Pasca Erupsi, Gunung Agung Diguncang Tremor Menerus 7 Jam
Inilah kondisi terkini Gunung Agung, Rabu (22/11), sehari pasca terjadinya erupsi.
Penerbangan di Bandara Ngurah Rai Masih Normal
AMLAPURA, NusaBali
Seharian kemarin, dua kali terjadi tremor terus menerus selama 7 jam, yakni pukul 09.11 Wita hingga 12.00 Wita dan pukul 14.00 Wita hingga 18.00 Wita. Ini sebagai pertanda magma sudah kian mendekati kawah puncak Gunung Agung.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi) Kementerian ESDM, I Gede Suantika, mengatakan alat seismograf yang merekam melalui sensor getaran gempa menunjukkan untuk tremor menerus tahap pertama terjadi selama 2 jam dan 49 menit mulai pagi pukul 09.11 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita. Sedangkan tremor menerus yang kedua terjadi selama 4 jam, mulai pukul 14.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.
Menurut Gede Suantika, tremor terus menerus ini menandakan dapur magma terus aktif memasak magma, air, dan beragam gas. Tremur terus menerus ini sekaligus menandakan magma terus mencari celah untuk keluar menjebol dinding kawah Gunung Agung. “Magma terus bergerak ke atas mencapai kedalaman sekitar 2-4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung,” papar Suantika di ruang kerjanya, Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Rabu kemarin.
Banyaknya volume air yang masuk ke dapur magma melalui kawah Gunung Agung akibat curah hujan cukup tinggi, kata Suantika, juga memunculkan asap putih (uap air) sangat tebal. Sejak pagi pukul 06.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita, ketinggian asap mencapai 400-700 meter dari puncak Gunung Agung. Sedangkan selama pukul 12.00 wita-18.00 Wita kemarin, ketinggian asap putih kisaran 500 meter-800 meter bergerak pelan ke arah timur. "Kali ini tidak ada material abu yang keluar. Yang muncul hanya berupa asap putih, atau lebih tepat adalah uap air. Namun, hal ini tetap saja perlu diwaspadai," katanya.
Paparan hampir senada diungkapkan Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB), Sutopo Purwo Nugroho, melalui release yang dikeluarkannya kemarin. Menurut Sutopo, setelah sempat muncul hujan abu dan pasir halus saat Gunung Agung erupsi, Selasa (21/11) sore, kini muncul asap putih.
"Asap putih yang terus keluar dari kawah puncak Gunung Agung itu adalah uap air. Itu mengepul dengan ketinggian 700 meter. Pihak PVMBG terus menganalisa data vulkanik itu,” jelas Sutopo. “Masyarakat harap tenang, penerbangan di Bandara Internasinasional Ngurah Rai masih normal, dan status Gunung Agung tetap siaga," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dub Dit Mitigasi Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM, Devi Kemal, mengatakan sebelum erupsi, Selasa sore pukul 17.,05 Wita, rekahan di kawah Gunung Agung mengalami pelebaran, sebagaimana terlihat melalui citra satelit. "Kalau rekahan memang teramati membesar dari satelit sekitar 15 November lalu," kata Devi dilansir kompas.com, Rabu kemarin.
Selain itu, Satelit Aster TIR juga menangkap peningkatan energi termal pada waktu yang sama. Selain citra satelit, petugas juga menerbangkan drone untuk untuk mengukur gas yang menyembur bersama asap di puncak Gunung Agung. Dari proses pengukuran tersebut menunjukan kadar CO2 dan H2O tinggi, sementara kadar SO2 justru rendah. Kadar SO2 terjebak dalam air hidrothermal di dalam tubuh Gunung Agung. "Tingginya CO2 mengindikasikan bahwa asap putih yang teramati selama ini merupakan kontribusi dari magma, asap ini 100 persen adalah volcanic origin," kata Devi.
Di sisi lain, letusan Gunung Agung tidak berdampak terhadap kegiatan penerbangan. Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu Darjono, mengatakan pihaknya terus memantau perkembangan secara ketat dan menyiagakan seluruh personelnya. "AirNav Cabang Bali terus memonitor keberadaan debu vulkanik di Bandara Ngurah Rai, dengan paper test dan koordinasi erat dengan BMKG dan PVMBG atau posko aktif," kata Wisno di Jakarta, Rabu kemarin.
