Kertha Gosa Dilengkapi Mesin Penterjemah Lima Bahasa
Objek Wisata Kertha Gosa, Kota Semarapura, Klungkung, kini dipasangi sebuah mesin layar sentuh (touch screen) untuk menjelaskan keberadaan, terutama lukisan di objek itu.
SEMARAPURA, NusaBali
Mesin itu untuk memudahkan wisatawan mendapatkan informasi karena sudah disajikan dalam lima bahasa. Yakni, bahasa Indonesia, Inggris, Francis, Cina, dan Jepang. Pantauan NusaBali, Rabu (8/11) siang, sekitar pukul 12.30 Wita, sebuah mesin peterjemah lima bahasa itu dipasang di sisi selatan Bale Kambang, Kertha Gosa. Para wisatawan pun nampak tertarik memanfaatkan mesin tersebut, bahkan mereka bisa berdiri hingga 15 menit lebih untuk mendengarkan kisah dari lukisan itu.
Setelah mendapat penjelasan itu, para wisatawan melihat secara langsung aneka jenis lukisan di Kertha Gosa yang terpajang rapi di langit-langit. Untuk mempertajam penjelasan dari lukisan klasik gaya Kamasan itu, dipandu pula oleh empat guide lokal yang disiapkan Pemkab Klungkung. “Wisatawan juga terbantu dengan keberadaan mesin itu. Kendati demikian peranan guide juga tetap diperlukan saat wisatawan melihat secara langsung lukisan itu,” ujar seorang guide lokal asal Banjar Sangging, Desa Kamasan, Klungkung, I Nyoman Arcana.
Selama menjadi pemandu, dirinya tidak menemukan permasalahan yang berarti. Hanya saja beberapa guide dari luar sempat memberikan masukan secara langsung mengenai pembayaran tiket. Karena lokasi tiket kini digeser ke Monumen Puputan Klungkung. Sehingga lokasi pembanyaran tiket dan Kertha Gosa harus menyeberang jalan.
Pihaknya menjelaskan hal itu karena merupakan bagian dari program city tour (kota wisata). Wisatawan cukup membeli satu tiket untuk berkunjung ke objek-objek dari city tour tersebut. Di antaranya, Monumen Puputan Klungkung, Kertha Gosa, Puri Agung Klungkung, Pasar Semarapura dan lainnya. Kata dia, dengan upaya ini kunjungan wisatawan jadi merata ke objek-objek tersebut. “Kalau sebelumnya wisatawan hanya terfokus di Kertha Gosa saja. Sekarang sudah mulai berkunjung ke Monumen Puputan Klungkung untuk melihat-lihat kisah perjuangan di dalamnya,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Klungkung I Nengah Sukasta mengatakan, mesin berteknologi layar sentuh tersebut merupakan pengadaan dari APBD pada pertengahan Oktober 2017. Mesin itu akan ditambah lagi empat unit untuk dipasang pada masing-masing objek dari city tour. Jadi setiap lokasi akan memberi penjelasan yang berbeda-beda sesuai dengan objek tersebut. “Sisanya akan ditambah pada November ini, satu unitnya Rp 16 juta,” ujar Sukasta.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menambahkan, dengan diberlakukan satu tiket mesin ini diharapkan semua objek kian merata dikunjungi wisatawan. Sehingga semua bisa dinikmati, termasuk objek Desa Wisata Kamasan. Pihaknya juga meminta agar promosi dari city tour ini dan objek wisata/desa wisata lainnya juga turut dilakukan lewat media sosial (medsos). “Tinggal foto dari objek itu, kemudian bisa di upload,” ujarnya. Di samping itu pemerintah juga terus melakukan upaya promosi.*wa
Mesin itu untuk memudahkan wisatawan mendapatkan informasi karena sudah disajikan dalam lima bahasa. Yakni, bahasa Indonesia, Inggris, Francis, Cina, dan Jepang. Pantauan NusaBali, Rabu (8/11) siang, sekitar pukul 12.30 Wita, sebuah mesin peterjemah lima bahasa itu dipasang di sisi selatan Bale Kambang, Kertha Gosa. Para wisatawan pun nampak tertarik memanfaatkan mesin tersebut, bahkan mereka bisa berdiri hingga 15 menit lebih untuk mendengarkan kisah dari lukisan itu.
Setelah mendapat penjelasan itu, para wisatawan melihat secara langsung aneka jenis lukisan di Kertha Gosa yang terpajang rapi di langit-langit. Untuk mempertajam penjelasan dari lukisan klasik gaya Kamasan itu, dipandu pula oleh empat guide lokal yang disiapkan Pemkab Klungkung. “Wisatawan juga terbantu dengan keberadaan mesin itu. Kendati demikian peranan guide juga tetap diperlukan saat wisatawan melihat secara langsung lukisan itu,” ujar seorang guide lokal asal Banjar Sangging, Desa Kamasan, Klungkung, I Nyoman Arcana.
Selama menjadi pemandu, dirinya tidak menemukan permasalahan yang berarti. Hanya saja beberapa guide dari luar sempat memberikan masukan secara langsung mengenai pembayaran tiket. Karena lokasi tiket kini digeser ke Monumen Puputan Klungkung. Sehingga lokasi pembanyaran tiket dan Kertha Gosa harus menyeberang jalan.
Pihaknya menjelaskan hal itu karena merupakan bagian dari program city tour (kota wisata). Wisatawan cukup membeli satu tiket untuk berkunjung ke objek-objek dari city tour tersebut. Di antaranya, Monumen Puputan Klungkung, Kertha Gosa, Puri Agung Klungkung, Pasar Semarapura dan lainnya. Kata dia, dengan upaya ini kunjungan wisatawan jadi merata ke objek-objek tersebut. “Kalau sebelumnya wisatawan hanya terfokus di Kertha Gosa saja. Sekarang sudah mulai berkunjung ke Monumen Puputan Klungkung untuk melihat-lihat kisah perjuangan di dalamnya,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Klungkung I Nengah Sukasta mengatakan, mesin berteknologi layar sentuh tersebut merupakan pengadaan dari APBD pada pertengahan Oktober 2017. Mesin itu akan ditambah lagi empat unit untuk dipasang pada masing-masing objek dari city tour. Jadi setiap lokasi akan memberi penjelasan yang berbeda-beda sesuai dengan objek tersebut. “Sisanya akan ditambah pada November ini, satu unitnya Rp 16 juta,” ujar Sukasta.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menambahkan, dengan diberlakukan satu tiket mesin ini diharapkan semua objek kian merata dikunjungi wisatawan. Sehingga semua bisa dinikmati, termasuk objek Desa Wisata Kamasan. Pihaknya juga meminta agar promosi dari city tour ini dan objek wisata/desa wisata lainnya juga turut dilakukan lewat media sosial (medsos). “Tinggal foto dari objek itu, kemudian bisa di upload,” ujarnya. Di samping itu pemerintah juga terus melakukan upaya promosi.*wa
1
Komentar