Bertahan Hidup karena Satu Lubang Hidung Luput dari Lakban
Kemarin gelar upacara ngulapin bersama keluarga di lokasi TKP perampokan ATM disertai aksi penyekapan, korban Ketut Widi Widiantara pilih cuti kerja buat sementara karena masih dalam pemulihan
I Ketut Widi Widiantara, Satpam yang Disekap Saat Perampokan ATM di Surfer's Paradise Kedonganan
DENPASAR, NusaBali
Aksi perampokan ATM My Bank di areaal Surfer Paradise, Jalan Bypass Ngurah Rai Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, Jumat (17/11) dinihari, menyisakan cerita pilu bagi I Ketut Widi Widiantara, 36. Pasalnya, petugas security yang kebagian jaga malam sendirian di lokasi saat kejadian ini, jadi korban penganiayaan dan penyekapan oleh dua pelaku. Satpam Ketut Widi Widiantara berhasil bertahan hudup, karena salah satu lubah hidungnya luput dari lakban.
Saat aksi perampokan yang dilakukan dua pelaku di mana salah satunya diduga warga negara asing (WNA), Jumat dinihari sekitar pukul 03.30 Wita, korban Ketut Widi Widiantara sempat dihantam pelaku menggunakan besi. Walhasil, korban langsung tersungkur dengan luka di kepala belakang. Setelah jatuh pingsan, Satpan berusia 36 tahun ini kemudian disekap pelaku di bilik ATM dalam kondisi tangan dan kaki terikat tali, serta mulut dan sebagian hudung dilakban.
Korban baru ditemukan tergeletak sekarat oleh pecalang yang ronda, Jumat dinihari pukul 04.30 Wita atau berselang 1 jam pasca kejadian. Beruntung, nyawa korban terselamatan, karena Satpam asal Banjar Kanginan, Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng ini masih bisa bernapas dengan salah satu lubah hidungnya yang luput dari lakban.
Pasca aksi perampokan yang nyaris merenggut nyawanya, korban Widi Widiantara bersama keluarganya melakukan upacara ngulapin di lokasi kejadian, bilik ATM di Surfer’s Paradise Kedonganan pada Saniscara Paing Langkir, Sabtu (18/11) petang pukul 18.30 Wita. Kepada NusaBali, korban Widi Widiantara mengaku sangat bersyukur karena bisa selamat dari aksi bringas dua rampok bersenjata linggis, yang kala itu menggondul uang tunai Rp 500 juta dari mesin ATM.
Menurut Widi Widiantara, berdasarkan pemeriksaan medis di RS Kasih Ibu Kedonganan, dirinya mengalami luka di kepala, luka memar di beberapa bagian tubuh, dan retak tulang belakang. Saat ini, dia diizinkan menjalani rawat jalan di RS Kasih Ibu Kedonganan.
Korban Widi Widiantara mengisahkan, saat kejadian, kepala belakangnya dihantam pelaku menggunakan besi. Kemudian, tubuhnyadiseret sejauh 3 meter ke samping bilik ATM. Habis itu, mulut dan hudungnya dilakban, sementara tangan dan kakinya diikat. "Saya bersyukur masih bisa hidup. Kedua pelaku seeprtinya ingin menghabisi nyawa saya. Buktinya, saya dihantam di kepala belakang,” jelas ayah satu anak dari pernikahannya dengan Olivia ini.
Menurut Widi Widiantara, kejadiannya begitu cepat. Awalnya, pelaku berpura-pura ada masalah di mana kartu ATM-nya terterlan dalam mesin. Pelaku WNA kemudian berkali-kali memanggil korban yang duduk di pos jaga untuk membantunya.
Namun, Widi Widiantara yang sudah 7 tahun bekerja sebagai Satpam di Surfer’s Paradise mulai curiga dengan tingkah laku pelaku. Dia pun menyarankan pelaku untuk menghubungi nomor kontak yang tercantum di mesin ATM. Anehnya, setelah dijelaskan berkali-kali, pelaku WNA tersebut ngotot memanggil korban agar mengurus kartu ATM-nya yang tertelan di mesin.
"Dengan berat hati saya akhirnya menghampiri pelaku WNA yang berada di depan pintu ATM. Sedangkan pelaku lainnya yang warga lokal terlihat berada depan bilik ATM sebelahnya yang kosong. Saat saya jalan menghampiranya, si WNA langsung memukul kepala belakang saya dengan besi. Habis itu, temannya melayangkan bogem mentah ke wajah saya,” kenang Widi Widiantara.
Setelah itu, korban Widi Widiantara tidak ingat apa-apa lagi, karena dalam kondisi pingsan. Ketika sadarkan diri, korban baru tahu tubunnya sudah terserat sejauh 3 meter dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mulut dilakban. “Saya mendengar sayup-sayup saat warga dan pecalang datang ke lokasi untuk mengevakuasi saya yang baru siuman,” tuturnya.
