Pekerja Pariwisata Terancam Badai PHK
Restoran di kawasan Ubud yang biasanya rata-rata terisi 15 meja, kini hanya terisi 2 meja akibat erupsi Gunung Agung
Tingkat Hunian Hotel di Ubud Anjlok Drastis ke Angka 15 %
GIANYAR, NusaBali
Bencana erupsi Gunung Agung yang berimplikasi penutupan Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban, Kecamatan Kuta, Badung sejak Senin (27/11) pagi berdampak buruk terhadap geliat pariwisata di Gianyar. Okupansi (tingkat hunian) hotel maupun home stay anjlok drastis, hingga banyak pekerja pariwisata yang terancam badai PHK (pemutusan hubungan kerja).
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, AA Ari Bramanta, menyatakan tingkat okupansi hotel dan home stay di Gumi Seni sekarang menyentuh angka terendah 15 persen. Padahal, biasanya okupansi di bulan November berkisar 40-50 persen.
“Tingkat hunian hotel dan home stay di Gianyar saat ini hanya 15 persen. Jika dihitung, hanya ada sekitar 2.300 tamu per hari yang menginap di wilayah Gianyar, khususnya kawasan Ubud. Padahal, normalnya okupansi hotel dan home stay di bulan November-Desember kisaran 40-50 persen,” ungkap Gung Ari Bramanta dalam jumpa pers di Kantor Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Rabu (29/11) siang pukul 12.30 Wita.
Menurut Gung Ari Bramanta, kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Padahal, 60 persen penduduk Gianyar (usia kerja) kini bekerja di sektor pariwisata. “Jika kondisi ini berlarut, mereka terancam PHK,” jelas Ari Bramanta yang dalam jumpa pers kemarin didampingi Ketua Ubud Home Stay Association (USHA) Ida Bagus Wiryawan, Ketua Ubud Hotel Association (UHA) Adit Pande, dam Wakil Ketua PHRI Gianyar IB Suar Udiana.
Jika erupsi Gunung Agung berimbas pada penutupan Bandara Ngurah Rai dalam jangka waktu yang panjang, Ari Bramanta khawatir Gianyar akan menghadapi krisis ekonomi daerah. “Dilihat dari histori erupsi Gunung Agung tahun 1963, itu berlangsung selama setahun (Februari 1963 hingga Januari 1964, Red). Jika erupsi kali ini sama dengan kejadian tahun 1963, kita akan hadapi suatu krisis ekonomi daerah,” katanya.
Dalam situasi seperti ini, lanjut Ari Bramanta, kalangan pengusaha akan berpikir antara menutup usaha atau lakukan efisiensi. “Jika okupansi sentuh angka hanya 10 persen, pengusaha sudah rugi. Mereka akan berpikir pilih tutup usaha atau lakukan efisiensi,” tandas Ari Bramanta.
Jika opsi efisiensi yang diambil pengusaha, maka penciutan tenaga kerja menjadi salah satu bagian di dalamnya. “Sekarang dengan okupansi 15 persen saja, pengusaha pariwisata sebenarnya sudah norok bayar gaji pegawai dan operasional. Belum lagi mereka harus membayar kewajiban bank. Bisa-bisa, nanti akan terjadi PHK besar-besaran,” keluh Ari Bramanta.
Ari Bramanta menegaskan, selain berdampak pada tenaga kerja, anjloknya pariwisata juga berimbas terhadap sektor perdagangan dan jasa. Restoran, misalnya, sejak 3 hari belakangan terpantau mengalami penurunan kunjungan sampai 70 persen.
Wakil Ketua BPC PHRI Gianyar, IB Suar Udiana, menyatakan saat ini tiap restoran rata-rata hanya terisi 2 meja. Padahal, semula rata-rata terisi 15 meja per restoran. “Kunjungan restoran sudah drop 70 persen. Bahkan, ada restoran yang mejanya nggak terisi sama sekali,” papar Suar Udiana.
Menurut Suar Udiana, kondisi restoran seperti ini sudah berdampak terhadap tenaga kerja. Semula, tiap restoran rata-rata melibatkan 20 tenaga kerja. Sekarang, pihak restoran sudah mulai melakukan reschedule. “Dalam seminggu, tenaga kerja restoran hanya kerja selama 3 hari. Sedangkan 4 hari sisanya, mereka dipaksa ambil cuti. Jadi, pengusaha restoran di Gianyar hanya bayar gaji pokok saja,” jelas Suar Udiana.
Suar Udiana menambahkan, bukan hanya restoran yang terimbas erupsi Gunung Agung, namun juga usaha wisata pendukung lainnya. Misal, atraksi rafting, cycling, dan spa, yang kini sepi aktivitas. Demikian pula sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan terutama yang selama ini diserap pariwisata, ikut terkena imbas erupsi Gunung Agung. “Efeknya sangat luas jika situasi ini berlangsung lama. Kami berharap Bandara Ngurah Rai bisa segera beroperasi,” harapnya.
Sementara itu, demi memberikan rasa nyaman kepada wisatawan asing, terutama mereka yang tidak bisa kembali ke negara asalnya, praktisi pariwisata Gianyar menyepakati beberapa hal. Menurut Suar Udiana, Bali Toursim Board (BTB), PHRI, dan komponen lainnya sudah sepakat memberikan satu malam gratis (one night free) kepada tamu yang saat check out ternyata Bandara Ngurah Rai masih ditutup, hingga mereka tak bisa terbang.
“Ini semacam asuransi kepada tamu. Seluruh anggota asosiasi sudah menyepakati ini. Dan, kalau tamu mau tambah tinggal lagi, mereka diberikan diskon 30-50 persen,” jelas Ketua Ubud Hotel Association (UHA), Adit Pande, dalam jumpa pers kemarin.
Selain itu, komponen pariwisata juga berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata Gianyar untuk membuka ‘Help Desk’, yang akan ditempatkan di Kantor Lurah Ubud. Dalam program ini, Dinas Pariwisata akan menempatkan sejumlah personel untuk memberikan informasi yang jelas kepada wisatwan mengenai erupsi Gunung Agung, kaitan dengan buka tutup Bandara Ngurah Rai dan jadwal penerbangan, serta moda transportasi yang bisa digunakan. Tugas personel ini akan mengumpulkan informasi, melakukan validasi informasi, kemudian disampaikan kepada wisatawan.
Sementara itu, angka kunjungan ke sejumlah objek wisata di kawasan Gianyar juga mengalami penurunan drastis akibat bencana erupsi Gunung Agung. Menurut Kadis Pariwisata Gianyar, Gung Ati Bramanta, angka junjungan obej wisata anjlok sampai 40 persen.
“Sekadar perbandingan, kunjungan ke objek wisata di Gianyar dalam bulan November 2016 mencapai 75.000 turis. Sedangkan dalam periode yang sama tahun 2017 ini, angka kunjungan turun menjadi 33.000 turis atau anjlok sekitar 40 persen dibandung setahun lalu,” papar Ari Bramanta. *nvi
1
Komentar