"Kami sampaikan sampai saat ini tidak ada abu vulkanik di Bandara Ngurah Rai. Erupsi Gunung Agung tidak berdampak pada kegiatan penerbangan di wilayah Bali. Apalagi, perkembangan terakhir, erupsi semakin mengecil," ujar Wisnu. Pihaknya memastikan kegiatan penerbangan dari dan ke Bali masih normal. "Semua normal, tidak ada penerbangan yang dialihkan atau dibatalkan. Semua tetap berjalan dan kami awasi dengan ketat," lanjut Wisnu. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Seharian kemarin, dua kali terjadi tremor terus menerus selama 7 jam, yakni pukul 09.11 Wita hingga 12.00 Wita dan pukul 14.00 Wita hingga 18.00 Wita. Ini sebagai pertanda magma sudah kian mendekati kawah puncak Gunung Agung.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi) Kementerian ESDM, I Gede Suantika, mengatakan alat seismograf yang merekam melalui sensor getaran gempa menunjukkan untuk tremor menerus tahap pertama terjadi selama 2 jam dan 49 menit mulai pagi pukul 09.11 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita. Sedangkan tremor menerus yang kedua terjadi selama 4 jam, mulai pukul 14.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.
Menurut Gede Suantika, tremor terus menerus ini menandakan dapur magma terus aktif memasak magma, air, dan beragam gas. Tremur terus menerus ini sekaligus menandakan magma terus mencari celah untuk keluar menjebol dinding kawah Gunung Agung. “Magma terus bergerak ke atas mencapai kedalaman sekitar 2-4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung,” papar Suantika di ruang kerjanya, Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Rabu kemarin.
Banyaknya volume air yang masuk ke dapur magma melalui kawah Gunung Agung akibat curah hujan cukup tinggi, kata Suantika, juga memunculkan asap putih (uap air) sangat tebal. Sejak pagi pukul 06.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita, ketinggian asap mencapai 400-700 meter dari puncak Gunung Agung. Sedangkan selama pukul 12.00 wita-18.00 Wita kemarin, ketinggian asap putih kisaran 500 meter-800 meter bergerak pelan ke arah timur. "Kali ini tidak ada material abu yang keluar. Yang muncul hanya berupa asap putih, atau lebih tepat adalah uap air. Namun, hal ini tetap saja perlu diwaspadai," katanya.
Paparan hampir senada diungkapkan Kepala Pusat Data dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB), Sutopo Purwo Nugroho, melalui release yang dikeluarkannya kemarin. Menurut Sutopo, setelah sempat muncul hujan abu dan pasir halus saat Gunung Agung erupsi, Selasa (21/11) sore, kini muncul asap putih.
"Asap putih yang terus keluar dari kawah puncak Gunung Agung itu adalah uap air. Itu mengepul dengan ketinggian 700 meter. Pihak PVMBG terus menganalisa data vulkanik itu,” jelas Sutopo. “Masyarakat harap tenang, penerbangan di Bandara Internasinasional Ngurah Rai masih normal, dan status Gunung Agung tetap siaga," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dub Dit Mitigasi Wilayah Timur PVMBG Kementerian ESDM, Devi Kemal, mengatakan sebelum erupsi, Selasa sore pukul 17.,05 Wita, rekahan di kawah Gunung Agung mengalami pelebaran, sebagaimana terlihat melalui citra satelit. "Kalau rekahan memang teramati membesar dari satelit sekitar 15 November lalu," kata Devi dilansir kompas.com, Rabu kemarin.
Selain itu, Satelit Aster TIR juga menangkap peningkatan energi termal pada waktu yang sama. Selain citra satelit, petugas juga menerbangkan drone untuk untuk mengukur gas yang menyembur bersama asap di puncak Gunung Agung. Dari proses pengukuran tersebut menunjukan kadar CO2 dan H2O tinggi, sementara kadar SO2 justru rendah. Kadar SO2 terjebak dalam air hidrothermal di dalam tubuh Gunung Agung. "Tingginya CO2 mengindikasikan bahwa asap putih yang teramati selama ini merupakan kontribusi dari magma, asap ini 100 persen adalah volcanic origin," kata Devi.
Di sisi lain, letusan Gunung Agung tidak berdampak terhadap kegiatan penerbangan. Direktur Operasi AirNav Indonesia, Wisnu Darjono, mengatakan pihaknya terus memantau perkembangan secara ketat dan menyiagakan seluruh personelnya. "AirNav Cabang Bali terus memonitor keberadaan debu vulkanik di Bandara Ngurah Rai, dengan paper test dan koordinasi erat dengan BMKG dan PVMBG atau posko aktif," kata Wisno di Jakarta, Rabu kemarin.
"Kami sampaikan sampai saat ini tidak ada abu vulkanik di Bandara Ngurah Rai. Erupsi Gunung Agung tidak berdampak pada kegiatan penerbangan di wilayah Bali. Apalagi, perkembangan terakhir, erupsi semakin mengecil," ujar Wisnu. Pihaknya memastikan kegiatan penerbangan dari dan ke Bali masih normal. "Semua normal, tidak ada penerbangan yang dialihkan atau dibatalkan. Semua tetap berjalan dan kami awasi dengan ketat," lanjut Wisnu. *k16
1
Komentar