Ratusan Hektare Lahan Pertanian Terancam
Ratusan hektare lahan pertanian di tiga subak yang ada di wilayah Kecamatan Seririt dan Gerokgak terancam tidak produktif lagi.
Pengembang Caplok Saluran Irigasi
SINGARAJA, NusaBali
Masalahnya saluran irigasi utama bagi ketiga subak itu ditutup oleh pengembang. Penutupan saluran irigasi utama itu diketahui saat Komisi II DPRD Buleleng sidak ke lokasi, Senin (20/11) siang.
Rombongan dipimpin Ketua Komisi, Putu Mangku Mertayasa bersama Kadis PUPR Buleleng Ketut Suparta Wijaya. Namun karena Tukad Saba menjadi kewenangan Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWS BP), Dinas PUPR tidak bisa berbuat banyak.
Lokasi irigasi utama berada di saluran sekunder Tukad Saba yang ada di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt. Saluran irigasi utama itu mengairi tiga subak, yakni Subak Tegallenga di Kecamatan Seririt, Subak Pangkung Kunyit dan Subak Banjar Buluh di Kecamatan Gerokgak.
Nah, oleh pengembang perumahan yang ada di Desa Banjarasem, saluran irigasi utama itu ditutup. Lokasi perumahan ini berjarak sekitar sekitar 2 meter dari saluran irigasi. Pengembang menutup saluran irigasi dengan plat beton, kemudian mengurugnya.
Panjang saluran irigasi yang ditutup beton mencapai 20 meter. Parahnya lagi, selain mengurug, di tengah-tengah saluran irigasi, pengembang membuat tiang beton cor berukuran 40x40 centimeter. Beton itu digunakan menopang plat beton. Kini di bagian atas plat beton telah diurug tanah. Di atas plat itu, pengembang disebut akan dibangun unit rumah.
Akibat penutupan itu, petani dari ketiga subak mulai resah. Mereka khawatir tidak dapat pasokan air seperti biasanya. Terlebih jika ada sampah yang tersangkut di tiang beton penyangga, pasokan air akan seret. Sedangkan petani sulit membersihkan sampah yang nyangkut, karena tidak berani masuk di bawah plat beton. “Kami sudah bersurat ke BWS. Tapi disuruh menunggu saja. katanya BWS akan turun, tapi tidak turun-turun. Kami mohon bapak-bapak yang punya wewenang agar turun, perhatikan nasib kami,” keluh Made Darmawan, krama Subak Pangkung Kunyit.
Hal senada juga disampaikan Made Sudi Semer, krama Subak Tegallenga. Sudi Semer mengaku sangat keberatan dengan keberadaan proyek tersebut. Selama ini petani tak pernah mengeluh dengan langkah pengembang melakukan penyenderan di dekat saluran irigasi. Namun belakangan pengembang justru menutup saluran irigasi.
Hanya saja, dirinya tak bisa berbuat banyak karena saluran irigasi itu ada di wilayah desa tetangga. “Ini yang terdampak ada tiga subak. Subak Tegallenga, Subak Pangkung Kunyit, dan Subak Banjar Buluh. Kalau memang BWS yang punya wewenang, tolong didatangkan,” katanya.
Kepala Dinas PUPR Buleleng, Ketut Suparta Wijaya mengatakan, pihaknya tidak punya kewenangan menegur apalagi membongkar penutupan saluran irigasi tersebut. Namun pihaknya siap memfasilitasi krama subak bertemu dengan BWS BP. “Karena ini kewenangannya BWS. Kalau menghadapi sedimen, kami bisa bantu pakai alat berat. Tapi karena masalahnya begini, tentu harus BWS yang turun tangan. Kami siap fasilitasi petani datang ke BWS,” tegas Suparta.
Sementara Ketua Komisi II DPRD Buleleng Putu Mangku Budiasa mengatakan, tindakan yang dilakukan pengembang sudah keterlaluan. Manuver pengembang menyebabkan ketiga subak itu gagal tanam pada musim tanam kali ini. Padahal anggota subak sudah bersiap-siap menanam, setelah mereka menghadapi masalah pendangkalan sejak dua tahun terakhir.
“Ini benar-benar persoalan serius. Pengembang ini juga keterlaluan. Kami akan undang para pihak, termasuk para aparat pemerintahan terbawah. Kenapa kok bisa diizinkan memasang plat beton dan tiang di saluran irigasi itu. Ini harus diselesaikan segera,” kata politisi PDIP asal Desa Selat, Kecamatan Sukasada ini. *k19
1
Komentar