Komik tentang Para Koruptor sambut Hari Anti Korupsi
Menuju Peringatan Hari Anti Korupsi, 9 Desember mendatang, sejumlah kegiatan unik dilakukan di Kota Denpasar.
DENPASAR, NusaBali
Salah satunya, Komunitas Djamur yang yang menggelar Pameran Mural Komik di kawasan Jalan Dukuh, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur, Selasa (21/11).
Ada delapan orang seniman yang terlibat dalam pameran itu, dengan menghasilkan tujuh karya pokok. Selain karya pokok tersebut, dipamerkan pula beberapa karya-karya lukisan komik mural yang berukuran lebih kecil.
Menurut salah seorang anggota Komunitas Djamur, Nyoman Merta Sedana, pelaksanaan pameran ini mulanya digagas oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menggandeng beberapa komunitas seni yang ada di Kota Denpasar.
Adapun tema pokok dari pelaksanaan kegiatan ini bertajuk 'Yang Merasa Benar VS Yang Tertuduh Bersalah'. Tema ini kemudian diterjemahkan dalam dua warna yakni warna Rwa Bhineda, hitam dan putih, dengan sentuhan nuansa tradisional. Mengapa?
“Dari tema itu (Yang Merasa Benar VS Yang Tertuduh Bersalah, red), kami terjemahkan ke dalam kebudayaan tradisional Bali, sehingga muncul istilah Rwa Bhineda,” ungkapnya pria yang akrab dipanggil Manggen saat ditemui saat sedang menyelesaikan karyanya.
Dalam tujuh karya yang dipamerkan tersebut, menggambarkan beberapa penokohan seperti babi, tikus, bahkan sedang hangat-hangatnya yaitu tiang listrik berikut Ketua DPR RI Setya Novanto, yang kini menjadi tersangka KPK terkait kasus korupsi e-KTP. Sindiran pun dilontarkan. Istilah kuroptor dipelesetkan menjadi Kerjaan Para Politikus Kotor.
Pemilihan tokoh ini, kata Manggen, karena dianggap bisa menggambarkan sifat koruptor tersebut. Seperti babi yang hanya ingin makan dan bermalas-malasan dan tikus dikenal sebagai hewan yang senang merusak dengan mencuri. Semetara gambar Setya Novanto, tegasnya, hanya parodi dan tidak ada pembunuhan karakter.
Melalui seni, menurut Manggen, sosialisasi gerakan anti korupsi itu diyakini lebih produktif. Hal ini lantaran masyarakat dapat secara langsung menikmati kesenian visual dan berbagai imbauan dari kata-kata yang dituliskan. "Kalau gambar saja kan sulit diterjemahkan maksudnya, kalau komik kan isi gambar isi tulisan, sehingga selain menikmati gambar, juga memahami maksud gambaran tersebut melalui kata-kata," jelasnya.
Selain menggelar pameran komuik mural, Komunitas Djamur sehari sebelumnya juga melaksanakan Workshop Komik dengan menyasar warga dan remaja sekitar. Sebelumnya, Komunitas Pojok juga menggelar mural di Kawasan Jalan Serma Made Pil, Denpasar. *ind
Salah satunya, Komunitas Djamur yang yang menggelar Pameran Mural Komik di kawasan Jalan Dukuh, Desa Kesiman Petilan, Denpasar Timur, Selasa (21/11).
Ada delapan orang seniman yang terlibat dalam pameran itu, dengan menghasilkan tujuh karya pokok. Selain karya pokok tersebut, dipamerkan pula beberapa karya-karya lukisan komik mural yang berukuran lebih kecil.
Menurut salah seorang anggota Komunitas Djamur, Nyoman Merta Sedana, pelaksanaan pameran ini mulanya digagas oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menggandeng beberapa komunitas seni yang ada di Kota Denpasar.
Adapun tema pokok dari pelaksanaan kegiatan ini bertajuk 'Yang Merasa Benar VS Yang Tertuduh Bersalah'. Tema ini kemudian diterjemahkan dalam dua warna yakni warna Rwa Bhineda, hitam dan putih, dengan sentuhan nuansa tradisional. Mengapa?
“Dari tema itu (Yang Merasa Benar VS Yang Tertuduh Bersalah, red), kami terjemahkan ke dalam kebudayaan tradisional Bali, sehingga muncul istilah Rwa Bhineda,” ungkapnya pria yang akrab dipanggil Manggen saat ditemui saat sedang menyelesaikan karyanya.
Dalam tujuh karya yang dipamerkan tersebut, menggambarkan beberapa penokohan seperti babi, tikus, bahkan sedang hangat-hangatnya yaitu tiang listrik berikut Ketua DPR RI Setya Novanto, yang kini menjadi tersangka KPK terkait kasus korupsi e-KTP. Sindiran pun dilontarkan. Istilah kuroptor dipelesetkan menjadi Kerjaan Para Politikus Kotor.
Pemilihan tokoh ini, kata Manggen, karena dianggap bisa menggambarkan sifat koruptor tersebut. Seperti babi yang hanya ingin makan dan bermalas-malasan dan tikus dikenal sebagai hewan yang senang merusak dengan mencuri. Semetara gambar Setya Novanto, tegasnya, hanya parodi dan tidak ada pembunuhan karakter.
Melalui seni, menurut Manggen, sosialisasi gerakan anti korupsi itu diyakini lebih produktif. Hal ini lantaran masyarakat dapat secara langsung menikmati kesenian visual dan berbagai imbauan dari kata-kata yang dituliskan. "Kalau gambar saja kan sulit diterjemahkan maksudnya, kalau komik kan isi gambar isi tulisan, sehingga selain menikmati gambar, juga memahami maksud gambaran tersebut melalui kata-kata," jelasnya.
Selain menggelar pameran komuik mural, Komunitas Djamur sehari sebelumnya juga melaksanakan Workshop Komik dengan menyasar warga dan remaja sekitar. Sebelumnya, Komunitas Pojok juga menggelar mural di Kawasan Jalan Serma Made Pil, Denpasar. *ind
Komentar