Meenurut Widi Widiantara, pecalang dan petugas kepolisian yang terjun ke lokasi TKP membantu singkirkan kayu dan sampah yang dipakai pelaku menutupi tubuhnya. Koordinator security Surfer’s Paradise, I Ketut Kartika, 47, juga terjun ke lokasi TKP
"Seingatku, saya dibawa ke RS Kasih Ibu menggunakan mobil pecalang. Tapi, badan saya sakit semua, kepala belakang terluka. Saat itu, saya sudah sadar penuh, tapi tidak bisa bergerak," katanya. Widi Widiantara sendiri mengaku masih trauma dengan kejadian terebut. Meski demikian, dia tidak akan berhenti kerja sebagai petugas security di lokasi kejadian. “Ini musibah dalam tugas namanya. Saya akan tetap bekerja. Tapi, untuk sementara saya cuti dulu karena masih dalam pemulihan,” jelas Widi Widiantara.
Sementara itu, koordinator security Surfer’s Paradise, I Ketut Kartika, mengatakan ini aksi perampokan pertama kalinya di tempatnya bekerjai. Sebagai koordinator security, Ketut Kartina saat itu langsung terjun berselang 15 menit setelah menerima laporan terjadi perampokan disertasi penganiayaan Satpam. “Saya dan rekan-rekan pecalang membawa Widi Widiartana ke rumah sakit,” beber Kartika, Sabtu kemarin.
Dikonfirmasi NusaBali di lokasi TKP, Sabtu kemarin, Supervisor Surfer’s Paradise, Asti Ananta, 40, mengatakan peristiwa yang menimpa Satpam Widi Widiantara merupakan musibah kerja. Hal ini harus mendapatkan atensi dari pihak perusahaan. Karenanya, pihak perusahaan menanggung sepenuhnya biaya perawatan korban di rumah sakit. Selain itu, perusahaan juga memberikan uang intensif kepada korban Widi Widiantara.
Menurut Asti Ananta, selama ini Surfer’s Paradise dijaga 4 petugas security yang dibagi dalam 4 shift. Termasuk shift malam. Untuk mengantisipasi jangan sampai terulang insiden serupa, ke depan pihaknya akan memberlakukan aturan 2 petugas jaga di malam hari. "Karena situasi seperti ini, ke depannya kita tingkatkan lagi pe-ngamanannya, terutama utuk malam hari,” jelas Asti Ananta.
Di sisi lain, petugas kepolisian masih melakukan penyelidikan kasus perampokan ATM disertai penganiayaan Satpam di Surfer’s Paradise ini. Petugas gabungan dari Polsek Kuta, Polresta Denpasar, dan Polda Bali telah menyisir sejumlah lokasi untuk mencari bukti baru. Selain itu, 10 saksi sudah dimintai keterangannya di Mapolsek Kuta. “Hanya saja, kami belum berhasil mengungkap identitas para pelaku,” ujar seorang polisi, Sabtu kemarin. *dar
DENPASAR, NusaBali
Aksi perampokan ATM My Bank di areaal Surfer Paradise, Jalan Bypass Ngurah Rai Kedonganan, Kecamatan Kuta, Badung, Jumat (17/11) dinihari, menyisakan cerita pilu bagi I Ketut Widi Widiantara, 36. Pasalnya, petugas security yang kebagian jaga malam sendirian di lokasi saat kejadian ini, jadi korban penganiayaan dan penyekapan oleh dua pelaku. Satpam Ketut Widi Widiantara berhasil bertahan hudup, karena salah satu lubah hidungnya luput dari lakban.
Saat aksi perampokan yang dilakukan dua pelaku di mana salah satunya diduga warga negara asing (WNA), Jumat dinihari sekitar pukul 03.30 Wita, korban Ketut Widi Widiantara sempat dihantam pelaku menggunakan besi. Walhasil, korban langsung tersungkur dengan luka di kepala belakang. Setelah jatuh pingsan, Satpan berusia 36 tahun ini kemudian disekap pelaku di bilik ATM dalam kondisi tangan dan kaki terikat tali, serta mulut dan sebagian hudung dilakban.
Korban baru ditemukan tergeletak sekarat oleh pecalang yang ronda, Jumat dinihari pukul 04.30 Wita atau berselang 1 jam pasca kejadian. Beruntung, nyawa korban terselamatan, karena Satpam asal Banjar Kanginan, Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng ini masih bisa bernapas dengan salah satu lubah hidungnya yang luput dari lakban.
Pasca aksi perampokan yang nyaris merenggut nyawanya, korban Widi Widiantara bersama keluarganya melakukan upacara ngulapin di lokasi kejadian, bilik ATM di Surfer’s Paradise Kedonganan pada Saniscara Paing Langkir, Sabtu (18/11) petang pukul 18.30 Wita. Kepada NusaBali, korban Widi Widiantara mengaku sangat bersyukur karena bisa selamat dari aksi bringas dua rampok bersenjata linggis, yang kala itu menggondul uang tunai Rp 500 juta dari mesin ATM.
Menurut Widi Widiantara, berdasarkan pemeriksaan medis di RS Kasih Ibu Kedonganan, dirinya mengalami luka di kepala, luka memar di beberapa bagian tubuh, dan retak tulang belakang. Saat ini, dia diizinkan menjalani rawat jalan di RS Kasih Ibu Kedonganan.
