Linggis Melawan Bumi
Sejak kanak-kanak Nyoman Mudra senang menari baris. Di sekolah dasar, jika kenaikan kelas, ia pasti tampil menari, dan selalu mendapat tepuk tangan meriah dari teman dan guru-guru. Karena mendapat aplaus meriah, Nyoman jadi ketagihan menari.
Aryantha Soethama
Pengarang
Kalau ada odalan di pura sekolah, ia pasti menari. Jika ada tamu mengunjungi sekolah, ia pasti tampil. Tidak hanya sekolah yang bangga Nyoman pintar menari, juga keluarganya.
Senang menari membuat Nyoman senang tampil di panggung. Ia senang mendapat tepuk tangan. Ia bahagia kalau dielu-elukan. Ia pun ingin sesering mungkin tampil. Ketika sebuah sekaa di kotanya membentuk drama gong, Nyoman pun bergabung. Kini ia bukan lagi cuma penari baris, tapi sudah menjadi seorang pregina (artis). Perlahan-lahan ia tumbuh menjadi seorang idola. Ia memiliki fans, yang terus bertumbuh. Banyak penonton membayar tiket drama gong karena Nyoman tampil. Ia menjadi sosok seniman Bali modern yang merawat buah hati penggemarnya.
Seperti lazimnya para pesohor yang tampil kemilau di panggung, Nyoman menjadi pujaan. Banyak gadis menyukainya. Ia sangat mudah memperoleh cinta. Para perempuan muda itu, yang sangat gandrung pada pertunjukan drama gong, berlomba-lomba menarik perhatian, agar menjadi salah seorang yang terpikat.
Nyoman Mudra, karena begitu gampang menggamit wanita, akhirnya pindah dari satu perempuan ke pelukan perempuan lain. Ia menjadi pemain drama gong yang malang melintang dalam dekapan asmara. Ia kemudian menikah, beranak-pinak, tapi tetap menikmati kencan dengan perempuan bukan istrinya. Ia terlibat dalam drama perselingkuhan dengan berpuluh pemain drama gong lain, juga dengan fans.
Tak jelas lagi mana perempuan yang menjadi pacar, gundik, atau cuma ia reguk sesaat. Ia sungguh-sungguh petualang seks. Kadang ia cuma ingin mencicipi, tidak lagi sekadar menikmati. Ia hidup dari satu ranjang ke ranjang lain dalam drama perselingkuhan yang semua ia nikmati dengan penuh gelegak.
Nyoman tahu, berselingkuh itu adalah arena untuk mengumbar nafsu. Karena itu ia selalu ketagihan. Ia tahu itu keliru, namun ia selalu ingin mengulang. Ada yang tak lengkap dalam tubuhnya jika ia tidak kencan dengan perempuan-perempuan baru. Dan kencan itu membuat ia selalu merasa segar, senantiasa berada dalam alam baru.
Ia masih tetap melakoni gairah seks itu selepas 55 tahun. Namun ia merasa ada yang tak kuasa ia kerjakan. Ia mulai merasa tidak sanggup. Ia mulai merasa lelah. Gairahnya yang terus sambung-menyambung tak pernah memenuhi hasrat fisiknya. Ia mulai lelah. Ketika hendak bersetubuh dengan pacarnya, ia sering terkulai di tengah. Acap ia tak sanggup menyelesaikan pertempuran. Tapi, hasratnya tetap berkobar.
Perlahan-lahan Nyoman Mudra paham, keperkasaan laki-laki ada batasnya. Kepada rekannya, sesama pemain drama gong yang juga doyan nyewek, Nyoman berujar, “Sesungguhnya perempuan itu lebih hebat dibanding laki-laki.”
Si kawan mendelik heran, tak paham. “Laki-laki itu makhluk kuat, perempuan itu makhluk lemah,” sahut si kawan.
“Salah besar kamu,” ujar Nyoman. “Dalam urusan seks perempuan itu bumi, kita ini, laki-laki, cuma sebatang linggis.”
Nyoman menjelaskan, bumi itu begitu luas, hebat tak terkira. Tak mungkin sebuah linggis milik laki-laki sanggup menggali bumi sepenuhnya. Sebatang linggis punya lelaki cuma seonggok barang yang tak mungkin kuasa menggali kedalaman bumi.
Si kawan tercenung. Pantas gairahnya menggumuli perempuan tak pernah berakhir, sampai kemudian ia capek lunglai tak berdaya. “Laki-laki cuma punya sebatang linggis, tapi mereka congkak sekali mau mengalahkan bumi. Berjuta kali linggis laki-laki menggali bumi, tak bakalan bumi terkalahkan. Alangkah hebat perempuan dalam urusan birahi.”
Orang-orang terlanjur berpendapat, laki-laki itulah yang perkasa. Padahal perempuan itu yang hebat. Seperti bumi, perempuan itu diam ketika bersetubuh, selalu siap menerima curahan dan tumpahan, sementara si laki-laki sibuk menunjukkan keperkasaannya, dengan bergerak-gerak terus, sehingga tenaganya terkuras.
Sebatang linggis laki-laki nyongcong tak bakalan sanggup mengalahkan bumi perempuan. 7
1
Komentar