nusabali

Ratusan Pengungsi Pulang Kampung

  • www.nusabali.com-ratusan-pengungsi-pulang-kampung

Warga yang meninggalkan posko ini kebanyakan yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) I dan II.

DENPASAR, NusaBali

Sekitar 350 orang pengungsi Gunung Agung yang menghuni sejumlah posko pengungsian di Denpasar berangsur pulang ke kampung halaman mereka. Selain itu, sebanyak 6 ekor sapi milik warga juga ikut diangkut ke Karangasem.

Mereka yang memilih pulang kampung merupakan warga yang rumahnya masuk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) I dan II. Kepulangan mereka dilakukan secara bertahap dari sejak Umanis Galungan hingga Minggu (5/11) pagi kemarin.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar, IB Joni Ariwibawa saat dikonfirmasi mengatakan, kepulangan sekitar 350 warga ini karena rumah mereka masuk daerah yang masih aman sesuai dengan imbauan BMKG.

Ratusan pengungsi tersebut berasal dari Posko Pulau Serangan sebanyak 25 orang, Posko Banjar Kesambi 174 orang, Posko Gurita Sesetan 60 orang, dan lainnya berada di pengungsian mandiri. Sedangkan 98 orang dari Posko Jalan Bung Tomo rencananya akan pulang hari ini. “Yang di Posko Banjar Kesambi itu tinggal 6 orang  saja masih bertahan. Mereka berasal dari Dusun Pucang, Desa Ban, Kubu, Karangasem yang rumahnya berada di Kawasan KRB III,” kata Joni Ariwibawa.

Sedangkan yang berada di Posko Jalan Danau Tempe I, kata Joni Ariwibawa, masih tetap bertahan karena seluruh warga yang jumlahnya sekitar 240 orang berasal dari Desa Ban, Kubu, Karangasem yang masuk dalam KRB III. “Jumlah yang masih ada saat ini seluruhnya ada sekitar 446 orang sama yang di (posko) Bung Tomo. Itu semua dari kawasan KRB III yang rencananya akan dikumpulkan di Posko Gurita. Sedangkan yang di Bung Tomo semua akan pulang besok (hari ini)," jelasnya.

Dari total jumlah 14.852 pengungsi di Denpasar lanjut Joni, pihaknya baru bisa mendata pengungsi yang pulang pada posko-posko yang ada. Sementara untuk yang di rumah-rumah penduduk (posko mandiri) pihaknya masih mendata. "Kami masih data untuk yang pengungsi mandiri melalui kepala dusun. Soalnya mereka punya kendaraan sendiri. Bahkan ada yang pulang tidak melapor, banyak itu," kata Joni lagi.

Dikatakan, khusus untuk kepulangan pengungsi pagi kemarin, pihaknya menyediakan kendaraan yang dapat mengangkut barang-barang warga hingga ke rumah mereka masing-masing. Selain dari Pemerintah Kota Denpasar, pihaknya juga dibantu oleh relawan yang juga ikut membantu menyediakan kendaraan untuk mengantar para pengungsi pulang kampung. "Jadi tadi (kemarin) ada sekitar 10 mobil yang disediakan untuk ikut mengangkut," imbuhnya.

Sementara, Kepala Dusun Banjar Kesambi, I Kadek Kanda mengatakan bahwa pemulangan pengungsi dilaksanakan serentak Minggu kemarin. Bahkan, pihaknya bersama tim relawan melaksanakan persembahyangan bersama yang dilanjutkan dengan syukuran sebelum akhirnya bersama-sama menghantarkan pengungsi ke daerah asalnya.

Menurut Kanda, berbagai alasan diutarakan pengungsi untuk kembali ke kampung halamannya. Diakuinya, memang tidak keseluruhan yang pulang tersebut adalah warga yang berada di zona aman. Ada juga yang tinggal di zona KRB III dengan alasan akan melaksanakan transmigrasi. “Untuk itu disarankan pulang untuk mepamit kepada Ida Bhatara sesuhunan, ya kita tidak bisa melarang mereka,” imbuhnya

Bahkan, lanjut Kanda, pihaknya memberikan stok logistik yang ada untuk digunakan oleh para pengungsi di kampung halaman. Hal ini lantaran masih tersisa sejumlah logistik di Posko Pengungsian Banjar Kesambi. “Ya kami berikan stok makanan untuk tujuh hari lah, nanti sisanya kan mereka yang mengkondisikan,” ucapnya.

Disamping memulangkan pengungsi, di Posko Pengungsian Kesambi juga masih menyisakan enam jiwa yang merupakan satu KK. I Nyoman urip, 30, asal Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, mengaku terpaksa bertahan di pengungsian lantaran kondisi Gunung Agung yang belum normal. Apalagi hingga saat ini desa yang ia tempati masih tersisa aliran lahar yang mengering dan bebatuan besar sisa letusan tahun 1963. “Kalau saya asal Desa Muncan, saya tidak akan mau mengungsi, karena kalau ada letusan masih ada kesempatan menyelamatkan diri, kalau di Desa Ban itu dekat sekali dengan gunung,” tuturnya. *m

Komentar