Siswa Pengungsi UAS di Posko
Karena tidak ada pengawasan dari pihak sekolah maka siswa pengungsi bisa leluasa bekerjasama dengan teman-temannya.
SEMARAPURA, NusaBali
Puluhan siswa pengungsi asal Karangasem di Klungkung, terpaksa mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) di lokasi pengungsian masing-masing, Selasa (28/11) pagi. Karena pelaksanaan UAS di sekolah asalnya di Karangasem sulit dilakukan mengingat Gunung Agung tengah erupsi.
Semua lembar soal langsung diserahkan kepada siswa yang bersangkutan, kemudian hasilnya dikumpul sekaligus pada Sabtu (2/12). Siswa pengungsi yang ikut UAS di posko pengungsian salah satunya terpantau di Posko Pengungsian, Balai Banjar Jelantik Kuribatu, Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, Klungkung. Belasan siswa terutama SD, sibuk mengerjakan lembar jawaban. Karena tidak ada pengawasan dari pihak sekolah maka siswa pengungsi bisa leluasa bekerjasama dengan teman-temannya. Namun sebagian besar menjawab soal dengan mandiri.
“Saya suka ujian disini, karena waktu untuk menjawab soal bisa lebih lama dari pada di sekolah. Pengawasnya juga tidak ada, jadi bisa bertanya dengan teman-teman,” ujar I Komang Hendra Supanca, seorang siswa kelas II dari SDN 1 Duda, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, saat ditemuai di posko pengungsian Banjar Jelantik Kuribatu. Hendra menambahkan, dirinya dan teman-temannya akan melaksanakan UAS di sekolah asal pada Senin (27/11) pagi.
Namun setelah tiba di sekolah suasana kurang kondusif mengingat masih terjadi erupsi Gunung Agung. Di samping itu, para guru merasa kasihan dengan para orangtua siswa jika harus mengantar anaknya pulang pergi Klungkung-Karangasem. Atas dasar itu, maka siswa diminta untuk mengerjakan semua soal ulangan ke tempat pengungsian masing-masing.
Kata Hendra, lembar jawaban itu harus dikumpul semuanya pada Sabtu nanti di sekolah. Adapaun materi pelajaran yakni Bahasa Indonesia, Agama, PKN, IPA, Budi Pekerti, Bahasa Bali, IPS, Bahasa Inggris, Matematika dan PJOK. ”Saya sudah kerjakan soal ini dari Senin, dan masih ada soal yang belum selesai,” ujarnya.
Menurut Kepala Kewilayahan Banjar Dinas Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat, I Nengah Suyadnya, warga yang mengungsi di Balai Banjar Jelantik Kuribatu 187 jiwa. Mereka dari Banjar Pegubugan. Pengungsi berstatus pelajar 42 orang dari TK-SMA/SMK. “Para orangtua siswa terbantu dengan dengan pelaksanaan UAS di lokasi pengungsian, karena dalam situasi bencana. Jadi kalau harus mengantar anaknya pulang-pergi ke sekolah di Karangasem, akan sangat membebani pada biaya transportasi,” ujarnya.
Pantauan NusaBali, di sejumlah lokasi pengungsian siswa nampak serius menjawab soal. Namun di satu sisi karena tidak ada pengawas mereka menjawab soal dengan cara bekerjasama. Bahkan ada yang dipandu oleh orangtuannya. Kepala Dinas Pendidikan Klungkung Dewa Gde Darmawan juga tidak menampik kondisi tersebut. Ketika memantau di GOR Swecapura, pihaknya melihat ada siswa yang ujian di tengah pengungsian.
Hanya saja secara kualitas tentu itu berkurang. Kkarena siswa berpeluang tidak mandiri menjawab soal, kata Dewa Darmawan, jadi cenderung seperti mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Oleh karena itu, pihaknya sempat berkoordinasi dengan salah satu guru dari Karangasem di GOR. Setelah diberikan penjelasan, guru yang bersangkutan bersedia menyerahkan lokasi pelaksanaan ujian agar dilakukan di sekolah. “Kalau memang kebijakan seperti itu, kami tidak bisa melarang juga,” ujarnya.
Darmawan menjelaskan, sesuai koordinasi dengan Dinas Pendidikan Karangasem beberapa waktu lalu, siswa di pengungsian bisa UAS di sekolah dekat lokasi pengungsian. Namun soal UAS tetap didistribusikan dari Disdik Karangasem lewat perantara Disdik Klungkung. Bahkan yang sudah tercatat mengikuti ujian di sekolah yakni 105 siswa SD dan 31 siswa SMP. “Mereka sudah ujian di sekolah di Klungkung,” katanya.
Sedangkan siswa yang mengerjakan soal di pengungsian merupakan pengungsi di luar pendataan tersebut. Karena sebelumnya mereka sempat pulang ke kampung halaman saat status Gunung Agung diturunkan menjadi siaga. Karena statusnya kembali naik menjadi Awas maka mereka kembali ke pengungsian. Pihaknya akan tetap berkoordinasi dengan pihak guru dari siswa yang bersangkutan, jika memang akan ujian di sekolah pihaknya siap memfasilitasi. “Kami akan turun ke banjar-banjar dulu untuk pendataan dan berkoordinasi dengan gurunya,” ujarnya. *wan
Puluhan siswa pengungsi asal Karangasem di Klungkung, terpaksa mengikuti ujian akhir sekolah (UAS) di lokasi pengungsian masing-masing, Selasa (28/11) pagi. Karena pelaksanaan UAS di sekolah asalnya di Karangasem sulit dilakukan mengingat Gunung Agung tengah erupsi.
