nusabali

Dwi Antari Ciptakan Fototerapi Ganda Modifikasi

  • www.nusabali.com-dwi-antari-ciptakan-fototerapi-ganda-modifikasi

Prestasi membanggakan kembali diraih RSUP Sanglah, Denpasar.

Perawat RSUP Sanglah Terbaik Nasional

DENPASAR, NusaBali
Baru-baru ini, salah satunya perawatnya, Made Dwi Wira Adi Antari, 30, berhasil meraih penghargaan terbaik dalam ajang Indonesia Hospital Management Award 2017 yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) untuk kategori ‘Clinical Service Improvement Project.

Perawat pelaksana di ruang Cempaka 1 Neonatus RSUP Sanglah ini menang lewat presentasi berjudul ‘Efektivitas Penggunaan Fototerapi Ganda Modifikasi (FGM) untuk Menurunkan Kadar Bilirubin Total pada Bayi Cukup Bulan di Ruang Cempaka I Neonatus IRNA B RSUP Sanglah Denpasar’. Fototerapi merupakan bentuk pengobatan untuk kulit dengan menggunakan panjang gelombang cahaya buatan dari ultraviolet (cahaya biru), bagian dari spektrum matahari, yang khusus digunakan untuk bayi cukup umur yang memiliki masalah kuning.

Saat ditemui NusaBali di Ruang Cempaka, Dwi Antari menceritakan, tercetusnya inovasi fototerapi ganda modifikasi ini bermula dari tidak adanya fototerapi ganda di RSUP Sanglah. Sebab, hingga saat ini RSUP Sanglah hanya memiliki fototerapi tunggal sebanyak 7 unit.

Sementara fototerapi ganda juga sangat dibutuhkan untuk bayi dengan kadar bilirubin di atas 15. Bilirubin sendiri adalah pigmen berwarna kuning yang merupakan produk utama dari hasil perombakan heme dari hemoglobin yang terjadi akibat perombakan sel darah merah oleh sel retikuloendotel. Normalnya, kadar bilirubinuntuk bayi cukup bulan (bukan premature) adalah 12. Bila bayi cukup bulan memiliki bilirubin di atas normal, maka harus difototerapi agar kadarnya bisa menurun.

Perawat yang tengah melanjutkan pendidikan program alih jenjang S1 Keperawatan di Stikes Wira Medika PPNI Bali ini mengungkapkan, saat belum memiliki fototerapi ganda modifikasi itu, RSUP Sanglah hanya bisa menggunakan dua fototerapi tunggal, dan diletakkan berjejer. Namun dengan cara ini ternyata kurang efektif, karena dengan berjejer sinarnya menjadi bias dan tidak sepenuhnya menyentuh kulit bayi.

“Kalau pas butuh fototerapi ganda, kita menggunakan fototerapi tunggal yang dijejerkan. Kita musti membolak-balikkan tubuh bayi itu, agar semua bagian kulitnya terkena cahaya. Karena fototerapi tunggal itu lampunya cuma dari atas box. Nah, karena itulah kita berpikir bagaimana membuat fototerapi ganda sebagai solusi agar tidak bolak-balik badan bayi lagi,” ungkapnya, Senin (27/11).

Bentuk fototerapi ganda modifikasi ini, kata Dwi Antari, dengan memodifikasi box bayi berbahan akrilic, dengan menambahkan lampu yang berstandar sinar biru untuk fototerapi pada bagian atas dan bawah box. Sehingga, ketika dihidupkan, seluruh kulit bayi ini akan kena sinar.

Setelah dicoba, ternyata fototerapi ganda modifikasi tersebut memberikan perubahan yang signifikan, berupa efektivitas penurunan kadar bilirubin dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini karena juga pengukuran intesitas cahaya, panjang gelombang, penggunaan lampu, dan luas permukaan bayi yang menentukan keberhasilan penurunan kadar bilirubin.

“Bagi bayi yang harus menggunakan fototerapi ganda, kalau dulu waktu pakai fototerapi tunggal berjejer, bisa lebih dari 3 x 24 jam. Nah, dengan fototerapi ganda ini, dalam 3 x 24 jam sudah turun kadar bilirubinnya, dan bayinya bisa langsung pulang,” jelas putri pasangan I Made Wirdana dan Ni Ketut Adi Netri ini.

Butuh waktu satu bulan untuk mengerjakan fototerapi ganda modifikasi ini, dengan biaya Rp 5 juta. Sedangkan jika dibandingkan produk fototerapi ganda buatan pabrik harganya bisa sampai Rp 70 juta sampai Rp100 juta. Sejak dicoba mulai bulan Maret, sudah 30 bayi memanfaatkan fototerapi ganda ini. “Produk ini didesain oleh teman saya, butuh waktu selam satu bulan. Nantinya, untuk pemeliharaan fototerapi ini, servisnya akan berkala dengan teknisi khusus,” katanya.

Fototerapi ganda modifikasi ini juga ternyata bisa dua fungsi. Dikatakan dua fungsi karena bisa juga digunakan untuk bayi yang memerlukan fototerapi tunggal. “Jadi lampu bagian atas dan bawah itu masing-masing ada sakelarnya. Kalau pas ada bayi dengan kadar bilirubin di bawah 15 dan butuh fototerapi tunggal, alat ini bisa digunakan. Tinggal hidupkan sakelarnya satu saja,” imbuhnya.

Sampai saat ini, fototerapi ganda modifikasi ide dari Dwi Antari ini baru ada satu di RSUP Sanglah. Rencananya dia akan membuat kembali. Apalagi jika difasilitasi langsung oleh RSUP Sanglah. “Kami menciptakan ini justru agar ditambahkan alat fototerapi gandanya. Entah itu, kami membuat lagi apa langsung dibelikan fototerapi ganda yang jadi,” tandas Dwi Antari. *ind

Komentar