China Diajak Investasi Mainan di Indonesia
Perkumpulan Pengusaha, Produsen dan Importir Mainan Indonesia (P3IMI) mengundang pengusaha China untuk melakukan investasi di Indonesia, apalagi iklim investasi di tanah air saat ini semakin kondusif.
JAKARTA, NusaBali
"Para pengusaha China di Chenghai tertarik untuk mengembangkan industri mainan di Indonesia karena pangsa pasar yang sangat besar dan ingin mengetahui prosedur lebih lanjut," kata Ketua P3MI Sariat Arifia di Jakarta, Senin (6/11).
Sariat bersama rombongan yang terdiri atas sepuluh orang, baru saja berkunjung ke Chenghai, Propinsi Guangdong, China untuk menandatangani Nota Kesepahaman dengan Asosiasi Mainan Chenghai pada 31 Oktober 2017.
Dalam kunjungan tersebut, Sariat dan rombongon didampingi oleh Duta Besar RI untuk China Sugeng Rahardjo, anggota Komisi VI DPR RI Ihsan Yunus, serta M. Zakir dan Finy Saptarita, senior manajer dari Sucofindo.
Chenghai dipilih sebagai tujuan karena salah satu distrik di Kota Shantou tersebut merupakan pusat industri mainan yang dikenal dengan julukan Kota Mainan (Toys City) karena memiliki lebih dari 5.000 industri mainan, mulai dari skala rumah tangga sampai skala besar.
Kerjasama antara P3IMI dan Asosiasi Mainan Chenghai menurut Sariat mendapat dukungan penuh dari Dubes Sugeng Rahardjo yang sengaja datang dari Beijing untuk menyaksikan penanda tanganan Nota Kesepahaman tersebut.
"Saya berharap penandatangan Memorandum of Understanding ini dapat memperkuat industri mainan masing-masing negara melalui riset bersama, pertukaran teknilogi dan studi pasar," kata Sariat mengutip Sugeng yang akan mengakhiri tugas di sebagai duta besar di Beijing.
Menurut Sugeng, ia yakin bahwa kerjasama antara bisnis antara kedua organisasi tersebut akan menghasilkan dampak yang menguntungkan kedua pihak dan ikut membuka lapangan kerja di Tanah Air.
"Meski suasana perekonomian dunia saat masih dilanda ketidak pastian, nyatanya China adalah investor terbesar ketiga di Indonesia setelah Singapura dan Jepang, meningkat pesat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," kata Sugeng.
Selama berada di Chenghai, Sariat berkunjung ke beberapa perusahaan yang merupakan anggota Asosiasi Mainan Chenghai, diantaranya Huawei, International Toys Trading Ltd (ITTL), Rastar Group dan Nam Shing Toys.
Dalam kunjungan tersebut, yang membuat rombongan P3IMI terkesan adalah bagaimana pengusaha besar di China melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya dan sulit ditemui di Indonesia.
Karena pelanggan merupakan sumber utama bagi perkembangan dan kesuksesan usaha, mereka harus dilayani sebaik mungkin agar mereka merasa nyaman ketika sedang berbelanja.
"Pelanggan mereka sebagian besar dari Timur Tengah, sehingga dibuatkan musholla yang nyaman bagi mereka. Selain itu juga disediakan kamar dengan fasilitas hotel bintang lima," kata Sariat menambahkan.
Sementara itu M. Zakir dari Sucofindo dalam kunjungan tersebut secara khusus memberikan penjelasan kepada para produsen mainan Chenghai mengenai standar mutu yang harus mereka penuhi sebelum mengekspor produk ke Indonesia. "Kita juga harus melindungi anak-anak di Tanah Air dari mainan yang mengandung bahan-bahan yang membayakan kesehatan," kata M. Zakir.
Menurut data Dewan Industri Ringan China dan Asosiasi Kerajinan China, Distrik Chenghai memiliki lebih dari 5.000 pabrik mainan, 30 di antaranya memiliki pendapatan 16 juta dolar AS lebih per tahun. Sekitar 20 persen dari total ekspor mainan secara nasional China yang ditujukan ke 140 negara berasal dari Chenghai.
Di Chenghai, terdapat empat produsen terbesar, yaitu Guangdong Alpha Animation and Culture Co Ltd, Xinghui Auto Model Co Ltd, Huawei Scientific Technology Co Ltd dan Guangdong Qunxing Toys Joint-Stock Co Ltd.