Semua lembar soal langsung diserahkan kepada siswa yang bersangkutan, kemudian hasilnya dikumpul sekaligus pada Sabtu (2/12). Siswa pengungsi yang ikut UAS di posko pengungsian salah satunya terpantau di Posko Pengungsian, Balai Banjar Jelantik Kuribatu, Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, Klungkung. Belasan siswa terutama SD, sibuk mengerjakan lembar jawaban. Karena tidak ada pengawasan dari pihak sekolah maka siswa pengungsi bisa leluasa bekerjasama dengan teman-temannya. Namun sebagian besar menjawab soal dengan mandiri.
“Saya suka ujian disini, karena waktu untuk menjawab soal bisa lebih lama dari pada di sekolah. Pengawasnya juga tidak ada, jadi bisa bertanya dengan teman-teman,” ujar I Komang Hendra Supanca, seorang siswa kelas II dari SDN 1 Duda, Desa Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, saat ditemuai di posko pengungsian Banjar Jelantik Kuribatu. Hendra menambahkan, dirinya dan teman-temannya akan melaksanakan UAS di sekolah asal pada Senin (27/11) pagi.
Namun setelah tiba di sekolah suasana kurang kondusif mengingat masih terjadi erupsi Gunung Agung. Di samping itu, para guru merasa kasihan dengan para orangtua siswa jika harus mengantar anaknya pulang pergi Klungkung-Karangasem. Atas dasar itu, maka siswa diminta untuk mengerjakan semua soal ulangan ke tempat pengungsian masing-masing.
Kata Hendra, lembar jawaban itu harus dikumpul semuanya pada Sabtu nanti di sekolah. Adapaun materi pelajaran yakni Bahasa Indonesia, Agama, PKN, IPA, Budi Pekerti, Bahasa Bali, IPS, Bahasa Inggris, Matematika dan PJOK. ”Saya sudah kerjakan soal ini dari Senin, dan masih ada soal yang belum selesai,” ujarnya.
Menurut Kepala Kewilayahan Banjar Dinas Pegubugan, Desa Duda, Kecamatan Selat, I Nengah Suyadnya, warga yang mengungsi di Balai Banjar Jelantik Kuribatu 187 jiwa. Mereka dari Banjar Pegubugan. Pengungsi berstatus pelajar 42 orang dari TK-SMA/SMK. “Para orangtua siswa terbantu dengan dengan pelaksanaan UAS di lokasi pengungsian, karena dalam situasi bencana. Jadi kalau harus mengantar anaknya pulang-pergi ke sekolah di Karangasem, akan sangat membebani pada biaya transportasi,” ujarnya.
Pantauan NusaBali, di sejumlah lokasi pengungsian siswa nampak serius menjawab soal. Namun di satu sisi karena tidak ada pengawas mereka menjawab soal dengan cara bekerjasama. Bahkan ada yang dipandu oleh orangtuannya. Kepala Dinas Pendidikan Klungkung Dewa Gde Darmawan juga tidak menampik kondisi tersebut. Ketika memantau di GOR Swecapura, pihaknya melihat ada siswa yang ujian di tengah pengungsian.
Hanya saja secara kualitas tentu itu berkurang. Kkarena siswa berpeluang tidak mandiri menjawab soal, kata Dewa Darmawan, jadi cenderung seperti mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Oleh karena itu, pihaknya sempat berkoordinasi dengan salah satu guru dari Karangasem di GOR. Setelah diberikan penjelasan, guru yang bersangkutan bersedia menyerahkan lokasi pelaksanaan ujian agar dilakukan di sekolah. “Kalau memang kebijakan seperti itu, kami tidak bisa melarang juga,” ujarnya.
Darmawan menjelaskan, sesuai koordinasi dengan Dinas Pendidikan Karangasem beberapa waktu lalu, siswa di pengungsian bisa UAS di sekolah dekat lokasi pengungsian. Namun soal UAS tetap didistribusikan dari Disdik Karangasem lewat perantara Disdik Klungkung. Bahkan yang sudah tercatat mengikuti ujian di sekolah yakni 105 siswa SD dan 31 siswa SMP. “Mereka sudah ujian di sekolah di Klungkung,” katanya.
Sedangkan siswa yang mengerjakan soal di pengungsian merupakan pengungsi di luar pendataan tersebut. Karena sebelumnya mereka sempat pulang ke kampung halaman saat status Gunung Agung diturunkan menjadi siaga. Karena statusnya kembali naik menjadi Awas maka mereka kembali ke pengungsian. Pihaknya akan tetap berkoordinasi dengan pihak guru dari siswa yang bersangkutan, jika memang akan ujian di sekolah pihaknya siap memfasilitasi. “Kami akan turun ke banjar-banjar dulu untuk pendataan dan berkoordinasi dengan gurunya,” ujarnya. *wan
1
Komentar