," katanya. Terpisah Kepala Sub Bidang Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM RI, Devy Kamil Syahbana membenarkan ada gangguan noise pada seismometer. Dari 11 alat seismometer yang terpasang di Gunung Agung, hanya alat di jaba Pura Pasar Agung dekat aktivitas galian C yang mengalami gangguan noise.
Disebutkan noise adalah sinyal suara bersifat akustik dalam bentuk gangguan yang bukan merupakan sinyal yang diinginkan. Sinyal tersebut seperti suara mesin, elektrika digital dan sejenisnya. Sebenarnya lanjut Devy Kamil, semua getaran dan suara direkam alat seismometer kemudian bisa dibaca dan diperlihatkan dalam alat seismograf di Pos Pengamatan Gunung Api. Entah itu suara mesin, suara manusia, suara truk lewat, suara benda jatuh, longsor dan yang lainnya semuanya terekam.
"Kami memisahkan semua rekaman itu, hasil rekaman gempa saja yang kami perlukan," katanya. Sebenarnya dengan adanya suara getaran alat berat galian C, secara fisik tidak mengganggu keberadaan alat. Hanya saja, dengan adanya alat berat beroperasi dekat alat pemantau, maka akan lebih banyak rekaman getaran, sehingga perlu kejelian untuk memilah-milah antara hasil rekaman getaran alat berat dengan gempa.
Sebelumnya berlaku larangan adanya aktivitas di KRB III, sehingga alat pantau Gunung Agung murni hanya merekam gempa yang terjadi. Kali ini, dengan adanya aktivitas masyarakat secara diam-diam mengoperasikan alat berat di KRB III, alat pantau lebih banyak merekam getaran alat berat dan truk. *k16
Komentar