Penghuni Niskala Minta Tebusan 11 Nyawa, 5 Buruh Mati Tak Wajar
Saat digelar upacara pakelem di Bendungan Titab, sejumlah krama mendadak kerauhan. Saat itulah, penhuni gaib kawasan bicara melalui raga krama kerauhan bahwa banyak keluarganya hilang karena proyek bendungan, hingga mereka minta tebusan 11 nyawa.
Kisah Mistik di Balik Pengerjaan Proyek Bendungan Titab di Kawasan Buleleng Barat
SINGARAJA, NusaBali
Inilah sepenggal kisah mistik di balik megahnya proyek Bendungan Titab di kawasan Buleleng Barat, yang dicanangkan akan beroperasi secara penuh setelah terisi 12 juta meter kubik air, Maret 2016 mendatang. Selama 5 tahun proses pengerjaan bendungan sejak 2010 silam, banyak terjadi peristiwa mistik yang sulit dicerna akal sehat. Misalnya, mesin lampu dan Truk hidup sendiri hingga 5 buruh proyek meninggal tak wajar. Konon, penghguni alam niskala kawasan proyek minta tebusan 11 nyawa manusia.
Kisah-kisah mistik ini diungkapkan Ni Made Niasih, 45, warga Desa Ularan, Kecamatan Seririt, yang kesehariannya jualan makanan dan minuman di seputar Bendungan Titab, ketika NusaBali terjun ke lokasi menyusul peristiwa ledakan dalam bendungan tersebut, Minggu (17/1) lalu. Kebetulan, ada sekitar 20 buruh proyek asal Jawa yang dulu tinggal kos di rumah Made Niasih selama pengerjaan Bendungan Titab. Para buruh itulah yang menceritakan segala keanehan di seputar Bendungan Titab kepada Made Niasih.
Made Niasih mengatakan, para buruh proyek kala itu sering curhat kepada dirinya soal peristiwa-peristiwa mistik yang dialaminya di lokasi Bendungan Titab. “Saya tahu persis keluhan-keluhan 20 buruh proyek tersebut, karena mereka kos di rumah saya lantaran bedeng yang dibangun di areal bendungan sudah penuh,” ungkap Made Niasih.
Salah satu peristiwa mistik yang membuat para buruh proyek ketakutan, kata Niasih, adalah keanehan Truk yang diparkir di areal Bendungan Titab. Lampu dan mesin Truk kerap hidup sendiri, padahal tiada orang di dalamnya. “Peristiwa aneh soal Truk hidup sendiri ini biasanya terjadi di malam hari,” kenang perempuan berusia 48 tahun ini.
Salah seorang buruh proyek, Agus, sempat lari tunggang langgang ketika mengecek Truk yang hidup sendiri itu. Selain itu, kata Niasih, para buruh prouyek juga sering mendengar suara-suara tangisan saat malam hari ketika mereka masih tinggal di bedeng-bedeng areal Bendungan Titab.
SELANJUTNYA . . .
Komentar