Korban Widi Widiantara mengisahkan, saat kejadian, kepala belakangnya dihantam pelaku menggunakan besi. Kemudian, tubuhnyadiseret sejauh 3 meter ke samping bilik ATM. Habis itu, mulut dan hudungnya dilakban, sementara tangan dan kakinya diikat. "Saya bersyukur masih bisa hidup. Kedua pelaku seeprtinya ingin menghabisi nyawa saya. Buktinya, saya dihantam di kepala belakang,” jelas ayah satu anak dari pernikahannya dengan Olivia ini.
Menurut Widi Widiantara, kejadiannya begitu cepat. Awalnya, pelaku berpura-pura ada masalah di mana kartu ATM-nya terterlan dalam mesin. Pelaku WNA kemudian berkali-kali memanggil korban yang duduk di pos jaga untuk membantunya.
Namun, Widi Widiantara yang sudah 7 tahun bekerja sebagai Satpam di Surfer’s Paradise mulai curiga dengan tingkah laku pelaku. Dia pun menyarankan pelaku untuk menghubungi nomor kontak yang tercantum di mesin ATM. Anehnya, setelah dijelaskan berkali-kali, pelaku WNA tersebut ngotot memanggil korban agar mengurus kartu ATM-nya yang tertelan di mesin.
"Dengan berat hati saya akhirnya menghampiri pelaku WNA yang berada di depan pintu ATM. Sedangkan pelaku lainnya yang warga lokal terlihat berada depan bilik ATM sebelahnya yang kosong. Saat saya jalan menghampiranya, si WNA langsung memukul kepala belakang saya dengan besi. Habis itu, temannya melayangkan bogem mentah ke wajah saya,” kenang Widi Widiantara.
Setelah itu, korban Widi Widiantara tidak ingat apa-apa lagi, karena dalam kondisi pingsan. Ketika sadarkan diri, korban baru tahu tubunnya sudah terserat sejauh 3 meter dalam kondisi tangan dan kaki terikat, serta mulut dilakban. “Saya mendengar sayup-sayup saat warga dan pecalang datang ke lokasi untuk mengevakuasi saya yang baru siuman,” tuturnya.
Meenurut Widi Widiantara, pecalang dan petugas kepolisian yang terjun ke lokasi TKP membantu singkirkan kayu dan sampah yang dipakai pelaku menutupi tubuhnya. Koordinator security Surfer’s Paradise, I Ketut Kartika, 47, juga terjun ke lokasi TKP
"Seingatku, saya dibawa ke RS Kasih Ibu menggunakan mobil pecalang. Tapi, badan saya sakit semua, kepala belakang terluka. Saat itu, saya sudah sadar penuh, tapi tidak bisa bergerak," katanya. Widi Widiantara sendiri mengaku masih trauma dengan kejadian terebut. Meski demikian, dia tidak akan berhenti kerja sebagai petugas security di lokasi kejadian. “Ini musibah dalam tugas namanya. Saya akan tetap bekerja. Tapi, untuk sementara saya cuti dulu karena masih dalam pemulihan,” jelas Widi Widiantara.
Sementara itu, koordinator security Surfer’s Paradise, I Ketut Kartika, mengatakan ini aksi perampokan pertama kalinya di tempatnya bekerjai. Sebagai koordinator security, Ketut Kartina saat itu langsung terjun berselang 15 menit setelah menerima laporan terjadi perampokan disertasi penganiayaan Satpam. “Saya dan rekan-rekan pecalang membawa Widi Widiartana ke rumah sakit,” beber Kartika, Sabtu kemarin.
Dikonfirmasi NusaBali di lokasi TKP, Sabtu kemarin, Supervisor Surfer’s Paradise, Asti Ananta, 40, mengatakan peristiwa yang menimpa Satpam Widi Widiantara merupakan musibah kerja. Hal ini harus mendapatkan atensi dari pihak perusahaan. Karenanya, pihak perusahaan menanggung sepenuhnya biaya perawatan korban di rumah sakit. Selain itu, perusahaan juga memberikan uang intensif kepada korban Widi Widiantara.
Menurut Asti Ananta, selama ini Surfer’s Paradise dijaga 4 petugas security yang dibagi dalam 4 shift. Termasuk shift malam. Untuk mengantisipasi jangan sampai terulang insiden serupa, ke depan pihaknya akan memberlakukan aturan 2 petugas jaga di malam hari. "Karena situasi seperti ini, ke depannya kita tingkatkan lagi pe-ngamanannya, terutama utuk malam hari,” jelas Asti Ananta.
Di sisi lain, petugas kepolisian masih melakukan penyelidikan kasus perampokan ATM disertai penganiayaan Satpam di Surfer’s Paradise ini. Petugas gabungan dari Polsek Kuta, Polresta Denpasar, dan Polda Bali telah menyisir sejumlah lokasi untuk mencari bukti baru. Selain itu, 10 saksi sudah dimintai keterangannya di Mapolsek Kuta. “Hanya saja, kami belum berhasil mengungkap identitas para pelaku,” ujar seorang polisi, Sabtu kemarin. *dar
Komentar