Asosiasi Usul Bangun 7 Depo Pasir
Pembangunan depo bertujuan membatasi jumlah truk masuk ke lokasi galian C dan meningkatkan pajak.
AMLAPURA, NusaBali
Asosiasi Galian C Pratiwi Agung Kecamatan Kubu, Karangasem dikomandani Nengah Subrata mendatangi Bupati I Gusti Ayu Mas Sumatri, Kamis (9/11). Tujuannya berikan dukungan membangun depo pasir sehingga semua pengusaha angkutan galian C bisa bekerja, harga terkontrol, dan ada pemasukan pajak. Asosiasi meminta penjualan material galian C di beberapa titik diatur. Truk dari Karangasem cukup ambil pasir di lokasi galian dibawa ke depo. Sementara sopir-sopir truk dari luar Karangasem mengambil material di depo. Bupati Mas Sumatri menyambut positif rencana itu.
Asosiasi merencanakan membangun tujuh depo, masing-masing di Desa Tembok, Desa Antiga Kelod, Desa Selat, Desa Sidemen, Desa Rendang, Desa Nongan, dan Desa Muncan. Khusus pelayanan di Kecamatan Kubu yang telah berjalan dengan membangun depo di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng, sopir-sopir truk mengambil material di lokasi dengan harga Rp 600.000 per truk. Setiba di depo pasir dibayar Rp 1.250.000 per truk. “Hanya mengangkut sejauh 20 kilometer, sudah dapat untung besar,” kata Subrata.
Subrata menjelaskan, membangun depo untuk meminimalkan kekroditan di jalan raya akibat truk pengangkut pasir yang lalulalang. Di samping itu, Gunung Agung masih status siaga, sewaktu-waktu warga balik mengungsi. Jika banyak truk pengangkut pasir di jalan berdampak pada evakuasi pengungsi terganggu. “Makanya kami rencananya membangun tujuh depo. Sehingga yang ambil pasir di lokasi galian bisa dibatasi. Truk dari luar Karangasem cukup ambil di depo,” tambahnya.
Subrata mengatakan, selama mengoperasikan depo di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, sejak dua minggu pertama tidak ada kendala. “Kami telah mendirikan depo di Desa Tembok, sopir-sopir truk di Buleleng cukup ambil di depo, tidak perlu datang ke lokasi galian di Kecamatan Kubu,” terangnya. Secara teknis di lapangan tidak ada kendala, walau diakui ada segelintir riak-riak kurang puas. Secara umum pelayanan bisa diterima. Cara itu untuk menekan kebocoran pajak galian C, apalagi pajak di tahun 2017 ditarget Rp 78,226 miliar. Jelang tutup tahun terealisasi kurang dari 50 persen akibat Gunung Agung status siaga. *k16
Asosiasi merencanakan membangun tujuh depo, masing-masing di Desa Tembok, Desa Antiga Kelod, Desa Selat, Desa Sidemen, Desa Rendang, Desa Nongan, dan Desa Muncan. Khusus pelayanan di Kecamatan Kubu yang telah berjalan dengan membangun depo di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Buleleng, sopir-sopir truk mengambil material di lokasi dengan harga Rp 600.000 per truk. Setiba di depo pasir dibayar Rp 1.250.000 per truk. “Hanya mengangkut sejauh 20 kilometer, sudah dapat untung besar,” kata Subrata.
Subrata menjelaskan, membangun depo untuk meminimalkan kekroditan di jalan raya akibat truk pengangkut pasir yang lalulalang. Di samping itu, Gunung Agung masih status siaga, sewaktu-waktu warga balik mengungsi. Jika banyak truk pengangkut pasir di jalan berdampak pada evakuasi pengungsi terganggu. “Makanya kami rencananya membangun tujuh depo. Sehingga yang ambil pasir di lokasi galian bisa dibatasi. Truk dari luar Karangasem cukup ambil di depo,” tambahnya.
Subrata mengatakan, selama mengoperasikan depo di Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, sejak dua minggu pertama tidak ada kendala. “Kami telah mendirikan depo di Desa Tembok, sopir-sopir truk di Buleleng cukup ambil di depo, tidak perlu datang ke lokasi galian di Kecamatan Kubu,” terangnya. Secara teknis di lapangan tidak ada kendala, walau diakui ada segelintir riak-riak kurang puas. Secara umum pelayanan bisa diterima. Cara itu untuk menekan kebocoran pajak galian C, apalagi pajak di tahun 2017 ditarget Rp 78,226 miliar. Jelang tutup tahun terealisasi kurang dari 50 persen akibat Gunung Agung status siaga. *k16
Komentar