Industri Kriya dan Fesyen RI Naik Peringkat
Berdasarkan hasil Global Competitiveness Report tahun 2017-2018 dari World Economic Forum, Indonesia terus mengalami peningkatan peringkat dalam daya saing produk kriya dan fesyen, yang semula 41 menjadi peringkat 36 dari 138 negara.
GIANYAR,NusaBali
“Perlu peran generasi muda dalam berinovasi, penguasaan teknologi terkini, pengetahuan tentang isu global terkini terkait teknologi proses industri yang lebih efektif, efisien, dan eco friendly product agar semakin meningkatkan kontribusi industri kriya dan fesyen,” ungkap Direktur Jenderal IKM Gati Wibawaningsih dalam acara Penganugerahan Pemenang Indonesian Fashion and Craft Award (IFCA) 2017 di Bali, (10/11).
Selama ini, pertumbuhan industri kriya dan fesyen sebagai subsektor industri kreatif memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2016 nilai ekspor kriya mencapai 243 juta USD (Rp 3,2 triliun), sementara nilai ekspor fesyen sebesar 11,7 miliar USD (Rp. 154 triliun).
Untuk memperkuat kontribusi industri kriya dan fesyen, pemerintah terus mendorong terciptanya wirausaha baru dan juga meningkatkan nilai tambah produk lokal agar mampu menembus pasar mancanegara.
Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian mendukung program pengembangan industri kreatif melalui Bali Creative Industri Center (BCIC). Di bawah naungan Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM), BCIC sejak tahun 2015 berkembang menjadi tempat berkumpulnya wirausaha dan inkubator kreatif di bidang fesyen, kriya dan animasi.
BCIC sendiri punya program event Indonesian Fashion and Craft Award (IFCA), ajang pencarian bakat di bidang kriya dan fesyen serta sebagai aktualisasi karya. IFCA diharapkan dapat menjadi pendorong daya saing dan apresiasi untuk talenta muda Indonesia. IFCA merupakan kegiatan rutin tahunan BCIC yang melibatkan banyak insan muda kreatif kriya dan fesyen Indonesia.
“Kegiatan (IFCA) ini bukan hanya perwujudan apresiasi kreativitas dan inovasi desain tetapi juga menjadi upaya untuk meningkatkan iklim kompetitif yang memicu perkembangan lahirnya inovasi produk baru yang unggul di bidang kriya dan fesyen dari desainer muda Indonesia. Produk unggul karya peserta diwujudkan melalui bantuan fasilitasi Ditjen IKM pada pembuatan purwarupa-nya,” tutur Gati.
Tahun ini, program IFCA dari BCIC mengangkat tema “National Treasure” yang bersumber dari inspirasi kekayaan seni budaya Nusantara masa lalu menjadi desain kontemporer Indonesia masa depan yang inovatif, kebaruan dan komersial.
Para nominator IFCA telah menjadi bagian komunitas kreatif seluruh Indonesia, melalui proses pengumpulan karya secara online terhitung sejak 1 Agustus hingga 10 Oktober 2017. Dari 635 karya yang masuk telah dipilih 6 karya sebagai nominator/finalis dan 19 karya yang layak diberi predikat honorable mentions.
Hasil penilaian juri memutuskan juara pertama IFCA adalah Alyssa Namira Bachtiar (produk fesyen Archaic Peafowl), juara kedua Amelinda Alyssa Anette (produk fesyen Senyawa) dan juara ketiga Rizky Mohamad Faesal (poduk kriya Tung Bluetooth Speaker). Ketiga pemenang ini dinilai berdasakan konsep, inovasi, kreativitas ide, teknik kebaruan, nilai estetika, nilai komersial dan prestasi. *k17
Selama ini, pertumbuhan industri kriya dan fesyen sebagai subsektor industri kreatif memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2016 nilai ekspor kriya mencapai 243 juta USD (Rp 3,2 triliun), sementara nilai ekspor fesyen sebesar 11,7 miliar USD (Rp. 154 triliun).
Untuk memperkuat kontribusi industri kriya dan fesyen, pemerintah terus mendorong terciptanya wirausaha baru dan juga meningkatkan nilai tambah produk lokal agar mampu menembus pasar mancanegara.
Dalam hal ini, Kementerian Perindustrian mendukung program pengembangan industri kreatif melalui Bali Creative Industri Center (BCIC). Di bawah naungan Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM), BCIC sejak tahun 2015 berkembang menjadi tempat berkumpulnya wirausaha dan inkubator kreatif di bidang fesyen, kriya dan animasi.
BCIC sendiri punya program event Indonesian Fashion and Craft Award (IFCA), ajang pencarian bakat di bidang kriya dan fesyen serta sebagai aktualisasi karya. IFCA diharapkan dapat menjadi pendorong daya saing dan apresiasi untuk talenta muda Indonesia. IFCA merupakan kegiatan rutin tahunan BCIC yang melibatkan banyak insan muda kreatif kriya dan fesyen Indonesia.
“Kegiatan (IFCA) ini bukan hanya perwujudan apresiasi kreativitas dan inovasi desain tetapi juga menjadi upaya untuk meningkatkan iklim kompetitif yang memicu perkembangan lahirnya inovasi produk baru yang unggul di bidang kriya dan fesyen dari desainer muda Indonesia. Produk unggul karya peserta diwujudkan melalui bantuan fasilitasi Ditjen IKM pada pembuatan purwarupa-nya,” tutur Gati.
Tahun ini, program IFCA dari BCIC mengangkat tema “National Treasure” yang bersumber dari inspirasi kekayaan seni budaya Nusantara masa lalu menjadi desain kontemporer Indonesia masa depan yang inovatif, kebaruan dan komersial.
Para nominator IFCA telah menjadi bagian komunitas kreatif seluruh Indonesia, melalui proses pengumpulan karya secara online terhitung sejak 1 Agustus hingga 10 Oktober 2017. Dari 635 karya yang masuk telah dipilih 6 karya sebagai nominator/finalis dan 19 karya yang layak diberi predikat honorable mentions.
Hasil penilaian juri memutuskan juara pertama IFCA adalah Alyssa Namira Bachtiar (produk fesyen Archaic Peafowl), juara kedua Amelinda Alyssa Anette (produk fesyen Senyawa) dan juara ketiga Rizky Mohamad Faesal (poduk kriya Tung Bluetooth Speaker). Ketiga pemenang ini dinilai berdasakan konsep, inovasi, kreativitas ide, teknik kebaruan, nilai estetika, nilai komersial dan prestasi. *k17
1
Komentar