Lava Pijar Mulai Meleleh
Bupati Mas Sumatri imbau warga Karangasem tenang, sementara yang tinggal di radius 6-8 km dari Gunung Agung diminta ngungsi
Erupsi Gunung Agung Tanpa Lava Diperkirakan Berlangsung Sebulan
AMLAPURA, NusaBali
Gunung Agung sudah mengalami erupsi magmatik, ditandai mulai melelehnya lava pijar. Letusan Gunung Agung, Minggu (26/11) siang, dengan kepulan asap dan abu vulkanik setinggi 4.000 meter yang bergerak ke arah timur dan tenggara, dengan kecepatan 18 kilometer per jam. Erupsi magmatik ini diperkirakan bisa berlangsung selama sebulan, sebelum terjadi letusan lebih besar.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM, I Gede Suantika, mengatakan dorongan magma yang keluar menjadi lava pijar, dengan intensitas rendah. Karenanya, lava pijar yang meleleh baru sebatas di lantai kawah Gunung Agung. Saat ini, lava pijar tengah dalam proses memenuhi lubang kawah Gunung Agung.
Hanya saja, kata Gede Suantika, lelehan lava pijar bergerak lambat dan terekam alat, tapi tidak terlihat secara visual, karena Gunung Agung tertutup asap kehitaman disertai keluarnya material abu vulkanik. “Lava pijar akan meleleh ke puncak dan kemudian menjalar menuju lereng Gunung Agung, apabila lubang kawah telah penuh,” ungkap Suantika di Pos Pengamatan Gunung Api Agung kawasan Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Minggu kemarin.
Saat ini, lava belum bisa mengalir ke bawah karena terjebak dinding kawah Gunung Agung setinggi 300 meter dengan diameter sekitar 800 meter. Menurut Suantika, lava pijar bergerak lambat, mirip pasta gigi yang ditekan. Hingga kini, lava pijar belum mampu memenuhi kawah Gunung Agung. “Makanya, letusan Gunung Agung kali ini belum eksplosif, masih efusif (bergerak lambat), yang ditandai keluarnya lava pijar. Tapi, letusan kali ini bisa dikatakan erupsi magmatik,” tegas Suantika.
Kendati telah erupsi magmatik, menurut Suantika, belum ada rencana untuk mena-ikkan status Gunung Agung ke level tertinggi IV (awas). Semua masih terus dipantau perkembangannya dalam 24 jam ke depan, dengan mengumpulkan data-data yang terekam alat.
Suantika memprediksi erupsi tanpa lava, namun hanya berupa asap dan abu ini, bisa berlangsung selama sebulan. "Kalau mengacu pada pengalaman letusan Gunung Agung tahun 1963, kondisi seperti ini bisa berlangsung selama satu bulan," kata Suantika.
Menurut Suantika, hal ini merupakan karakter Gunung Agung sebelum letusan yang lebih besar seperti bencana 54 tahun silam. Disebutkan, saat bencana 1963, erupsi tanpa lava berlangsung selama sebulan, sebelum kemudian terjadi letusan hebat.
Meski demikian, erupsi kali ini diharapkan bisa mengeluarkan sebagian besar tekanan gas di dalam perut Gunung Agung. Saat ini, indeks ledakan (VEI) gunung api untuk Gunung Agung masih berada di level 5. Sedangkan letusan Gunung Merapi (di Jawa Tengagh-Jogjakarta tahun 2010 berada di kategori VEI 3. Demikian pula letusan Gunung Sinabung di Sumatra Utara, masuk kategori VEI 3.
"VEI itu dihitung total volume vulkanik yang keluar terhadap satu kali erupsi. Saat ini, volume vulkanik dari Gunung Agung yang keluar masih kecil, hanya berupa abu. VEI kita perkirakan masih di level 5 atau bisa saja lebih kecil," kata Suantika.
Suantika mengatakan, sinar merah yang memancar dalam kolom abu yang keluar dari kawah Gunung Agung, tergolong efusif magmatik. “Kemungkinan sinar merah ini bersumber dari intuisi lava yang berada di dalam kawah yang volumenya semakin besar per satuan waktunya."
Pengertian efusif magmatik ini adalah lelehan magma yang sudah membanjiri kawah, tanpa adanya ledakan. Adanya sinar merah di dalam kawah ini juga didukung sinyal seismik letusan Gunung Agung, Sabtu (25/11) malam pukul 23.01 Wita.
Hingga Minggu kemarin, kepulan abu vulkanik secara visual dari kawah Gunung Agung masih sangat tinggi, tekanannya semakin kuat dan semakin tebal. "Kami mencatat ketinggian asap Gunung Agung terakhir mencapai 3.380 meter dengan arah vertikal, namun bagian atas asap mengarah ketenggara-timur," jelas Suantika.
Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan abu vulkanik Gunung Agung mengarah ke timur-tenggara, dengan ketinggian mencapai hingga 4.000 meter dan berkecepatan 18 kilometer per jam. "Sifat dan arah sebaran abu vulkanik tergantung dari arah angin," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, saat dikonfirmasi Antrara, Minggu kemarin.
