Peringati Gugurnya Kapten Mudita Puluhan Seniman Melukis Bersama
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi generasi muda atas jasa para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan terutama pejuang asli Bangli, Kapten Anom Mudita
BANGLI, NusaBali
Komunitas Bakti Untuk Negeri melaksanakan kegiatan melukis bersama dan hunting foto untuk memperingati Hari Pahlawan serta gugurnya Kapten Anak Agung Gde Anom Mudita di makam pahlawan Penglipuran, Kelurahan Kubu, Bangli, Minggu (19/11). Kegiatan ini juga rangkaian dari peluncuran buku biografi Anom Mudita yang bertajuk Merdeka Seratus Persen.
Kegiatan yang diikuti puluhan seniman diawali dengan menuangkan imajinasinya penuh warna dalam satu kanvas berukuran 2 x 5 meter, baru setelahnya para seniman melukis di kanvas masing-masing. Hasil lukisan para seniman akan dipamerkan dalam peluncuran buku biografi, Almarhum Kapten TNI Anak Agung Gde Anom Mudita yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 November 2017 mendatang.
Sekertaris panitia pelaksana Anak agung Gede Agung Andriyana menyampaikan untuk kegiatan melukis diikuti oleh beberapa pelukis dari Bangli dan hadir pula seniman dari luar Bangli "Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi generasi muda atas jasa para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan terutama pejuang asli Bangli, Kapten Anom Mudita dan ini tidak dilombakan," ungkapnya.
Anak Agung Anom Suarcana yang notaben masih satu garis keturunan dari Almarhum Kapten Anak Agung Gde Anom Mudita, menjelaskan untuk penyusunan buku biografi menghabiskan waktu hampir 7 bulan. Agung Suarcana mengumpulkan data dari sumber yang ada serta melibatkan para pelaku sejarah yang ikut berjuang bersama beliau.
"Dalam buku itu lebih menonjolkan semangat perjuangan almarhum, "Merdeka Seratus Persen". Merdeka Seratus Persen memili arti yang luas , dimana pada intinya bangsa ini harus sepenuhnya merdeka. Dikatakan telah merdeka ketika tidak ada lagi warganya yang terbelakang dalam berbagi bidang dan tidak terjadinya perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,“ jelasnya.
Disisi lain, salah seorang pelukis I Wayan Rana yang turut serta dalam kegiatan melukis bersama merasa terpanggil. Pihaknya menilai kegiatan ini memiliki makna ganda selain sebagai bentuk rasa hormat terhadap jasa- jasa almarhum. "Kami menganggap kegitan ini juga menjadi kegiatan reuni, yang mana kami bisa berkumpul bersama dengan teman- teman satu profesi," imbuh pria asal Dusun Buwungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. *e
Komunitas Bakti Untuk Negeri melaksanakan kegiatan melukis bersama dan hunting foto untuk memperingati Hari Pahlawan serta gugurnya Kapten Anak Agung Gde Anom Mudita di makam pahlawan Penglipuran, Kelurahan Kubu, Bangli, Minggu (19/11). Kegiatan ini juga rangkaian dari peluncuran buku biografi Anom Mudita yang bertajuk Merdeka Seratus Persen.
Kegiatan yang diikuti puluhan seniman diawali dengan menuangkan imajinasinya penuh warna dalam satu kanvas berukuran 2 x 5 meter, baru setelahnya para seniman melukis di kanvas masing-masing. Hasil lukisan para seniman akan dipamerkan dalam peluncuran buku biografi, Almarhum Kapten TNI Anak Agung Gde Anom Mudita yang akan dilaksanakan pada tanggal 23 November 2017 mendatang.
Sekertaris panitia pelaksana Anak agung Gede Agung Andriyana menyampaikan untuk kegiatan melukis diikuti oleh beberapa pelukis dari Bangli dan hadir pula seniman dari luar Bangli "Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk apresiasi generasi muda atas jasa para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan terutama pejuang asli Bangli, Kapten Anom Mudita dan ini tidak dilombakan," ungkapnya.
Anak Agung Anom Suarcana yang notaben masih satu garis keturunan dari Almarhum Kapten Anak Agung Gde Anom Mudita, menjelaskan untuk penyusunan buku biografi menghabiskan waktu hampir 7 bulan. Agung Suarcana mengumpulkan data dari sumber yang ada serta melibatkan para pelaku sejarah yang ikut berjuang bersama beliau.
"Dalam buku itu lebih menonjolkan semangat perjuangan almarhum, "Merdeka Seratus Persen". Merdeka Seratus Persen memili arti yang luas , dimana pada intinya bangsa ini harus sepenuhnya merdeka. Dikatakan telah merdeka ketika tidak ada lagi warganya yang terbelakang dalam berbagi bidang dan tidak terjadinya perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,“ jelasnya.
Disisi lain, salah seorang pelukis I Wayan Rana yang turut serta dalam kegiatan melukis bersama merasa terpanggil. Pihaknya menilai kegiatan ini memiliki makna ganda selain sebagai bentuk rasa hormat terhadap jasa- jasa almarhum. "Kami menganggap kegitan ini juga menjadi kegiatan reuni, yang mana kami bisa berkumpul bersama dengan teman- teman satu profesi," imbuh pria asal Dusun Buwungan, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli. *e
Komentar