Pada delapan bulan pertama 2017, China mencatat kenaikan ekspor maupun impor mainan, memperkuat status negara itu sebagai produsen sekaligus konsumen mainan terbesar di dunia. Selama Januari sampai September tahun ini, nilai ekspor mainan China naik 37 persen dibanding kurun yang sama tahun lalu menjadi 26,4 miliar dolar AS, sementara impornya naik 34 persen menjadi 719 juta dolar AS. *ant
Sariat bersama rombongan yang terdiri atas sepuluh orang, baru saja berkunjung ke Chenghai, Propinsi Guangdong, China untuk menandatangani Nota Kesepahaman dengan Asosiasi Mainan Chenghai pada 31 Oktober 2017.
Dalam kunjungan tersebut, Sariat dan rombongon didampingi oleh Duta Besar RI untuk China Sugeng Rahardjo, anggota Komisi VI DPR RI Ihsan Yunus, serta M. Zakir dan Finy Saptarita, senior manajer dari Sucofindo.
Chenghai dipilih sebagai tujuan karena salah satu distrik di Kota Shantou tersebut merupakan pusat industri mainan yang dikenal dengan julukan Kota Mainan (Toys City) karena memiliki lebih dari 5.000 industri mainan, mulai dari skala rumah tangga sampai skala besar.
Kerjasama antara P3IMI dan Asosiasi Mainan Chenghai menurut Sariat mendapat dukungan penuh dari Dubes Sugeng Rahardjo yang sengaja datang dari Beijing untuk menyaksikan penanda tanganan Nota Kesepahaman tersebut.
"Saya berharap penandatangan Memorandum of Understanding ini dapat memperkuat industri mainan masing-masing negara melalui riset bersama, pertukaran teknilogi dan studi pasar," kata Sariat mengutip Sugeng yang akan mengakhiri tugas di sebagai duta besar di Beijing.
Menurut Sugeng, ia yakin bahwa kerjasama antara bisnis antara kedua organisasi tersebut akan menghasilkan dampak yang menguntungkan kedua pihak dan ikut membuka lapangan kerja di Tanah Air.
"Meski suasana perekonomian dunia saat masih dilanda ketidak pastian, nyatanya China adalah investor terbesar ketiga di Indonesia setelah Singapura dan Jepang, meningkat pesat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya," kata Sugeng.
Selama berada di Chenghai, Sariat berkunjung ke beberapa perusahaan yang merupakan anggota Asosiasi Mainan Chenghai, diantaranya Huawei, International Toys Trading Ltd (ITTL), Rastar Group dan Nam Shing Toys.
Dalam kunjungan tersebut, yang membuat rombongan P3IMI terkesan adalah bagaimana pengusaha besar di China melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya dan sulit ditemui di Indonesia.
Karena pelanggan merupakan sumber utama bagi perkembangan dan kesuksesan usaha, mereka harus dilayani sebaik mungkin agar mereka merasa nyaman ketika sedang berbelanja.
"Pelanggan mereka sebagian besar dari Timur Tengah, sehingga dibuatkan musholla yang nyaman bagi mereka. Selain itu juga disediakan kamar dengan fasilitas hotel bintang lima," kata Sariat menambahkan.
Sementara itu M. Zakir dari Sucofindo dalam kunjungan tersebut secara khusus memberikan penjelasan kepada para produsen mainan Chenghai mengenai standar mutu yang harus mereka penuhi sebelum mengekspor produk ke Indonesia. "Kita juga harus melindungi anak-anak di Tanah Air dari mainan yang mengandung bahan-bahan yang membayakan kesehatan," kata M. Zakir.
Menurut data Dewan Industri Ringan China dan Asosiasi Kerajinan China, Distrik Chenghai memiliki lebih dari 5.000 pabrik mainan, 30 di antaranya memiliki pendapatan 16 juta dolar AS lebih per tahun. Sekitar 20 persen dari total ekspor mainan secara nasional China yang ditujukan ke 140 negara berasal dari Chenghai.
Di Chenghai, terdapat empat produsen terbesar, yaitu Guangdong Alpha Animation and Culture Co Ltd, Xinghui Auto Model Co Ltd, Huawei Scientific Technology Co Ltd dan Guangdong Qunxing Toys Joint-Stock Co Ltd.
Pada delapan bulan pertama 2017, China mencatat kenaikan ekspor maupun impor mainan, memperkuat status negara itu sebagai produsen sekaligus konsumen mainan terbesar di dunia. Selama Januari sampai September tahun ini, nilai ekspor mainan China naik 37 persen dibanding kurun yang sama tahun lalu menjadi 26,4 miliar dolar AS, sementara impornya naik 34 persen menjadi 719 juta dolar AS. *ant
Komentar