Menurut Sutopo, analisis sebaran abu vulkanik dari satelit Himawari BMKG menu-njukkan bahwa abu mengarah ke timur hingga tenggara, menuju kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat. PVMBG pun telah mengeluarkan peringatan penerbangan melalui Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA), yang dinaikkan dari oranye menjadi merah.
Hingga saat ini, status Gunung Agung masih siaga (level III), dengan rekomendasi tak boleh ada aktiviras masyarakat dalam radius 6-7,5 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. "Masyarakat yang masih ada di dalam radius berbahaya itu, segera mengungsi dengan tertib," kata Sutopo.
Hujan abu dilaporkan terjadi di beberapa tempat, seperti di Desa Duda Utara (Ke-camatran Selat, Karangasem), Desa Duda Timur (Kecamatran Selat, Karangasem), Desa Pempatan (Kecamatran Rendang, Karangasem), Desa Besakih (Kecamatran Rendang, Karangasem), Desa Sideman (Kecamatran Sidemen, Karangasem), Desa Sebudi (Kecamatan Selat, Karangasem), Desa Amerta Bhuana (Kecamatran Selat, Karangasem). Bahkan, sejumlah desa di Kabupaten Klungkung dan Gianyar juga dilaporkan sudah terkena hujan abu.
Sementara itu, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri secara khusus melakukan kunjungan kerja ke Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Minggu kemarin. Bupati Mas Sumatri sempat berbincang dengan pentolan PVMBG terkait letusan Gunung Agung.
Dalam kesempatan itu, Mas Sumatri mengimbau masyarakat agar tetap tenang. “Jangan takut, mesti tetap tenang, namun waspada. Sedangkan mereka yang tinggal di KRB III dalam radius 6-8 kilometer hendaknya mengungsi,” pinta Mas Sumatri.
Sedangkan Karo Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali, Dewa Gede Mahendra Putra, mengatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tetap me-maksimalkan pemantauan aktivitas Gunung Agung dengan pihak-pihak terkait. "Kami dengan jajaran terkait mulai BPBD Bali koordinaai dengan BPBD Karangasem, terus memantau aktivitas Gunung Agung. Kami menyiapkan koordinasi kesiapsiagaan penanggulangan bencana," ujar Dewa Mahendra saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Denpasar, Minggu kemarin.
Penggalangan petugas dan kesiapsiagaan bentuknya untuk memberikan pelayanan dan sekaligus sosialisasi kepada masyarakat. Termasuk kesiapan penanganan bantuan evakuasi. "Saat Gunung Agung dari level siaga ke awas, kita siapkan. Kami berharap masyarakat tetap mengikuti petunjuk dan informasi resmi dari pemerintah," pinta Dewa Mahendra. *k16,nat
AMLAPURA, NusaBali
Gunung Agung sudah mengalami erupsi magmatik, ditandai mulai melelehnya lava pijar. Letusan Gunung Agung, Minggu (26/11) siang, dengan kepulan asap dan abu vulkanik setinggi 4.000 meter yang bergerak ke arah timur dan tenggara, dengan kecepatan 18 kilometer per jam. Erupsi magmatik ini diperkirakan bisa berlangsung selama sebulan, sebelum terjadi letusan lebih besar.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM, I Gede Suantika, mengatakan dorongan magma yang keluar menjadi lava pijar, dengan intensitas rendah. Karenanya, lava pijar yang meleleh baru sebatas di lantai kawah Gunung Agung. Saat ini, lava pijar tengah dalam proses memenuhi lubang kawah Gunung Agung.
Hanya saja, kata Gede Suantika, lelehan lava pijar bergerak lambat dan terekam alat, tapi tidak terlihat secara visual, karena Gunung Agung tertutup asap kehitaman disertai keluarnya material abu vulkanik. “Lava pijar akan meleleh ke puncak dan kemudian menjalar menuju lereng Gunung Agung, apabila lubang kawah telah penuh,” ungkap Suantika di Pos Pengamatan Gunung Api Agung kawasan Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Minggu kemarin.
Saat ini, lava belum bisa mengalir ke bawah karena terjebak dinding kawah Gunung Agung setinggi 300 meter dengan diameter sekitar 800 meter. Menurut Suantika, lava pijar bergerak lambat, mirip pasta gigi yang ditekan. Hingga kini, lava pijar belum mampu memenuhi kawah Gunung Agung. “Makanya, letusan Gunung Agung kali ini belum eksplosif, masih efusif (bergerak lambat), yang ditandai keluarnya lava pijar. Tapi, letusan kali ini bisa dikatakan erupsi magmatik,” tegas Suantika.
Kendati telah erupsi magmatik, menurut Suantika, belum ada rencana untuk mena-ikkan status Gunung Agung ke level tertinggi IV (awas). Semua masih terus dipantau perkembangannya dalam 24 jam ke depan, dengan mengumpulkan data-data yang terekam alat.
Suantika memprediksi erupsi tanpa lava, namun hanya berupa asap dan abu ini, bisa berlangsung selama sebulan. "Kalau mengacu pada pengalaman letusan Gunung Agung tahun 1963, kondisi seperti ini bisa berlangsung selama satu bulan," kata Suantika.
