Made Regeg Termotivasi Bayar Kegagalan Setahun Lalu
Made Regeg yang kini Pengawas SMP Disdikpora Kubu, tampilkan karya tulis ilmiah berjudul ‘Budaya Literasi Informasi Bencana Gunung Agung pada Era Digital di SMPN 2 Amlapura’. Sedangkan sang istri, Made Sumerti, yang kini Pengawas SD Disdikpora Kecamatan Abang, usung karya tulis ‘Uber Menuju Gerbang Literasi’
Pasutri Asal Karangasem Tembus Final Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional
AMLAPURA, NusaBali
Pasangan suami istri (pasutri) guru dari Karangasem, I Made Regeg, 52, dan Ni Made Sumerti, 51, lolos ke babak final Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional yang digelar Hotel Melinium Sirih Jakarta Pusat, 23-26 November 2017. Bermodalkan pengalaman dan prestasinya selama ini, Made Regeg, guru yang kini menjabat Pengawas SMP Disdikpora Kecamatan Kubu, Karangasem, bertekad bisa jadi jawara. Dia termotivasi musibah setahun lalu, ketika gagal ikut lomba tingkat nasional gara-gara sakit mendadak jelang berangkat.
Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Nasional 2017 yang diikuti pasutri Made Regeg-Made Sumerti ini bertema ‘Pekan Kreativitas dan Apresiasi Bagi Guru dan Tenaga Kependidikan untuk Hari Guru Nasional Tahun 2017’. Lomba diselenggarakan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Dalam Lomba KTI Nasional 2017 ini, Made Regeg menampilkan karya tulis ilmiah berjudul ‘Budaya Literasi Informasi Bencana Gunung Agung pada Era Digital di SMPN 2 Amlapura’. Made Regeg dinyatakan lolos ke babak final, setelah menyusuhkan ratusan karya tulis dari berbagai daerah lainnya di Indonesia. Sedangkan sang istri, Made Sumerti, yang kini menjabat sebagai Pengawas SD Disdikpora Kecamatan Abang, Karangasem, menampilkan karya tulis berjudul ‘Uber Menuju Gerbang Literasi’.
Bagi Made Regeg, ini kesempatan untuk membuktikan dirinya memang punya kapasitas sebagai juara Lomba KTI Nasional. Setahun lalu, Made Regeg sebetulnya juga lolos ke babak final Lomba KTI Nasional 2016. Kala itu, dia mengandalkan karya tulis berjudul ‘Supervisi Model Kristal Metoda Coacing’, yang berkaitan dengan upaya meningkatkan prestasi kerja.
Karya tulis ‘Supervisi Model Kristal Metoda Coacing’tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan Made Regeg di SMPN 2 Kubu selama 2 tahun. Sayangnya, kala itu Made Regeg justru gagal tampil di babak final, gara-gara mendadak sakit perut menjelang berangkat ke lokasi lomba untuk mempresentasikan karya tulisnya.
Made Regeg mengatakan, sesuai undangan yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Nomor 20105/B5/4/Lt/2017 tanggal 15 November 2017, setiap finalis dalam menjalani penilaian dan melakukan presentasi hasil karya tulis wajib membawa bahan presentasi, naskah poster, data pendukung, selain juga menyerahkan biodata. Poster yang dibawa, berupa hasil riset, hasil kajian, dan ide atau gagasan. Sedangkan ruang lingkup poster meliputi nama dan institusi pembuat, judul, tujuan, ide pokok, alasan terkait ide pokok, hasil yang didapat dan referensinya.
"Saya angkat tema karya tulis berjudul ‘Budaya Literasi Informasi Bencana Gunung Agung pada Era Digital di SMP’, agar para siswa tidak panik mendengar informasi bencana, seperti yang pernah terjadi 22 September 2017 ketika status Gunung Agung naik menjadi awas," ungkap Made Regeg kepada NusaBali di Amlapura, Rabu (22/11).
Menurut Made Regeg, para siswa harus membiasakan diri membaca dan menyimak informasi melalui digital, dengan berita-berita yang diakses bersumber dari instansi resmi. "Intinya, untuk menangkal berita-berita hoax yang selama ini menyesatkan," jelas tokoh pendidikan asal ‘kampung gepeng’ Banjar Muntigunung, Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem ini.
Informasi bencana Gunung Agung, kata Made Regeg, tengah jadi pusat perhatian masyarakat. Karena itu, pihaknya ingatkan agar jangan gampang percaya informasi yang tidak jelas sumbernya. “Hanya informasi dari lembaga yang memiliki otoritas di bidang itulah, mestinya yang disimak," lanjut pendidik yang notabene mantan Bendesa Pakraman Muntigunung, Desa Tianyar Barat ini.
Made Regeg bertekad hasil karya tulis ilmiah yang dibawakannya kali ini bisa menjadi yang terbaik dalam Lomba KTI Nasional 2017. "Kali ini, saya optimistis bisa menang. Jika terwujud, ini kado ulang tahun untuk Hari Guru yang jatuh 29 November 2017," papar tokoh pendidikan kelahiran 22 Desember 1965 yang kini masih menempuh program Pascasarjana di Unhi Denpasar omo.
Made Regeg yang sempat menjadi guru SMPN 5 Kubu (2011-2012), sebelumnya sudah mencatat sederet prestasi membanggakan. Termasuk di antaranya menjadi Guru Teladan Kabupaten Karangasem 2003, Guru Teladan Provinsi Bali (2003)---ketik masih men jabat Kepala Sekolah SDN 17 Tianyar---, Juara II Pengawas Terbaik SMK Karangasem (2013), Juara Pengawas Terbaik SMP Karangasem (2015), dan Juara II Pengawas Terbaik SMP Karangasem (2016)
Sementara itu, istri Made Regeg, yakni Made Sumerti, juga siap berebut gelar juara Lomba KTI Nasional 2017 ini. Made Sumerti yang kini menjabat sebagai Pengawas SD Disdikpora Kecamatan Abang, menampilkan karya tulis berjudul ‘Uber Menuju Gerbang Literasi’. Peluang untuk menang terbuka lebar setelah karya tulisnya dinyatakan lolos 0 besar.
“Saya tinggal mempresentasikan di puncak lomba nanti. Saya beresama suami tetap akan berusaha bersaing menghadapi lawan-lawan dari berbagai daerah di Indonesia,” tutur perempuan kelahiran 15 Mei 1966 asal Banjar Wangaya Kaja, Desa Wangaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan yang sempat menjadi finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional, Mei 2017 ini.
Pengawas TK dan SD Disdikpora Kecamatan Abang tahun 2012. Mengawali karier sebagai guru di SDN 17 Tianyar tahun 1986, Made Sumerti kemudian dipromosikan menjadi Kepala Sekolah (Kasek) SDN 17 Tianyar pada 2004. Jabatan itu dipegangnya selama 8 tahun, sebelum kemudian jebolan S2 Unhi Denpasar ini dialihkan menjadi Pengawas TK dan SD Disdikpora Kecamatan Abang pada 2012. *k16
Komentar