Digelar Upacara Guru Piduka di Pura Penataran Besakih
Ritual guru piduka dilaksanakan di Pura Penataran Agung Besakih, tepatnya di mandala keempat linggih Ida Bhatara Sunaring Jagat pada Saniscara Paing Langkir, Sabtu (18/11).
Memohon Agar Gunung Agung Tak Meletus
AMLAPURA, NusaBali
Tujuannya dalam upaya meredam ancaman erupsi Gunung Agung yang sempat berstatus Awas sejak, Jumat (22/9) lalu kemudian diturunkan jadi Siaga pada, Minggu (29/10) hingga saat ini. Sebanyak delapan sulinggih katuran mapuja, pamuspaan pun berlangsung khusyuk, walau selama prosesi upacara diguyur hujan.
Jalannya upacara dikoordinasikan Jro Mangku Darma, Pamangku di Pura Penataran Agung Besakih bersama pangayah Made Karmiasa. Prosesi upacara dimulai pada pukul 11.30 Wita diawali membersihkan seluruh areal upacara dengan memercikkan tirta di dilakukan segenap pamangku disusul sebanyak 9 kali ngayab banten pacaruan, agar sebanyak 9 penjuru mata angin bersih dari pengaruh bhuta kala. Di samping itu agar unsur bhuta kala benar-benar somya (netral). Setelah itu barulah menggelar upacara untuk Dewa Yadnya, dan diakhiri muspa sebanyak 11 kali.
Delapan sulinggih katuran mapuja, yakni Ida Pandita Mpu Nabe Daksa Putra Yoga dari Griya Agung Wana (Banjar Tenten, Kelurahan Pemecutan Kelod, Denpasar Barat), Sri Mpu Darma Dasi dari Griya Taman Sari (Banjar/Desa Taman Bali, Kecamatan Bangli), Ida Sri Begawan Putra Nata Nawa Wangsa Pemayun dari Griya Kedatuan Kawista (Banjar Munduk Ngandang, Desa Blatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan), Ida Jro Dukuh Udhalaka Dharma dari Griya Marga Sunia (Banjar Tektek, Desa Peguyangan, Denpasar Utara), Ida Pedanda Gede Wayan Datah dari Griya Pekarangan (Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem), Ida Pedanda Putra Lor Singarsa dari Gria Simpangan Buduk (Desa/Kecamatan Mengwi, Badung), Ida Bujangga Rsi Waisnawa Agni Hare Wijaya Dewa dari Gria Bujangga Waisnawa Basundari Batur Anyar (Jalan Belege, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar), Ida Bujangga Rsi Waisnawa Agni Istri hare Trinetra Dharii dari Gria Bujangga Waisnawa Basundari Batur Anyar (Jalan Belege, kecamatan Blahbatuh, Gianyar).
Jro Mangku Darma mengatakan, upacara guru piduka atau permohonan maaf atas perbuatan umat sedharma selama ini, baik disengaja maupun tidak disengaja, agar Ida Bhatara menganugerahi karahayuan dan keselamatan. Sehingga, ancaman erupsi Gunung Agung yang telah ribuan kali menimbulkan gempa, bisa dicegah.
Apalagi Sang Maha Pemurah katanya selama ini telah melimpahkan rahmatnya, kali ini dikembalikan dalam bentuk yadnya disertai permohonan maaf. "Makanya ritual ini dinamai guru piduka," jelas Mangku Darma.
Hal senada diungkapkan Jro Mangku Suyasa pamangku di Pura Mrajan Kanginan. Guru piduka merupakan ritual untuk menetralisir segala kekeliruan yang diperbuat umat sedharma. "Kita sebagai umat mesti sadar, perbuatan selama ini bisa saja ada unsur salahnya walau dilakukan secara tidak sengaja. Makanya dinetralisir dengan ritual guru piduka," katanya. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Tujuannya dalam upaya meredam ancaman erupsi Gunung Agung yang sempat berstatus Awas sejak, Jumat (22/9) lalu kemudian diturunkan jadi Siaga pada, Minggu (29/10) hingga saat ini. Sebanyak delapan sulinggih katuran mapuja, pamuspaan pun berlangsung khusyuk, walau selama prosesi upacara diguyur hujan.
Jalannya upacara dikoordinasikan Jro Mangku Darma, Pamangku di Pura Penataran Agung Besakih bersama pangayah Made Karmiasa. Prosesi upacara dimulai pada pukul 11.30 Wita diawali membersihkan seluruh areal upacara dengan memercikkan tirta di dilakukan segenap pamangku disusul sebanyak 9 kali ngayab banten pacaruan, agar sebanyak 9 penjuru mata angin bersih dari pengaruh bhuta kala. Di samping itu agar unsur bhuta kala benar-benar somya (netral). Setelah itu barulah menggelar upacara untuk Dewa Yadnya, dan diakhiri muspa sebanyak 11 kali.
Delapan sulinggih katuran mapuja, yakni Ida Pandita Mpu Nabe Daksa Putra Yoga dari Griya Agung Wana (Banjar Tenten, Kelurahan Pemecutan Kelod, Denpasar Barat), Sri Mpu Darma Dasi dari Griya Taman Sari (Banjar/Desa Taman Bali, Kecamatan Bangli), Ida Sri Begawan Putra Nata Nawa Wangsa Pemayun dari Griya Kedatuan Kawista (Banjar Munduk Ngandang, Desa Blatungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan), Ida Jro Dukuh Udhalaka Dharma dari Griya Marga Sunia (Banjar Tektek, Desa Peguyangan, Denpasar Utara), Ida Pedanda Gede Wayan Datah dari Griya Pekarangan (Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem), Ida Pedanda Putra Lor Singarsa dari Gria Simpangan Buduk (Desa/Kecamatan Mengwi, Badung), Ida Bujangga Rsi Waisnawa Agni Hare Wijaya Dewa dari Gria Bujangga Waisnawa Basundari Batur Anyar (Jalan Belege, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar), Ida Bujangga Rsi Waisnawa Agni Istri hare Trinetra Dharii dari Gria Bujangga Waisnawa Basundari Batur Anyar (Jalan Belege, kecamatan Blahbatuh, Gianyar).
Jro Mangku Darma mengatakan, upacara guru piduka atau permohonan maaf atas perbuatan umat sedharma selama ini, baik disengaja maupun tidak disengaja, agar Ida Bhatara menganugerahi karahayuan dan keselamatan. Sehingga, ancaman erupsi Gunung Agung yang telah ribuan kali menimbulkan gempa, bisa dicegah.
Apalagi Sang Maha Pemurah katanya selama ini telah melimpahkan rahmatnya, kali ini dikembalikan dalam bentuk yadnya disertai permohonan maaf. "Makanya ritual ini dinamai guru piduka," jelas Mangku Darma.
Hal senada diungkapkan Jro Mangku Suyasa pamangku di Pura Mrajan Kanginan. Guru piduka merupakan ritual untuk menetralisir segala kekeliruan yang diperbuat umat sedharma. "Kita sebagai umat mesti sadar, perbuatan selama ini bisa saja ada unsur salahnya walau dilakukan secara tidak sengaja. Makanya dinetralisir dengan ritual guru piduka," katanya. *k16
Komentar