Menurut Suantika, hal ini merupakan karakter Gunung Agung sebelum letusan yang lebih besar seperti bencana 54 tahun silam. Disebutkan, saat bencana 1963, erupsi tanpa lava berlangsung selama sebulan, sebelum kemudian terjadi letusan hebat.
Meski demikian, erupsi kali ini diharapkan bisa mengeluarkan sebagian besar tekanan gas di dalam perut Gunung Agung. Saat ini, indeks ledakan (VEI) gunung api untuk Gunung Agung masih berada di level 5. Sedangkan letusan Gunung Merapi (di Jawa Tengagh-Jogjakarta tahun 2010 berada di kategori VEI 3. Demikian pula letusan Gunung Sinabung di Sumatra Utara, masuk kategori VEI 3.
"VEI itu dihitung total volume vulkanik yang keluar terhadap satu kali erupsi. Saat ini, volume vulkanik dari Gunung Agung yang keluar masih kecil, hanya berupa abu. VEI kita perkirakan masih di level 5 atau bisa saja lebih kecil," kata Suantika.
Suantika mengatakan, sinar merah yang memancar dalam kolom abu yang keluar dari kawah Gunung Agung, tergolong efusif magmatik. “Kemungkinan sinar merah ini bersumber dari intuisi lava yang berada di dalam kawah yang volumenya semakin besar per satuan waktunya."
Pengertian efusif magmatik ini adalah lelehan magma yang sudah membanjiri kawah, tanpa adanya ledakan. Adanya sinar merah di dalam kawah ini juga didukung sinyal seismik letusan Gunung Agung, Sabtu (25/11) malam pukul 23.01 Wita.
Hingga Minggu kemarin, kepulan abu vulkanik secara visual dari kawah Gunung Agung masih sangat tinggi, tekanannya semakin kuat dan semakin tebal. "Kami mencatat ketinggian asap Gunung Agung terakhir mencapai 3.380 meter dengan arah vertikal, namun bagian atas asap mengarah ketenggara-timur," jelas Suantika.
Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan abu vulkanik Gunung Agung mengarah ke timur-tenggara, dengan ketinggian mencapai hingga 4.000 meter dan berkecepatan 18 kilometer per jam. "Sifat dan arah sebaran abu vulkanik tergantung dari arah angin," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, saat dikonfirmasi Antrara, Minggu kemarin.
Menurut Sutopo, analisis sebaran abu vulkanik dari satelit Himawari BMKG menu-njukkan bahwa abu mengarah ke timur hingga tenggara, menuju kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat. PVMBG pun telah mengeluarkan peringatan penerbangan melalui Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA), yang dinaikkan dari oranye menjadi merah.
Hingga saat ini, status Gunung Agung masih siaga (level III), dengan rekomendasi tak boleh ada aktiviras masyarakat dalam radius 6-7,5 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. "Masyarakat yang masih ada di dalam radius berbahaya itu, segera mengungsi dengan tertib," kata Sutopo.
Hujan abu dilaporkan terjadi di beberapa tempat, seperti di Desa Duda Utara (Ke-camatran Selat, Karangasem), Desa Duda Timur (Kecamatran Selat, Karangasem), Desa Pempatan (Kecamatran Rendang, Karangasem), Desa Besakih (Kecamatran Rendang, Karangasem), Desa Sideman (Kecamatran Sidemen, Karangasem), Desa Sebudi (Kecamatan Selat, Karangasem), Desa Amerta Bhuana (Kecamatran Selat, Karangasem). Bahkan, sejumlah desa di Kabupaten Klungkung dan Gianyar juga dilaporkan sudah terkena hujan abu.
Sementara itu, Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri secara khusus melakukan kunjungan kerja ke Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Minggu kemarin. Bupati Mas Sumatri sempat berbincang dengan pentolan PVMBG terkait letusan Gunung Agung.
Dalam kesempatan itu, Mas Sumatri mengimbau masyarakat agar tetap tenang. “Jangan takut, mesti tetap tenang, namun waspada. Sedangkan mereka yang tinggal di KRB III dalam radius 6-8 kilometer hendaknya mengungsi,” pinta Mas Sumatri.
Sedangkan Karo Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali, Dewa Gede Mahendra Putra, mengatakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tetap me-maksimalkan pemantauan aktivitas Gunung Agung dengan pihak-pihak terkait. "Kami dengan jajaran terkait mulai BPBD Bali koordinaai dengan BPBD Karangasem, terus memantau aktivitas Gunung Agung. Kami menyiapkan koordinasi kesiapsiagaan penanggulangan bencana," ujar Dewa Mahendra saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah di Denpasar, Minggu kemarin.
Penggalangan petugas dan kesiapsiagaan bentuknya untuk memberikan pelayanan dan sekaligus sosialisasi kepada masyarakat. Termasuk kesiapan penanganan bantuan evakuasi. "Saat Gunung Agung dari level siaga ke awas, kita siapkan. Kami berharap masyarakat tetap mengikuti petunjuk dan informasi resmi dari pemerintah," pinta Dewa Mahendra. *k16,nat
1
Komentar